Embun pagi menyelimuti kota Sleman hari ini. hujan yang turun semalam meninggalkan efek sejuk,cuaca yang sangat pas untuk bermalas-malasan. menyembunyikan tubuh dibawa hangat selimut atau sekedar membuat mie instan dengan tambahan telur,terlihat sangat nikmat.
tapi itu tidak berlaku bagi seorang gadis yang sedari tadi berkutat didalam dapur. setelah kepergian sang Bunda,tugas yang biasa Diah lakukan kini diambil alih oleh sang anak bungsunya.
sebetulnya tugas ini tidak terlalu sulit bagi Chika,karena semasa Diah masi hidup dulu hampir setiap hari Chika dipanggil untuk membantunya memasak.jadi tak heran jika Chika terlihat ahli dalam mengerjakannya.walau sesekali gadis itu menyontek buku resep masakan yang pernah Bundanya buta dulu.
"Masak apa,nak?" Tanya Ummi Nala saat mencium aroma masakan yang menusuk Indra penciumannya.
Chika menoleh sesaat mendengarkan suara wanita paruh wanita paruh baya itu.dengan tangan yang terus mengaduk ayam kecapnya agar tidak hangus."lagi buat sarapan,Miik."jawabannya dengan kekehan diakht kalimatnya.
"kenapa tidak panggil Ummi?" kini Ibu dari tiga orang anak itu sudah berada tepat disamping menantunya.
"gapapa,Miik.Chika bisa sendiri kok,hitung-hitung belajar masak sendiri." Chika menaburkan Daun bawang yang sudah ia potong tadi diatas masakannya.
Ummi mengangguk mengerti."Sekarang Ummi boleh bantu?"tanyanya membuat Chika nampak berpikir sebentar.
"Hmm... tolong buatin kopi aja Miik,kalo Chika yang buat takutnya kemanisan." ucapnya menyengir hingga deretan giginya nampak jelas.
Ummi mengangguk,dengan cepat mengambil teko yang sudah berisikan air dan memanaskanya diatas kompor dengan nyala api yang sedang.
sedangkan Chika,gadis itu terlihat menata ayam kecap buatannya diatas piring dan meletakkannya diatas meja makan.bersamaan dengan itu Azka keluar dari kamarnya dengan pakaian Kosnya dan Jas berwarna putih melekat ditubuh kelarnya. lengkap stetoskop yang berada di tangan kanannya dan tas ransel hitam dipunggungnya.
"Lu masak?"tanya Azka tak percaya,ia mendudukkan dirinya disalah satu kursi dan memandangi hasil masak adiknya.
"ga,gue lagi open." jawab Chika berpose genit membuat bulu kuduk Azka berdiri,geli melihat tingkah Chika pagi ini.
"Astaghfirullah,Chika." Suara bariton itu berasal dari tangga,Chika menoleh mendapati Suaminya dengan rambut yang terlihat basah.
Chika memberhentikan mode genitnya digantikan dengan mode alim.dengan senyuman ramahnya ia menyabut sang suami.emang dasar manusia munafik anak ini☺
"Mas,udah mandi?" tanyanya basa-basi padahal ia dapat melihat dengan jelas,rambut pria itu masi terlihat sangat basah menandakan bahwa ia telah mandi.
Ilyas tak menjawab,ia lebih memilih menatap wajah istri kecilnya.Chika yang ditatap seperti itu merasa bersalah,dengan senyumannya ia, mengangkat kedua jarinya berbentuk V.
"Maaf,janji ga gitu lagi."Chika dengan senyuman yang membuat matanya menjadi sipit.
Ilyas menghela napasnya."kamu keliatan lelah." ucapnya mengusap lembut wajah Chika yang terlihat sedikit pucat.
Chika menggeleng pelan."ga sama sekali,seru tau masak-masak udah berasa jadi koky bintang 5."balasnya terlihat bangga.
Ilyas terkekeh,ia mendekatkan bibirnya kepili Chika dan mencium kedua pipi istrinya dan terakhir dikeningnya.
"Dunia hanya milik kalian berdua,anggap aja kita ga ada." celetuk Farzan yang ntah dari kapan ia sudah berada disamping Azka.
"minimal jangan pamer kemesraan didepan kami bertiga." sambung Ikhzan dengan wajah tertekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING||
Teen Fiction"assalamu'alaikum,Zaujati"ucap Ilyas mengusap kening Chika hal itu berhasil membuat wajah Chika memerah. "ya allah, ternyata gini rasanya baru bangun udah jadi istri." ucap Chika menatap langit-langit kamarnya, tak berani menatap manik mata milik I...