Terhitung sudah dua hari berlalu setelah kejadian yang membuat gempar seisi pondok dengan berita yang beredar jika istri dari Gus mereka telah melakukan perbuatan yang keji.
seperti hari-hari sebelumnya,Chika tetap masuk sekolah walaupun dirinya sedikit lebih pendiam dari biasanya. bukan,Chika tidak takut sama sekali pada Dian dan teman-temannya. hanya saja ia sedang memikirkan reputasi Suaminya sebagai seorang yang terpandang dilingkungan ini.
helaan napas berat keluar dari mulutnya,Chika menyembunyikan wajahnya dilipatan tangannya. Hilya yang tengah fokus mendengarkan penjelasan Ustadz didepan kini mengalihkan pandangannya menatap gadis yang sangat berbeda dari biasanya.
"Chik,jangan tidur. nanti ketahuan Ustadz Adam bisa dihukum kamu," beritahu Hilya dengan suara yang pelan dan sedikit menggoyangkan lengan tangan Chika.
Chika hanya berdehem sebagai jawaban,sungguh saat ini kepala Chika terasa sakit. tadi ia ingin izin untuk hari ini tapi, Ilyas melarangnya.
"Ya Rabb,bangun Chik. mau kamu dihukum nyikat Wc?" Hilya kembali melakukan hal yang sama.
Chika mengintip dari lipatan tangannya,melirik gadis Hiperaktif disebelahnya."ga bakal ketahuan kalo kamu diam."ucapnya meletakkan jari telunjuknya didepan bibir Hilya.
Hilya hanya pasrah,menggeleng pelan melihat Chika yang kembali tidur. ia kembali fokus mendengarkan penjelasan Ustadz Adam didepan sana. namun sangat disayangkan,dunia kali ini tidak berpihak kepada Chika.
Terlihat Ustadz Adam tengah berjalan menuju arah meja Hilya dan Chika.
"salah satu contoh kebiasaan yang buruk adalah tidur saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran." Singgung Ustadz Adam yang sudah berdiri didekat Chika yang tidak menyadari kehadirannya.
Hilya yang sedikit ketar-ketir itu menarik-narik baju batik teman sebangkunya agar dapat terbangun. namun usaha yang dilakukan oleh Hilya nampaknya sia-sia terbukti dari Chika yang masi tidur.
dengan penuh keterpaksaan,Hilya mencubit pinggang Chika membuat sang korban merintih kesakitan.
"Astaghfirullah,Hilya!" Chika dengan suara yang sedikit dikeraskan.
Hilya tak marah ataupun kaget,gadis itu memberikan kode melalui lirikan mata yang membuat kening Chika mengkerut.
dengan pelan Chika memutar tubuhnya kearah yang dimaksud oleh Hilya. Chika sedikit mendongakkan untuk menatap sang Ustadz.
Chika terkekeh tak berdosa menampilkan deretan giginya membuat matanya menyipit sempurna."peace Ustadz."ucapnya dengan tangan yang terangkat membentuk huruf V.
Ustadz Adam menggeleng pelan."silahkan tulis dikertas kesalahan kamu dan berdiri dilapangan hingga jam pelajaran saya selesai."ucapnya sembari berjalan menuju meja guru.
dengan perasaan dongkol Chika berjalan mengambil kertas putih yang diberikan oleh Ustadz Adam. ia kembali ke tempatnya menulis kesalahannya menggunakan spidol hitam.
"gapapa,masi mending dari pada kamu disuruh nyikat wc."ucap Sisi membuat Hilya terkekeh pelan.
"si Madun makan ketan. Aduh,dihukum lagi nih kawan." ledek Hilya membuat Chika menatapnya sinis.
...
dan disinilah Chika berada, di tengah lapangan yang cukup luas dengan terik matahari yang membuat kering bercucuran dan secarik kertas yang bertuliskan SAYA KETIDURAN SAAT BELAJAR.
terhitung sudah hampir sejam Chika menjalankan hukumannya terlihat wajah gadis itu sangat pucat dengan keringat yang membasahi wajah cantiknya.
walaupun Chika adalah Ning,namun hukum tetaplah hukuman. semua itu berlaku untuk siapapun yang melanggar tidak peduli dengan status yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING||
Teen Fiction"assalamu'alaikum,Zaujati"ucap Ilyas mengusap kening Chika hal itu berhasil membuat wajah Chika memerah. "ya allah, ternyata gini rasanya baru bangun udah jadi istri." ucap Chika menatap langit-langit kamarnya, tak berani menatap manik mata milik I...