Krisan
Tiada yang lebih baik daripada menerima seseorang yang mencintai kita lebih dulu
Happy Reading
☀☀
☀
Setelah drama es kepal, Raksa kembali memprioritaskan Moza. Kini dirinya sedang menemani Moza check up di rumah sakit. Raksa sangat menyayangi Moza. Bahkan dirinya tak bisa meninggalkan Moza sendirian. Harus selalu ada untuk Moza. Moza pun sama, tak bisa tanpa Raksa. Dirinya sudah terbiasa sejak lama bahwa Raksa selalu bersamanya. Raksa belum menyadari bahwa sikapnya yang selalu memprioritaskan Moza bisa membuat Vania sakit hati. Moza juga belum tau jika sahabatnya itu sudah memiliki pacar yang juga butuh perhatian dan waktu dari Raksa.
Penyakit Anemia yang berada di tubuh Moza membuatnya harus selalu diperhatikan. Sebenarnya, Moza juga tidak menyukai keadaan tubuhnya yang seperti itu. Ia juga ingin beraktivitas bebas tanpa merasa takut akan kelelahan bahkan sampai pingsan.
"Sa, nanti temenin aku masuk ke dalem ya?" pinta Moza agar Raksa ikut dengan dirinya masuk ke ruang check up.
"Iya, Za." Raksa sudah jelas menurutinya. Mereka biasa memanggil Sa dan Za, mengambil dua huruf belakang nama masing-masing.
Moza bersandar di bahu Raksa karena ia juga ngantuk menunggu gilirannya yang sangat lama.
"Lo tidur aja. Nanti gue bangunin kalo di pangggil dokter," ujar Raksa sangat lembut dan terihat penuh perhatian.
Moza menurut. Ia memejamkan mata. Tangan Raksa beralih ke rambut Moza menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Moza. Takut tidurnya tidak nyaman karena terganggu rambut itu.
"Lo cepet sembuh ya, Za. Gue ga suka liat lo sakit lama-lama."
Moza yang hanya memejamkan mata mendengar penuturan dari Raksa. Ia sekarang tau bahwa sahabatnya itu telah memiliki pacar yang kebetulan mereka juga berteman. Moza tak marah sedikitpun ketika mengetahui bahwa Raksa dan Vania telah resmi berpacaran. Ia senang jika ada perempuan yang begitu tulus menyanyangi Raksa.
Moza membuka kembali kelopak matanya yang beberapa menit yang lalu telah terpejam. "Sa, aku ke kamar mandi dulu, ya."
"Aku antar," jawab Raksa. Sungguh Raksa terlalu mengkhawatirkan Moza.
"Aku bisa sendiri. Kamu tunggu di sini aja."
"Oke."
Kini Raksa sendirian duduk dibangku rumah sakit. Saat ia mengedarkan pandangannya ia melihat keberadaan Darel yang sedang berdiri dibagian pengambilan obat.
Raksa mendekati Darel dan berkata, "lo ngapain di sini?"
Darel terkejut dengan suara Raksa yang tiba-tiba terdengar di sampingnya. "Lo sendiri ngapain di sini?" Darel mengalihkan pembicaraan.
"Gue nganter Moza. Lo sakit?"
"Iya. Sakit hati."
"Karena gue dan Vania?"
"Gak lah. Santai aja. Gue seneng kalo Vania seneng. Asal lo jangan berani nyakiti dia!"
Raksa mencermati ungkapan Darel yang begitu serius.
"Gue orang terdepan yang akan ngehajar lo kalo Vania tersakti lagi!"
"Iya. Lo mau pulang?"
"Gue nunggu obat," ucap Darel lalu duduk dan diikuti oleh Raksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KRISAN
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA AKAN DI PRIVATE Vania Ayyara, perempuan dengan keberaniannya menyatakan perasaannya secara langsung pada Raksa Dirgantara. Jatuh cinta pada Raksa berawal dari tatapan mata yang dimilikinya terlihat sama...