sore hari yang sangat sejuk ini dibawa pohon rindang dengan dihiasi langit senja yang begitu indah, terlihat sepasang pasutri tengah duduk berdua menatap lurus kearah Dua makam orang tuang Chika.
Chika menyandarkan kepalanya dibahu Ilyas,sedari tadi Gadis itu tak henti-hentinya menangis saat menceritakan tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa orang tuanya.
"Kangen Ayah."lirih Chika dengan nada yang sendu.
Ilyas menggeser sedikit tubuhnya membuat wajahnya dan wajah Chika berhadapan langsung,Ilyas mengusap lembut kedua pipi Chika menghilangkan jejak air mata Istrinya yang sedari tadi mengalir begitu derasnya.
"kalo kangen,kirim doa buat ayah dan ibu, jangan nangis seperti ini mereka ikut sedih kalo kamu nangis terus,Ikhlas kan yah."Ucap Ilyas memeluk tubuh mungil Chika
"kenapa yang diambil ayah dan Ibu? kenapa ga Azka aja."tangis Chika pecah membalas pelukan suaminya tak kalah erat.
"Astaghfirullah,Zaujati!ini sudah takdir yang ditetapkan oleh Allah,kita tidak bisa mengelak apa lagi mengubahnya."
"Dengarkan ini, Dunia ini hanya Sementara sama halnya dengan manusia,manusia yang hadiri dikehidupan kita, yang bersama kita menulis kisah yang indah dan melalui berbagaimacam ujian yang diberikan olehnya, pasti akan kembali kepada yang terkasih. manusia hakikatnya datang dan pergi, hilang dan tak kembali,semuanya akan kembali menghadap sang Ilahi, kita disini hanya menunggu panggilan selanjutnya entah itu aku yang duluan pergi atau kamu.kita tidak tau kapan itu datang,yang pasti semua yang bernyawaakan mati sesuai ajalnya atas izin, takdir dan ketetapan-Nya."
"Dalam Surah Ali Imran:185 sudah dijelaskan 'Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan'."jelas Ilyas panjang membuat Chika kembali menangis.
"Chika nambah dosa lagi,Azka maafin Chika,"Ujar Chika.
"sudah,nanti minta maaf sama Azka.sekarang kita pulang dulu, udah mau magrib."Ilyas mengusap lembut pipi Chika.
Chika menglap ingusnya di lengan bajunya sendiri."tapi Chika masi kangen sama ayah,seandainya ayah masi ada disini,Sekolahnya Chika ga berantakan kek gini,rencana yang udah disusun dari lama ga mungkin seberantakan kek gini."sesal Chika menangis didada bidang sang suami.
"suttt.. sudah sayang, saya sudah janjikan untuk menyekolahkan kamu diSMK Semarang nanti." ucap Ilyas mengingat syarat yang diberikan Chika saat menerimanya.
ya, saat itu Chika mengajukan beberapa syarat, salah satunya mendaftarkan Chika keSMK yang disetujui oleh Ayahnya dan Ilyas,kemungkinan besar Chika akan melanjutkan pendidikannya Di SMK nanti walaupun harus mengulang dari kelas awal.
"iya juga ya,berarti ga rusak amat impian Chika?" tanya Chika menatap Ilyas yang menggelengkan kepalanya.
Chika terkekeh setidaknya masi ada secercah harapan untuk meraih Impiannya yang sempat kandas itu."yaudah,ayo kita pulang."seru Chika dengan nada sedikit berteriak.
"heh!jangan teriak, nanti kalo mereka terganggu gimana?"
"engga kok, mereka semua kenal Chika, biar mereka tau kalo Chika lagi datang berziarah."Chika terkekeh.
ya, pemakaman tempat ayah dan ibunya dimakamkan memang pemakaman khusus keluarga,mulai dari tante,om, nenek, kakek dan sepupunya yang telah pergi menghadap sang Ilahi dimakamkan disini.
Ilyas menghembuskan napasnya pasrah."yasudah ayo."ajak Ilyas mengulurkan tangannya yang disambut baik oleh Chika.
mereka berdua berjalan mendekati dua makam yang sudah ditaburi bunga diatasnya,Chika menjongkokkan dirinya disamping makam sang ayah diikuti oleh Ilyas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING||
Teen Fiction"assalamu'alaikum,Zaujati"ucap Ilyas mengusap kening Chika hal itu berhasil membuat wajah Chika memerah. "ya allah, ternyata gini rasanya baru bangun udah jadi istri." ucap Chika menatap langit-langit kamarnya, tak berani menatap manik mata milik I...