"seorang pria perlu mengalah ketika berdebat dengan perempuannya,karena saat berdebat perempuan hanya ingin menjelaskan apa yang ia rasakan tidak berniat untuk menang, maka rangkul lah ia bukan memakinya."
.
.
.
.sebelum membaca
budidayakan vote dulu yahh cintaaChika baru pulang setelah adzan magrib berkumandang, ia tadi sempat mampir di Ndalem sebelum akhirnya ia memilih kembali ke Rumah miliknya dan Ilyas.
Chika memasuki kamarnya,ia merebahkan tubuhnya diatas kasur.ia menatap langit-langit kamarnya, pandangannya mulai memudar tangis yang ia tahan sedari tadi kini jatuh membasahi pipinya.
ia tak menahannya lagi, membiarkan cairan bening itu berjatuhan. melampiaskan semua emosinya, mengeluarkan semua rasa dukanya.
pikirannya saat ini hanya disi oleh kalimat tadi,seakan memenuhi ruang diotaknya. Chika berteriak berharap suara itu hilang dari ingatannya.
"Ya Rabb,dua kalimat itu menyiksaku."Batinnya menangis sesenggukan.
...
sedangkan Ilyas selepas mengerjakan sholat maghrib berjama'ah pria itu menuju keNdalem setelah mendapatkan panggil dari sang Ummi.
ia sebenarnya sudah tau mengapa sang Ummi memanggilnya,tadi saat keluar dari tempat wuduh di Masjid pondok Ilyas berpapasan dengan Anta yang baru ingin mengambil wudhu.
pria itu memberitahukan bahwa Zuhra datang untuk bertemu dengan Chika,tak banyak yang Anta beritahukan ia juga mengetahui hal itu dari beberapa santri yang tadi membahas mengenai hal tersebut.
"Assalamu'alaikum,"Salamnya.
sesuai dugaan,diruang tamu sudah ada Zuhra beserta kedua orang tuanya dan Ummi serta Abi yang menemani tamunya.
" waalaikumsalam,"kompaknya menjawab salam tersebut.
"duduk disini nak,"pinta Ummi mempersilahkan Anak sulungnya untuk duduk tepat disampingnya.
Ilyas mengikuti ucapan sang Ummi tak lupa mencium punggung tangan kedua orang tuanya dengan takzim begitu pula dengan Abah Zuhra, sedangkan berbeda hal dengan Bunda Zuhra dan Zuhra sendiri,ia hanya menangkupkan kedua tangan didepan dada dengan kedua matanya yang tak berani menatap kedua perempuan yang bukan muhrimnya.
Ilyas kembali duduk dengan benar,matanya melirik kearah pintu kamarnya yang terlihat gelap dan sunyi. ia menyeritkan dahinya,seolah-olah bertanya kemana Istri kecilnya berada.
"Ummi,Chika kemana?" Tanyanya beralih menatap Ummi.
"Udah balik tadi,katanya kamu yang nyuruh," Jawab Ummi membuat Ilyas mengangguk.
mungkin Chika ingin membicarakan masalah ini hanya berdua dengannya,jika mereka berada disini takut akan menggangu kedua orang tua Ilyas. bagaimanapun masalah rumah tangga hanya dapat diselesaikan dengan sepasang suami-istri tanpa campur tangan dari pihak manapun.
"maaf sebelumnya Abah,jika kedatangan Abah dan keluarga hanya untuk bertamu saja saya izin mau pamit duluan. istri saya menunggu dirumah." Ilyas ingin berlalu dari tempatnya sebelum suara Briton menghentikannya.
"nak Ilyas,Abah minta maaf sekali jika kamu berkenan meluangkan waktu mu sedikit untuk membahas persoalan yang menyangkut pautkan Anak saya beberapa tahun yang lalu.Zuhra butuh penjelasan dari kamu,Ilyas."Ujar Abah Yahya menatap anak bungsunya yang hanya menunduk sedari tadi.
"pejelasan apa Abah? bukannya waktu itu saya sudah menjelaskan semuanya, "Sahut Ilyas jika boleh jujur ia ingin sekali meninggalkan tempat ini dan menemui Chika,Ia tidak mau istrinya salah paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING||
Teen Fiction"assalamu'alaikum,Zaujati"ucap Ilyas mengusap kening Chika hal itu berhasil membuat wajah Chika memerah. "ya allah, ternyata gini rasanya baru bangun udah jadi istri." ucap Chika menatap langit-langit kamarnya, tak berani menatap manik mata milik I...