"berlari hanya untuk mengejar langit, hingga dibuat terjatuh akibat mengejarnya terlalu jauh. lebih baik diam saja memandangi keindahannya dari jauh,dan tetap memandang ia sebagai langit, mana boleh ingin memeluknya kalo kamu tidak sanggup untuk memilikinya, jangan."
.
.
.
.
🌸🌸Chika telah selesai mandi, begitu pula dengan makan. kini ia berada diruang tamu bersama keluarganya tak tertinggal juga ummi Nala dan Abi zaynal, sedangkan Azka tengah berada di dapur membersihkan sisa makan malam yang dibantu oleh Ilyas.
jangan tanya kenapa bukan Chika yang melakukan pekerjaan itu, sebab itu bukan tugas Chika. Chika hanya ditugaskan untuk mencuci pakaian, menjemur, dan melipatnya. sesekali di strika jika gadis itu sedang tidak mager. selebihnya itu pekerjaan Azka, tidak adil memang tapi mau gimana lagi.
"Chika, ayah mau bicara." ucap Imam menatap gadis yang kini telah beranjak dewasa.
"ada apa komandan?" tanya Chika bangun dari rebahan nya dilantai yang beralaskan karpet itu.
"duduk sini," perintah Imam menepuk sofa disebelahnya.
"kenapa ayah?."jawab Chika menuruti perintah ayahnya.
"kamu udah resmi dikeluarkan dari sekolah, jadi ayah mau masukin kamu ke pesantren seperti yang ayah bilang waktu itu.dan keputusan sudah bulat, tidak bisa diubah dengan alasan apapun!."beritahu Imam dengan nada yang tegas.
"ayah tau kamu tidak akan setuju, tapi ayah mau kamu berubah nak. jadi lebih baik lagi,ayah ga mau kamu jauh dari Allah, ayah ga mau kamu tidak mendapatkan ridho Allah.ini juga demi masa depan kamu, suatu hari nanti kamu juga bakal jadi seorang ibu, ga mungkinkan anak kamu diajarin cara tawuran, cara bolos,dan cara berantem?. kamu yang bakal ngedidik anak anak kamu kelak, dan peran seorang ibu untuk mendidik anaknya paling penting, madrasah pertama seorang anak adalah ibunya."lanjut Imam menjelaskan agar putrinya itu bisa mengerti.
"tapi ayah, Chika mau SMK.bukan pesantren yang Chika harapkan, Chika ga bisa sekolah disana ayah."tolak Chika senduh.
"maafin ayah, Chika. bukannya ayah tidak bisa menyekolahkan kamu disana,tapi pergaulan disana itu sangat buruk,kamu mudah terpengaruh dengan lingkungan seperti itu. bukannya menjadi lebih baik malah jadi lebih buruk,Chika nurut aja ya?."
"Chika ga bakal kek gini kalo dari awal Chika masuk di SMK, seperti keinginan Chika. selama ini Chika buat onar disekolah biar bisa dikeluarkan dari sekolah, Chika selama ini sengaja ayah, Chika ga senakal itu kalo ayah nurutin kemau Chika. sekolah di tempat yang tidak diinginkan itu ga enak ayah." jawab Chika tak lagi bersemangat. ia benar benar sangat kecewa, ekspektasinya dan realita sangat berbeda jauh.
"lagi pula yang jalani Chika bukan ayah, Chika juga udah berhak milih jalannya Chika. bukan bermaksud ingin ngebantah ayah, tapi Chika ga mampu kalo harus disekolahkan dipesantren. lebih baik Chika kembali keSMA aja." lanjutnya napasnya memburu pertanda saat ini ia sedang menahan tangisnya.
"kamu ini,selalu aja kek gini. mau jadi anak pembangkang kamu!?."ucap Imam sedikit berteriak membuat.
" Chika ga bakal jadi anak pembangkang kalo dari awal ayah turutin maunya Chika. mimpinya Chika ada diSMK ayah, bukan di SMA ataupun di pesantren. Chika mau kejar mimpi mimpinya Chika, dan ayah sebagai orang tua harusnya dukung bukan malah kek gini.liat sekarang sekolahnya Chika jadi ga karuan, ga jelas."
Imam menghembuskan napasnya kasar tak mengerti harus bagaimana cara menjelaskan kepada Chika agar gadis itu mengerti.
"lagi pula kalo ayah masukin Chika keSMK, mana bis-"
"bisa ayah, Chika ga masalah kalo harus ulang dari awal lagi. setidaknya Chika masi bisa berlari buat mengejar mimpinya Chika, ga ngestuck disitu aja." potong Chika berdiri ingin meninggal ruang itu.
"Asiska! ayah belum selesai bicara, duduk!." perintah Imam yang dituruti oleh Chika tapi gadis itu memilih untuk duduk disebelah bundanya.
" keputusan sudah bulat kamu tetap masuk pesantren!dan ayah yakin, kamu nggak bakal dikeluarin dari pesantren lagi. karena kamu bakal ayah jodohin sama anak pemilik dari pesantren itu."tegas Imam membuat Chika menganga sempurna, kaget mendengar perkataan ayahnya barusan.
Chika tertawa dibuatnya, baru tadi gadis itu bersedih tapi liatlah sekarang gadis itu dengan cepat berubah seperti biasanya. Chika memang tidak bisa terlarut dalam kesedihan,dan sangat muda untuk membuat suasana hatinya berubah.
"ayah nih, ngelawak. sekolah aja nolak Chika ayah, gimana dengan orang? hahahaha kasiann sekali." gelak tawa Chika memukul pelan lengan tangan bundanya.
"ayah ga becanda Chika, orang itu sendiri yang mau. dan ayah juga setuju, dia bisa membantu kamu untuk berubah menjadi lebih baik lagi."
"hidup lagi cape capenya eh si ayah malah ngelawak.cowo mana yang mau sama Chika ayah?coba kasi tau Chika siapa cowo itu? biar Chika ruqiah.lagian Chika cuman mau sama Ilyas seorang, tak mau yang lainn."ucapnya asal membuat Diah dan Nala terkekeh.
" iya Chika dijodohkan sama Ilyas kok, bukan yang lain."jawab Nala diiringin dengan sedikit kekehan.
jawaban itu membuat Chika kaget, apa ini cuman mimpi? ayo katakan keChika kalo ini hanya mimpi atau hanya sekedar candaan dari keluarganya.
"bohong nih pasti, mana mungkin ucapanya Chika terkabulkan."
"tidak ada yang bohong Chika, itu benar. saya ingin mengkhitbah dirimu."sambar Ilyas yang memilih duduk di sofa bersama kedua orang tuanya.
"saya sudah lama menyimpan rasa dalam diam,membiarkan rasa itu menjadi sya'ir
yang selalu saya lantunkan di sepertiga malam.dan sekarang saya sudah berani mengutarakan."lanjutnya menunduk menatap jari-jarinya."h-hah!? anjeunggg." ucap Chika tak percaya."e-eh maksud astaghfirullahaladzim." ubahnya saat melihat Bunda memberikan tatapan tak bersahabat.
"harusnya ngomong masyaAllah, lah lu malah istighfar."celetuk Azka memilih rebahan ditempat Chika tadi.
"sengaja biar dosa yang tadi ga jadi dicatat sama malaikat."jawab Chika memandang tak suka keAzka.
"jadi gimana sayang? kamu mau?." tanya Diah mengusap lembut pipi Chika.
"ini beneran ga si?feeling gue kagak enak dah."
"yoi bro, soalnya yang enak cuman I Love that feeling i get when i see your smile." timpal Azka membayangkan senyuman manis sang pujaan hatinya yang tak kunjung terbalaskan.
"najis." Sinis Chika.
"iya benaran nak, masa becanda si."Saut Nala tersenyum manis kearah Chika.
jika diliat lebih dalam lagi, Chika memang sangat Cantik.kulit yang putih, hidung yang mancung, bulu mata yang lentik, iris mata yang berwarna coklat,dan bibir tipis berwarna pink alami itu, memberikan kesan yang indah untuk Chika yang memang memiliki blasteran rusia dari garis keturunan ayah kandungnya.
"anjirlah ternyata bener ucapan adalah doa, itu baru ucapan loh.belum do'anya Chika yang terkabul, emang kalo jodoh tuh ga bakal kemana." lirih Chika masi tak percaya dengan ini semua, kenapa semuanya terjadi begitu saja? padahal selama ini ia hanya bercanda.
"tapi Chika ga punya perasaan lebih keIlyas. rasa sayang, rasa cinta, Chika belum sampai ke perasaan itu buat Ilyas.selama ini Chika cuman becanda, kenapa malah jadi serius gini? Chika akuin Ilyas emang ganteng, sumpah. Chika jadi suka, tapi suka bukan berarti Chika Cinta dan sayang, soalnya itu beda."jelas Chika jujur menatap kedua orang tuanya secara bergantian.
"lagian juga Chika ga pernah berharap lebih buat jadi istrinya Ilyas, Chika cukup sadar diri, sadar posisi. Ilyas tuh bagaikan Langit dan Chika cuman figuran yang hanya boleh menikmati indahnya dari jauh dan tetap memandang ia sebagai langit, mana boleh ingin memeluknya? kalo Chika tidak sanggup untuk memilikinya, kan lebih baik jangan."lanjutnya menatap Ilyas senduh.
kalo ada yang typo kasi tau ya..
jika ada saran yang ingin disampaikan silahkan komen💗🌸
byebye~
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING||
Teen Fiction"assalamu'alaikum,Zaujati"ucap Ilyas mengusap kening Chika hal itu berhasil membuat wajah Chika memerah. "ya allah, ternyata gini rasanya baru bangun udah jadi istri." ucap Chika menatap langit-langit kamarnya, tak berani menatap manik mata milik I...