"kamu,kenal sama Zuhra ga?"pertanyaan itu berhasil keluar dari bibir mungil Chika,pertanyaan yang simple tapi mampu membuat wajah Fatimah terlihat kaget.
"Dian selalu nyebut namanya,membanding-bandingkan saya dengan dia. dia dulu santri disini jugakah? atau memang pernah dekat sama Mas Ilyas?" lanjutnya mengeluarkan pertanyaan yang sedari tadi mengganggu pikirannya.
"s-saya kurang tau mba,coba nanti tanyakan langsung sama Mas Ilyas." elak Fatimah, gadis itu menundukkan wajahnya tak berani melihat kakak iparnya.
Chika menghembuskan napasnya berat,"Imah,ga mungkin kamu ga tau. sekelas Dianj*ng aja keknya kenal dia amat, masa kamu kalah sih."ucapnya mencabikkan bibirnya.
Fatimah membulatkan matanya sempurna,"Astaghfirullah mba,ga baik kek gitu. sekalipun aku tau, ga mungkin juga aku ceritain ke Mba. aku ga punya hak,takutnya nanti aku salah salah cerita bisa jadi salah paham. sebaiknya tanya aja sama yang bersangkutan."
"yaudah, nanti tanya ke Mas aja. tapi kalo Mas-Nya ga mau ceritain,nanti kamu yang harus nyeritain ke aku. setidaknya aku tau walaupun dikit aja, biar rasa kepo yang membara ini terpecahkan,"
Fatimah menganggukkan kepalanya,"InsyaAllah Mas bakal nyeritain semuanya,mana tega dia ngeliat Istri kecilnya menderita karena kepo."ucapnya menekan kata istri kecilnya dengan kekehan di akhir kalimat.
mendengar hal itu,pipi Chika memanas. dapat dipastikan saat ini wajahnya sudah memerah karena malu.
Fatimah terkekeh kecil melihat Kakak Iparnya yang tengah malu-malu kucing.
....
Selepas mandi,Chika memutuskan untuk keluar menghirup udara segar. tubuhnya sudah agak mendingan dari hari sebelumnya, gadis dengan khimar navy ini menikmati indahnya langit disore hari.
"MasyaAllah, indahnya ciptaan mu Ya Rab," Lirihnya tak lupa mengabadikan momen itu dihandphonenya.
"jadi kangen liat sunset di pinggir Pantai," Lanjutnya membayangkan betapa indah dan sejuknya menikmati keindahan semesta.
"sesekali liat sunset di atas Gunung, lebih indah," ucap Anta yang ntah sejak kapan berada di belakang Chika.
Chika menarik napasnya panjang, menahan amarahnya yang bisa meledak kapan saja."sabar Chik,sabar. Orang sabar suaminya dua,"ucapnya mengusap dada.
"Astaghfirullah, iki bocah magrib kebanyakan tingkah. ta'cepuin njenengan ke Gus Ilyas," Ancamnya dengan suara medok, membuat Chika memasang raut wajah sisnisnya.
"tukang ngadu,belum gue sleding pala lo." Chika menatap layar handphone, menampilkan hasil potretannya tadi.
Anta tak mengubris lagi ucapan Ningnya itu,ia sedikit mengintip ikut melihat hasil potret gadis yang tingginya hanya sebatas dadanya.
"cih, kurang pro. coba kalo ada gue disitu pasti tambah bagus lagi Sunsetnya, "Kritiknya membuat Chika menatapnya tajam.
" engga! sunsetnya jadi jelek kalo ada lu, ketutupan sama aura magrib mukamu soalnya,"ucap Chika sedikit berteriak sebelum akhirnya gadis utu pergi meninggalkan Anta seorang diri di pekarangan Ndalem.
"woy,Ummi ada ga?" tanya Anta setelah tersadar dari lamunannya.
"ga tau, cari aja sendiri!" jawab Chika yang perlahan mulai menjauh.
Anta terkekeh kecil menatap punggung Chika,"karma is real,"Ucapnya kembali mengingat tujuannya datang kesini.
sedangkan Chika, gadis itu tengah berjalan menelusuri asrama putri dengan mulut yang komat-kamit tak henti menggerutuki Anta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING||
Teen Fiction"assalamu'alaikum,Zaujati"ucap Ilyas mengusap kening Chika hal itu berhasil membuat wajah Chika memerah. "ya allah, ternyata gini rasanya baru bangun udah jadi istri." ucap Chika menatap langit-langit kamarnya, tak berani menatap manik mata milik I...