"Yah,antrian Baksonya masi lama." keluh Sisi kepada kedua temannya.
Saat ini mereka tentang berada diKantin,setelah pembelajaran Fikih tadi mereka bergegas menuju ke tempat favorit semua Santri agar tidak terlalu lama untuk mengantri.
Namun sayang,mereka lagi-lagi harus berada di barisan yang cukup panjang ini untuk mendapatkan semangkok Bakso Pak Anto yang sudah terkenal dengan kelezatannya.
"jangan banyak ngeluh,udah ayo ngantri aja." Sisi mengambil barisan tepat dibelakang seorang Santriwati yang lebih pendek darinya.
"yaudah,kamu aja yang ngantri Sis. Aku sama Hilya yang nyari tempatnya."ucap Chika membuat Sisi mengajukan kedua jempolnya.
Chika dan Hilya mengedarkan pandangannya mencari meja yang tak berpenghuni. "tuh Ning,paling pojok kosong tuh." tunjuk Hilya membuat Chika menoleh kearah tunjuk temannya.
Chika mengangguk menyetujui,walaupun meja itu cukup jauh dari tempat keduanya berdiri saat ini. tapi tidak masalah,dari pada tidak kebagian meja. mau makan dimana mereka bertiga?
setelah mendudukkan diri,Chika dan Hilya terlihat sedang mengobrol biasa sesekali mereka tertawa hingga tak sadar sedari tadi seseorang terus menatap kearah mereka dengan tatapan kebencian.
"bisa-bisanya lu bahagia diatas penderitaan keluarga gue. tanpa merasa bersalah sedikit pun,"batinnya penuh amarah,mie ayam yang sedari tadi berada di hadapannya menjadi alat pelampiasan.
Gadis ini terus memandangi ketiga orang yang berada di meja yang tak jauh dari mejanya. setelah kedatangan Hilya membawa tiga mangkok bakso,mereka semakin terlihat bahagia tanpa beban sedikit pun.
Chika yang sedang meracik bakso miliknya,tak sengaja pandangannya bertemu dengan sosok gadis hitam manis yang tengah menatapnya. merasa dirinya diperhatikan,Chika hanya melemparkan senyuman dan memutuskan kontak mata yang terjadi beberapa saat.
Hilya yang peka turut mengikuti arah pandang temannya."Kenal,Ning?"tanyanya kembali mengaduk baksonya.
Chika mengendikan bahunya,"ga,tapi dia ngeliatin kita mulu."jawabannya.
"Dia ngeliat karena punya mata,Ning. jangan kepedean." ucap Sisi ada benarnya,membuat Chika mengangguk setuju.
"itu namanya Mbak Dian,si paling senior. laganya sok keras aslinya mental patungan." cibir Hilya tak suka dengan kakak tingkatannya itu.
"alah,nanti dilabrak lagi kamunya diam aja. berani dibelakang kamu tuh," Sindir Sisi mengingat dulu temannya itu pernah dilabrak oleh Dian dan kawan-kawan karena ketahuan mengirim surat untuk santri putra diperbatasan.
"dih,siapa yang berani dibelakang?waktu itu aku cuman diam karena ga mau nambah masalah lagi.tau aja gimana mulut Mbak Dian kalo ngomong,di monyongin takut nanti aku ke cipok gimana?" bela Hilya membuat Chika terkekeh.
"iya deh iya percaya," Sisi dengan wajah memelas.
mereka kembali tertawa,ntah apa yang ditertawakan.mungkin karena wajah Sisi yang terlihat lucu saat meledek Hilya tadi.
Hal itu kembali membuat Dia mengepalkan tangannya,hingga tak sadar ia menggebrak meja yang ditempatinya membuat ketiga temannya terkejut.
"kamu kenapa,Dian?" tanya Dilla setelah meminum Es teh miliknya karena keselek makanan sendiri.
"Tunggu pembalasan gue,Asiska."batinnya meninggalkan ketiga temannya yang menatap kepergian Dian yang membuat mereka bingung.
....
Jam sudah menunjukkan pukul Dua siang,dimana jam ini sangatlah rawan bagi guru-guru. pasalnya dijam segini murid-murid pasti kebanyakan tidur karena sudah kelelahan ataupun karena memang mata pelajaran yang membuat mereka menjadi ngantuk.
sama seperti Chika dan Hilya, kedua gadis itu dikeluarkan dari kelas oleh Ustazah yang sedang mengajar karena kedapatan tidur saat Ustazah sedang menjelaskan.
Jangan tanyakan keberadaan Sisi,gadis itu sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membangunkan kedua temannya itu. tapi memang dasar keduanya saja yang kebo,hingga membuat Ustazah mengeluarkan mereka.
Kini Chika sedang berada didalam Kamar mandi sedangkan Hilya berada diMesjid menlanjutkan tidurnya yang sempat terusik tadi. memang sesantai itu Hilya,sing penting turu.
Setelah membasuh wajahnya,Chika berjalan kembali kearah kelasnya. ia tak ingin mengikuti jejak Hilya untuk kembali tidur,Karena mengingat janji pertamanya pada dirinya sendiri Tidak akan membuat Ilyas malu!
Untuk sampai dikelasnya,Chika harus melewati kelas 12 terlebih dahulu karena memang kelas itu berada dilantai bawa sedangkan kelasnya berada dilantai atas.
Koridor kelas 12 cukup ramai,santriwati sedang berkumpul didepan kelas. ada berbagai macam mode saat ini, ada yang sedang menghafal untuk menyiapkan setoran terakhirnya, ada yang sedang mengerjakan tugas dan juga sedang belajar bersama.
tak sedikit yang menyapa Chika,siapa yang tidak mengenal gadis ini. gadis yang masi muda ini adalah seorang Istri dari Gus mereka,jangan main-main.
Tepat didepan kelas 12A,Chika dengan jelas melihat Dian dan teman-temannya berada disana sedang berbisik-bisik dan sesekali menatap kearahnya.
"beuhh.. pasti nih kelas isinya tukang gibah semua. julid amat tuh muka,pengen gue remes rasanya." batin Chika menatap kakak tingkatannya ini dengan senyuman yang ramah walau isi hatinya penuh sumpah serapah.
baru beberapa anak tangga yang ia naiki,sudah banyak suara-suara yang terdengar sedang membicarakan dirinya. kebetulan tangga yang menghubungkan lantai atas dan lantai bawa berada tepat disamping kelas 12A yang hanya dibatasi oleh dinding.
"cantik si,tapi lebih cantikan yang dulu."Cibir salah seorang diantara mereka,membuat Chika menyerit heran.apa maksudnya yang dulu?ia merapatkan tubuh didinding agar mendengarnya lebih jelas.
"aku setuju,Gus asal nikah apa gimana si?masa ga nyari tau asal usul calon istrinya dulu. perempuan ga bener gitu kok." tambah Dian membuat teman julidnya menyerit tak mengerti.
"maksud kamu?" tanya Naysa tak mengerti.
Dian terlihat memberikan kode ke teman-temannya agar sedikit mendekat.ingat semakin rapat barisan dan semakin kecil suara,maka semakin hot pula berita yang disampaikan.
setelah selesai mendengarkan info gibah dari Dian,sejenak mereka semua menganga antara kaget dan tak percaya.
"kamu tau ini dari mana,Dian?" tanya Dilla dengan wajah kagetnya.
"dari Mas ku,kebetulan mereka temenan. kalo yang itu aku liat sendiri, pas lagi izin keluar." jawabnya enteng dengan wajah songong.
"Astaghfirullah,kalo gini mendingan Mbak Zuhra lah."lanjut Dilla membuat teman-temannya setuju.
"iyalah,masi mending Mbak Zuhra. udah cantik, alim,baik, sholehah,idaman banget pokoknya. eh si Gus malah milih spek-spek malaikat maut."Dian membuat teman-temannya tertawa cukup keras hingga beberapa santriwati yang terusik menatap kearah mereka dengan tatapan tak santai.
"Astaghfirullah,kalian ribut sekali.kita dikasi waktu senggang ini buat belajar ataupun menghafal untuk setoran terakhir, bukan buat tertawa berlebihan seperti tadi.jika kalau kalian ga mau melakukan keduanya setidaknya pelan kan suaranya,biar yang lain bisa fokus dan tidak terusik." tegur Fatimah lembut. yah,gadis itu memilih menyendiri di pojokan sedang fokus dengan mushaf ditangannya.
dan yah,teguran yang diberikan oleh Fatimah sangat manjur. buktinya geng juylid itu sudah berhenti dari aktifitas gibahnya. sedangkan Chika,gadis itu masi berada ditempatnya sedang berkecamuk dengan pikirannya sendiri yang dipenuhi tanda tanya.
tak ingin mengambil pusing,Chika melupakan sejenak persoalan ini. dan kembali menuju kelasnya,nanti niatnya ia akan cari tau sendiri.
yuhuuu Chikaa hilal masalah mu udah ada, tinggal atur mental aja YGY😘😘
btw-btw kalian dari kota mana aja? siapa tau kita sekota yekann
Jangan lupa Vote biar makin cepat updatenya
Follow juga ig ku @wp.auroscorpio
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING||
Teen Fiction"assalamu'alaikum,Zaujati"ucap Ilyas mengusap kening Chika hal itu berhasil membuat wajah Chika memerah. "ya allah, ternyata gini rasanya baru bangun udah jadi istri." ucap Chika menatap langit-langit kamarnya, tak berani menatap manik mata milik I...