Suatu masa ketika suatu tempat sedang berada pada posisi yang tidak berhadapan dengan sang surya dan oleh karenanya menjadi gelap. langit malam yang dihiasi beribu bintang yang terang seolah-olah menemani kesedihan gadis yang tengah melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
suara pintu terdengar jelas di pendengaran,Ilyas pria itu menatap balik punggung istrinya yang tengah membelakangi dirinya. Ilyas melepas kancing atas jubahnya, melepas baju berwarna hitam itu dan menggantungnya dibelakang pintu.
Setelah selesai dengan urusannya dengan Rabbnya,Chika melipat sajadah serta mukena yang ia gunakan. netranya tak sengaja bertemu dengan kedua bola mata Ilyas yang kini menatapnya.
Ilyas dengan jelas melihat wajah sembab Chika dengan kelopak mata yang sedikit membengkak. pria dengan warna kulit sawo matang itu menghela napasnya. jujur, ia tak tau perkara apa yang terjadi antara istrinya dan Ibu mertuanya. yang Ilyas tau cuman Chika marah kepadanya.Ngambekan si Chika nya
hening menyapa kamar yang biasanya diisi oleh suara bising yang diciptakan oleh gadis kecilnya namun sekarang tak ada interaksi yang terjadi,keduanya memilih untuk diam.
Setelah selesai dengan urusannya di dalam kamar mandi,Ilyas keluar dengan wajah yang basah menandakan pria itu telah wudhu sebelum tidur. Ilyas mengambil posisi tidurnya disebelah kiri Chika.
"Dosa belakangin su-" Ucap Ilyas terpotong saat Chika sudah mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang dengan wajah yang disembunyikan di bantal tak lupa tangan kanannya memeluk erat bantal guling.
Ilyas terkekeh gemas melihat tingkah Chika,ia ikut merebahkan dirinya disamping sang Istri yang tengah mode Ngambek. ia memeluk tubuh kecil istrinya, mengusap lembut pucuk kepalanya.
"Maaf telah membuat mu kecewa. kamu benar aku yang lebih pantas mendidikmu. sesuai janji ku pada Rabb Mu dan kedua orang tua mu,akan ku didik kamu menjadi perempuan terbaik ku. menjadikan mu perempuan terbaik versi diriku sendiri,dan akan ku jadikan engkau satu-satunya perempuan dihati ku."
....
"Nanti malam mau kepasar malam,ga?" ucap Bilal membuat Chika yang tengah duduk sendiri diteras rumah tersentak kaget.
Chika memejamkan matanya, menghembuskan napasnya kasar."Rasanya pengen gue tabok kepalamu."ucapnya tersenyum penuh arti.
"Saya lagi baik,malah mau ditabok. emang ga pernah benar saya dimata kamu."keluh Bilal.
"Dih, situ curhat? kasian amat." Chika
"mau apa tidak? hanya berlaku hari ini." tawar pria dengan baju kaos hitam itu.
"udah kek undian kupon penipu. lagian lu tumben amat ngajak gue? gue mencium aroma-aroma ada udang dibalik batu," Chika menghirup dalam-dalam udara sore yang indah ini.
"Jangan Su'udzon. saya disuruh Mas buat ngajak kamu,soalnya Mas ada pekerjaan nanti malam jadi ga bisa nemanin kamu." jelas Bilal duduk tak jauh dari tempat Chika saat ini.
"kan,udah gue duga. kalo ga disuruh Mas,lu mana mau.kapan lagi lu baik ke gue,"Chika menatap ragu adik iparnya.
"ini, saya lagi baik sama kamu."
"up to you,lagian kenapa ga Dia aja yang nemanin gue? emang pekerjaan apaan tuh,roman-romannya lebih penting dari pada gue?"
"Pekerjaan apa yang ga penting?semuanya penting kali, Mas juga kerja buat kamu. jadi jangan banyak mau,syukur Mas nyuruh saya buat nemanin kamu, " Bilal mencoba membuat gadis itu mengerti.
Terdengar helaan napas kecil dari gadis itu."apa-apa je lah."
"Mau tidak? kalo ga mau saya perginya sama Fatimah saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING||
Teen Fiction"assalamu'alaikum,Zaujati"ucap Ilyas mengusap kening Chika hal itu berhasil membuat wajah Chika memerah. "ya allah, ternyata gini rasanya baru bangun udah jadi istri." ucap Chika menatap langit-langit kamarnya, tak berani menatap manik mata milik I...