36. Kesekian kalinya

33 2 1
                                    


Krisan

Ternyata benar adanya, jangan memiliki hubungan dengan seseorang yang memiliki sahabat lawan jenis

Happy Reading



Satu hari sebelumnya, Raksa menghubungi Vania. Ia ingin mengajak Vania untuk keluar di hari Sabtu sore. Dengan senang hati Vania langsung menerimanya. Raksa berkata, ingin merayakan kemenangan secara berdua dengan pacar perjuangannya.

Pukul satu siang, Vania kebingungan memilih baju yang ia kenakan. Raksa memintanya untuk berpakaian anggun.

Vania meraih ponsel genggamnya dan menghubungi kedua temannya. Ia tidak bisa memutuskan ini sendirian. Terdengar berlebihan tapi ia sangat membutuhkan saran dari Bulan dan Ara perihal penampilannya. Bulan pasti bisa menentukan pakaian beserta make up yang natural. Sedangkan Ara harus menata rambutnya. Ia ingin berpenampilan yang berbeda, anggun, tapi tidak berlebihan.

Vania keluar dari kamarnya menuju dapur. Tangannya berkutik untuk menyiapkan beberapa makanan dan minuman untuk Bulan dan Ara. Setelahnya, ia membawa ke kamarnya. Semua makanan telah diletakkan di meja balkon kamarnya.

Tak lama, ia mendengar bel rumahnya berbunyi. Kakinya berlari keluar dari kamar dan membukakan pintu rumahnya.

"Bulan, Ara!" sapa Vania lalu menarik kedua tangan temannya dan menutup pintu. Vania menarik Bulan dan Ara hingga masuk ke dalam kamarnya.

"Kamar lo abis kena gempa?" Ara terkejut melihat kondisi kamar Vania yang sangat berantakan.

"Gue bingung pilih baju," balas Vania jujur.

"Norak amat jadi cewe. Kayak mau keluar ke mana aja. Pakai apapun tetep cantik di mata pacar lo," ucap Ara ketus. Wajarlah Ara belum merasakan sensasi hati yang bergembira ketika diajak pacar keluar secara berdua. Biasanya bertiga mulu.

"Ra! Lo ke sini mau bantu, kan?" Bulan bersuara. Telinganya selalu kelelahan ketika Vania dan Ara dipertemukan. Kehadirannya ditugaskan untuk menjadi penengah.

"Bulan paling mengerti. Emang kita, kan udah tau rasanya ngedate. Sedangkan lo? Belum tau makanya nyinyir!" cetus Vania kembali mengundang keemosian Ara.

"Kamprett! Sebelum ada Bulan, lo sama gue terus ya, giliran gini gue disingkirkan!" Ara mulai ngambek.

Bulan dan Vania lantas tertawa melihatnya. Vania mendekati Ara dan memeluknya. "Becanda. Beperan amat jadi cewe!"

Bulan menjauh dari mereka. Mendekati meja yang berisi makanan dan minuman. Ia mengambil minuman lalu duduk dan meminumnya. Mendengar Vania dan Ara cukup melelahkan. Kerongkongannya jadi haus.

Setelahnya, Bulan duduk di ranjang milik Vania dengan kedua tangannya yang mulai memilih dan memilah baju yang sudah berantakan di atasnya.

"Van, lo mau berpenampilan yang kayak gimana?" tanya Bulan belum mengetahui kemauan Vania.

Vania menghampiri Bulan lalu menjawab, "gue mau yang sederhana tapi anggun."

"Terus tugas gue apa? Gue gak bisa milih baju yang anggun-anggun," ujar Ara, kini tangannya sudah memegang sebuah bolu siap dimasukkan ke dalam rongga mulutnya.

"Lo kasih pendapat apakah norak atau engga. Lo biasanya negur gue kalo terlihat norak. Sekalian, kepangin rambut gue," jelas Vania. Ara hanya mengangguk dan mulai makan bolu cokelat beserta minuman strawberry.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KRISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang