Didalam Mesjid bernuansa putih ini,terlihat tiga orang gadis yang tengah berbagai tugas untuk menjalankan
hukuman yang diberi oleh Ustadzah Amel tadi.Yap,ketiga gadis itu terdiri dari Chika,Hilya dan Sisi. dengan alasan sepele,mereka bertiga kompak menjadi Masbuk saat sholat Ashar tadi.
"Ck,cape juga yah Sis." keluh Hilya sejenak memberhentikan kegiatan sapunya.
"udah jangan banyak ngeluh,hitung-hitung pahala buat kita." Ucap Sisi disebelah sana yang tengah mengepel diarea perempuan.
Sedangkan Chika,gadis itu mendapatkan bagian untuk menyapu serta mengepel teras Mesjid.
"Ini semua gara-gara kamu juga si Hil.Ngapain Coba nyembunyiin mukena orang,mana tuh Anak sampe nangis lagi." celetuk Chika yang masi mendengar percakapan kedua teman barunya itu. ga budek ye
Hilya terkekeh mengingat kesalahannya yang membuat mereka berakhir seperti ini."Ya Maaf,mana ku tau kalo Dinsa bakal nangis.biasanya juga cuman ngoceh doang. "Hilya melanjutkan aktifitasnya.
"Makanya jangan sering isengin Anak orang," Sisi menuangkan pewangi lantai dikain pelnya.
Chika terkekeh dengan berjalan mundur mengepel teras Mesjid."Tapi seru juga,mana ingusnya meler-meler lagi."ucapnya mengingat kejadian ditempat wudhu tadi.
"Yee si Ning,ingatnya cuman ingusnya Dinsa doang.ingat duitnya dong,duit dia banyak.Aku sama Sisi sering ditraktir sama dia,"Hilya dengan bangganya.
Sisi menggeleng pelan." Nah tuh ingat,berbuatan baik harusnya dibalas dengan kebaikan bukan malah kejelekan."sindirnya.
Hilya tertengun,ada benarnya juga omongan temannya ini."Iya, iya... nanti aku minta maaf,kalo bisa ku traktir Dinsa Es Cekek.biar ga marah-marah."ucapnya melanjutkan aktivitas.
mendengar kata traktiran,Chika dengan semangat tinggi berteriak."Aku juga ya Hil,hitung-hitung sebagai tanda pertemanan kita." Chika menaik turunkan kedua alisnya.
Hilya dan Sisi terkejut mendengar suara yang bergema didalam Mesjid."Astaghfirullah,biasa aja Chik.saya dengar kok, ga budek."Hilya menaikan kudung putihnya diatas pundak.
"minta maaf teman-teman,kadang kalo dengar yang gratis bawaannya semangat gitu. penuh energi,berasa habis dicharge." Chika berdiri didepan pintu masuk dengan alat pel yang berada di kedua tangannya.
"Iya,iya... nanti tak teraktir,tapi yang murah aja Nggeh. Isi dompet ku ga mampu menopang yang mahal-mahal." beritahu Hilya selesai dengan pekerjaannya.
Senyum diwajahnya Chika terlihat kala Hilya bersedia membelikan Es Cekek,tak perlu yang mahal setidaknya duit Chika tidak keluar.lumayan buat ditabung
Hilya dan Sisi kini telah selesai dengan pekerjaannya,kedua orang itu mengembalikan peralatan yang mereka pake ditempatnya semula. Kini tinggal Chika yang melanjutkan pekerjaannya seorang diri.
Saat sedang asik melaksanakan hukumannya,Chika tiba-tiba teringat seseorang yang sedari tadi ia tak menemukannya. sejenak gadis itu berpikir mengingat dimana terakhir kali dirinya melihat Ilyas.
"Woy,Diam-diam baek.kesambet baru tau rasa kamu." Ucap Hilya membuat lamunan Chika Ambyar begitu saja.
"Jangan kesambet dong,Chik.Kita berdua ga tau cara ruqyah monyet gimana."Tambah Sisi polos membuat Hilya yang berada disebelahnya tertawa.
Chika mencabik kan bibirnya,sudah dibuat kaget ditambah dikatain monyet miris sekali pemirsa." Aku bukan monye.Aku adalah supermen,aku juga bisa nangis. Jika Gus Ilyas pergi meninggalkan aku,"Nyanyinya dengan pel yang ia jadikan micnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING||
Teen Fiction"assalamu'alaikum,Zaujati"ucap Ilyas mengusap kening Chika hal itu berhasil membuat wajah Chika memerah. "ya allah, ternyata gini rasanya baru bangun udah jadi istri." ucap Chika menatap langit-langit kamarnya, tak berani menatap manik mata milik I...