15. Parfume Vanilla

431 31 4
                                    

Krisan

Rela merubah apapun demi disukai oleh orang lain adalah perbuatan yang bodoh



Sedari tadi Vania mengotak-atik ponselnya. Berharap ada satu driver yang menerima pesanannya. Ia berkali-kali ditolak oleh supir online. Vania sangat sebal. Ia berpindah posisi, dari berdiri di pinggir halte, kini telah duduk di kursi halte. Ia akhirnya memilih menunggu bus yang lewat. Sebenarnya ia ingin memesan ojek online agar bisa mengantarnya ke salah satu mall.

Tak biasanya menunggu bus sangat lama hingga Vania merasa jenuh. Dirinya berusaha menghilangkan rasa jenuhnya dengan menonton drama china.

Tanpa Vania sadari, kaki seseorang melangkah mendekatinya. "Van... nunggu bus, ya?"

Vania sontak mendongak sebab terkejut dengan suara itu. "Iya, Rel."

"Gue temenin, ya? Biar gak sendirian," ucap Darel.

"Sebenernya ga perlu." Vania menolaknya secara baik-baik.

"Sayangnya gue ga begitu peduli sama keputusan lo," jawab Darel kemudian duduk tepat di sebelah Vania. Hanya berjarak sepuluh sentimeter.

Vania kembali menonton drama china dengan situasi yang berbeda. Ada Darel di sampingnya. Hal itu sedikit membuatnya merasa tidak nyaman. Seperti ada diintai.

"Ngapain sih lo nontonin gituan? Mendingan nontonin gue. Sama-sama ganteng. Gue versi nyata lebih menawan," ujar Darel membuat Vania langsung menoleh ke arahnya.

Darel menahan salah tingkahnya jika bertatapan dengan Vania. Meskipun Darel seorang lelaki, dirinya juga bisa salah tingkah jika bertatap muka dengan pujaan hati.

"Ganteng, kan gue?" Alibi Darel berusaha menutupi rasa geroginya dengan candaan.

"Bener, sih lo ganteng," ucap Vania. Darel langsung pede dan tersenyum atas pengakuan Vania.

"Lo ganteng kalo bersanding dengan tikus got!" Vania menaikkan satu alisnya sebagai pertanda ia mengejek Darel. Ia kembali menatap layar handphone-nya.

Vania tak begitu fokus dengan drama yang ia tonton. Otaknya malah tertuju kepada Darel. Cowo yang kini berada di sampingnya. Vania menyadari satu hal, mengapa saat dirinya merasa butuh bantuan seseorang, Darel selalu hadir tepat waktu. Memang Darel cocok disebut malaikat penolong.

"Darel...."

Merasa namanya dipanggil, ia menoleh. "Apa, Van?"

"Lo bisa gak nganterin gue ke mall?"

"Kapan? Selalu bisa kalo buat lo."

"Sekarang."

"Sekarang?" Darel kembali bertanya memastikan kemauan Vania. Cewe di hadapannya mengangguk.

Darel langsung berdiri. "Oke siap, Tuan Putri. Ke mana pun Tuan Putri mau pergi, pangeran siap mengantar."

"Pangeran kadal?"

"Gue niatnya romantis, loh, Van. Lo malah ngerendahin wajah tampan gue," ucap Darel cemberut.

Vania tertawa. "Becanda gue."

Darel membantu Vania memasangkan helm. Darel selalu membawa dua helm. Memang sengaja helm tersebut dibawa untuk Vania jika mau nebeng.

Darel seakan terhipnotis ketika melihat wajah Vania dari dekat. "Lo cantik banget, Van. Sayang lo nolak gue terus," gumamnya pelan tapi masih terdengar.

KRISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang