AZ 45

10.1K 683 20
                                    

merasa diliatin oleh Bilal,Aril mengangkat dua jarinya membentuk V."peach Gus,kan masi mahram kalo Gus lupa."ucap Aril dengan kekehan diakhir kalimatnya entah kenapa wajah Gusnya itu sedang tidak bersahabat.

"kamu kesini bareng Alya?"tanya Bilal membuat Aril mengangguk.

"nggeh,Gus.sebagai sepupu yang baik saya siap mengantarkan Alya kemanapun."

Alya Safira adalah Kakak sepupu Aril. gadis manis lulusan pondok pesantren Sulaiman Darussalam itu pernah menghebohkan satu pondok hanya karena dirinya disukai oleh Gusnya sendiri dan begitupun sebaliknya Alya juga menyukai pria itu.

tapi keduanya memilih untuk tidak berlebihan dalam mencintai hingga dipisahkanlah mereka berdua dengan Alya yang melanjutkan Studinya di Mesir.

"Loh Mba Alya juga ada disini?kok gue ga liat." ucap Chika mengedarkan pandangnya mencari perempuan yang sangat lembut itu.

"ramai gini mana lu liat, udah ah gue kebelet." Aril berlari kecil sembari memegangi perutnya.

"berak mulu tuh bocah," Chika menatap kepergian pria seusianya.

"mending kita makan,gue lapar banget. lu kelamaan,syukur gue ga mati disini." oceh Chika mengambil kantong yang berisikan Sempol kesukaannya.

"Mau?" tawar Chika dengan mulut yang penuh makanan.

Bilal menerimanya dengan senang hati. menikmati malam ini dengan jajanan dengan ditemani percakapan yang sangat random tentunya. Asik menikmati hingga tak sadar seorang perempuan menatap keduanya dari jauh.

"Assalamu'alaikum,"ucap wanita itu membuat Bilal dan Chika menjawabnya dengan kompak.

"Loh,Mbak Alya.nyari Aril yah?"tanya Chika sedikit terkejut dengan kehadiran wanita ini.

"Nggeh,kamu liat Chik?"Alya dengan suara yang sangat kecil dan lembut.

Chika mengangguk dengan mulut yang tak berhenti mengunyah."Aril eek dulu katanya,Mbak.tunggu disini aja bareng Chika."tawarnya dengan senyuman tulus membuat Alya menerima tawaran itu.

Gadis yang terlihat sangat anggun dengan gamis yang terlihat cocok ditubuhnya itu mendudukkan dirinya disamping Chika."makan,Mbak."Chika menawarkan jajanannya.

"matursuwun,Chik.tadi Mbak udah makan." tolak nya lembut membuat Chika mengangguk kecil.

Alya diam-diam mengamati Bilal dan Chika yang terlihat seperti sepasang kekasih. Chika yang menyuapi Bilal gulalinya serta bercanda gurau bersama.

hingga kedatangan Aril membuat Alya tersadar dari lamunannya."Mbak,udah dari tadi?"tanya Aril merangkul pundak sepupu perempuannya.

Alya menggeleng dengan mata yang tak sengaja bertemu dengan netra laki-laki yang ia kagumi."Ayo pulang,Ibu udah telpon."Ajaknya membenarkan tali tasnya berwarna putih itu.

"Ayo,udah cape juga disini ketemu mulu sama kuman," Aril menjulurkan lidahnya melirik Chika yang kini terlihat kesal karena ulahnya.

Alya mengangguk,"Mbak sama Aril pamit dulu ya Chik,Gus.Assalamu'alaikum."ucapnya berjalan lebih dulu tanpa menunggu Aril.

"Lah ditinggal gue," lirih Aril."gue duluan."lanjutnya melambaikan tangannya.

sepeninggal kedua Manusia itu,suasana antara Chika dan Bilal mendadak menjadi canggung sebelum Pria tampan itu membuka suara.

"Sudah,ayo pulang.sudah malam," Bilal memungut beberapa plastik sampah bekas jajanan tadi.

Chika menganga tak percaya."Maksud lu?! yang namanya pasar malam udah pasti malam dong,kalo terang namanya pasar pagi. ngelawak deh lu."ucap Chika kembali memakan gulalinya.

"Yasudah, saya tinggal."Ancam Bilal berjalan meninggalkan Chika,padahal pria itu sama sekali tidak ada niatan untuk meninggalkan gadis itu. dia hanya ingin membuang sampah.

dengan berat hati Chika mengambil beberapa jajanannya yang masi ada dengan hati yang sudah menyumpah serapahi Bilal.

Ditempat lain,Kedua manusia yang berbeda gendre ini membelah ramainya jalanan di kota Semarang malam ini. mereka adalah Aril dan Alya yang berada dibelakangnya.

dengan ragu Alya mengeluarkan pertanyaan yang sedari tadi hinggap diotaknya."Rill,Gus Bilal sama Chika cocok yah."ucapnya memecah keheningan diantara mereka berdua.

"Iya,kan suami istri."bohong Aril dengan suara yang cukup keras agar perempuan itu mendengarnya dengan jelas.

Alya membulatkan matanya kaget,"o-oh jadi Chika nikahnya sama Gus Bilal toh?"tanyanya walau matanya sudah terlihat memerah.

"Iya,kan kalo sama Gus Ilyas ga mungkin apa lagi sama Ning Imah."

Alya hanya mengangguk mendengarnya,benar yang apa Aril ucapkan barusan. sangat tidak mungkin.Alya memang tidak ada saat pernikahan Chika,karena pada saat yang bersamaan gadis manis itu Wisudah di Mesir.

"Ya Rabb,konsekuensi mencintai Ciptaan mu dalam Diam ternyata sesakit ini."

...

"Bunda," lirih Chika saat memasuki ruang bernuansa putih ini.

Sesampainya dirumah tadi,Ilyas menelpon memberi kabar yang tak mengenakkan bahwa Bunda dan Ayah Chika mengalami Kecelakaan saat diperjalanan pulang.

ruang yang cukup besar ini diisi dengan suara alat medis yang terpasang di tubuh Diah.wanita paruhbaya itu terbaring lemah diatas brankar.

Azka yang sedari tadi menemani sang Bunda menatap kehadiran Adiknya.dari sorot mata Chika Azka dapat tau bahwa gadis itu sudah mengetahui keadaan Ayah sambung mereka yang sudah tiada.

Azka mengeratkan genggaman tangan Bundanya."Bun,Chika udah datang. Azka pamit keluar sebentar yah,nanti Azka balik lagi kesini."bisiknya mengusap lembut pucuk kepala sang Bunda.

Diah mengangguk lemah,melihat respon itu Azka berjalan mendekati Chika yang masi mematung ditempatnya.

"Nitip Bunda,gue mau liat ayah."lirihnya dengan mata yang sudah memerah. Azka tak ingin menangis saat ini,ia tak boleh lemah didepan Bunda dan Adiknya.

Chika menguatkan dirinya berusaha terlihat baik-baik saja. Chika mendekat mengambil alih tempat yang diduduki oleh Azka tadi.

Chika mengambil tangan yang lemah itu,menciumnya dengan lembut."Maaf Bunda,Maafin Chika."ucapnya menempelkan punggung tangan Diah di pipinya.

"kamu ga salah,sayang." lirih Diah pelan menatap anak bungsunya.

Chika menggeleng,"Chika udah nyakitin Bunda,Maafin Chika Bun."

Diah tersenyum kecil,tangannya mengusap pipi Chika yang berderai air mata."Chika ga salah,nak.Bunda yang salah ngedidik kalian.Bunda yang salah karena ga bisa ngasih yang terbaik buat kalian berdua.Maafin Bunda yah, Nak."ucapnya dengan setetes air mata yang keluar begitu saja.

"Ga Bunda.Bunda ga salah ngedidik. Bunda juga udah ngasih yang terbaik buat Chika dan Azka. Chika nya aja yang masi labil ga bisa nerima kenyataan,sok paling tersakiti padahal kan apa yang Bunda lakukan itu semua demi kebaikan Chika,kan Bun?" Chika dengan buliran air mata yang sedari tadi ia tahan membasahi pipi,mengingat bagaimana ucapan yang terlontarkan malam itu membuat Bundanya sakit hati. belum lagi tawaran makan bersama yang Chika tolak padahal Bundanya sudah memasak untuknya.

"Bunda jangan nyalahin diri sendiri,salahin Chika aja yang berego tinggi dan tak mau kalah ini. salahin Chika aja yang ga bisa mengerti keadaan," Chika tertunduk dengan isakan yang menggema diruang itu.

"Nyatanya aku belum cukup dewasa untuk menyikapi Amarah yang menguasai diriku dikala gundah. amarah tidak akan pernah menyelesaikan masalah, itu hanya solusi untuk menciptakan masalah lain.hingga penyesalan menyapaku di akhir waktu."













See u next chapter
follow IG ku
@wp.auroscorpio

Spam komen dunkk🤙🤙
















ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang