Siang hari,ditengah teriknya matahari.seorang gadis baru saja selesai melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Muslimah. ia beranjak dari tempatnya,mengambil handphone miliknya.mendapati banyak pesan masuk di room Chatnya.
ia hanya sekedar membuka dan membacanya,untuk membalasnya ia sudah membalasnya didalam hati.
Chika menghela napas,menaruh handphonenya diatas perutnya. "Kira-kira anak ayam gue dikasi nama apa,yah?"gumamnya meletakkan jari telunjuk dan jempolnya didagu.
"Lucy?ah,kebagusan namanya."lanjutnya kembali memikirkan nama yang cocok untuk anak barunya.
"setelah dipikir-pikir,tuh anak ayam betina atau jantan?cara ngeliatnya gimana cok," Chika dengan sedikit emosi.
"Mikirin apa?"Sambar Ilyas yang baru saja masuk.
Pria 24tahun itu baru saja pulang dari mesjid. sebelum berangkat tadi ia sudah meminta izin ke istrinya untuk menggantikan Imam yang sedang ada kendala.
Chika mengubah posisinya menjadi duduk." Mikirin masa depan kita."Ucapnya spontan dengan sebelah mata yang dikedipkan.
Ilyas terkekeh,Ia membuka dua kancing atas jubah yang berwarna putih yang ia kenalan. Ilyas menyodorkan tangannya, membuat Chika mencium punggung tangan dan juga telapak tangan suaminya.Biar dapat surga ye Chik
"Masa depan keluarga kita biar saya yang pikirkan. kamu cukup jadi ibu yang baik dan istri yang sholehah. Karena sebaik-baiknya perhiasan dunia ialah seorang istri yang sholehah." Terang Ilyas mencium kening Chika.
"Aw, sosweet bangete. jadi terharu,tapi sebenarnya bukan mikirin itu si.tapi mikirin jenis kelamin anak ayam ku." Ucap Chika polos dengan senyuman yang merkah diwajahnya.
Ilyas terdiam, memikirkan jawaban yang tepat agar pertanyaan Chika tak menjadi panjang dan berakhir membuatnya pusing sendiri.
"nanti pas ayamnya dewasa baru bisa tau.untuk sekarang kasi nama gabungan saja,Misal Pinpan."sarannya mendudukkan diri ditepi kasur.
"Pinpan?"ulang Chika membuat Ilyas mengangguk pelan.
"Iya,Cantik.kalo ayamnya Jantan panggilannya Pan,kalo betina Pon."
Chika termenung sejenak memikirkan saran dari pria yang berada dihadapannya. "Ga,ah.emang anak ayam ku lagu apa?Namanya Pan segala.Pan,Pan,Pan selalu terdepan," Chika menolak dengan kekehan yang keluar dari bibirnya diakhir kalimat.
Ilyas tertawa, menjatuhkan kepalanya diatas paha Chika yang dijadikan sebagai bantal."Bowleh,kenapa tidak pake nama Chiki?"
Chika mengangkat sebelah alisnya."Chika dan Chiki?"lirihnya.
"Iya boleh juga,lucu namanya."Lanjutnya semangat.
"tak ada yang bisa menggantikan lucunya Chika ku,"Ilyas mencubit gemas hidung Chika,membuat gadis muda itu terkekeh.
"yoh jelas,mau ku lindas kepala mu kalo ga bilang aku lucuu."ancam Chika bercanda,membuat Ilyas tersenyum.
Pria yang sedang berbaring dengan paha Chika sebagai bantal itu memiringkan badannya,memeluk erat pinggang ramping milik Chika dengan wajah yang disembunyikan di perut rata Chika.membiarkan tangan kecil itu mengelus surai hitam lebat Ilyas.
"besok kamu sudah masuk sekolah." beritahu Ilyas membuat Chika tersenyum,ada rasa bahagia dalam hatinya Tapi tak dapat dipungkiri jika raganya ingin menolak akan hal ini.tapi mau bagaimana lagi,cuman ini jalan satu-satunya.Chika harus menurunkan sedikit egonya!
"wih keren dong,berarti besok Aku nambah teman baru."
"terus besok kembali lagi jadi anak kelas cepuluh." lanjut Chika terkekeh membayangkan hari esok yang mungkin akan berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING||
Teen Fiction"assalamu'alaikum,Zaujati"ucap Ilyas mengusap kening Chika hal itu berhasil membuat wajah Chika memerah. "ya allah, ternyata gini rasanya baru bangun udah jadi istri." ucap Chika menatap langit-langit kamarnya, tak berani menatap manik mata milik I...