Sesuai janji, interaksi Om Pierre dan Ana comeback. Jangan lupa like dan comment ya gaes! Kemaren lapak rame, hehe saya seneng tuh yang begitu. Mantep klean. Like jangan lupa. Gak susah lo tinggal pencet like, apa sih yang buat orang bisa comment tapi pas dicek dia gak like🥲.
Sama satu lagi saya mau kasih tau bakal TELAT UPDATE karena besok saya udah mulai pembekalan Kampus Mengajar. Program dari pemerintah, MBKM. Yang kuliah dan ambil program ini pasti paham di posisi saya. Kayaknya bakal padet jadwal saya, jadi dampaknya saya bisa update lambat parahnya bakal hiatus lagi kayak kemaren. Tapi kalau saya ada waktu luang, InsyaAllah saya usahakan update meski lambat ya! Dan tolong jangan maksa-maksa buat update karena itu buat saya kepikiran. Cerita sejarah yang saya angkat ini berat, gaes. Saya gak mau buat cerita ini asal-asalan. Tolong kerja samanya dan tetap dukung segala keputusan saya. Terima kasih🙏.
Happy Reading yaw! Mohon maaf kalau masih ditemukan typo. Saya udah revisi tapi maklum lah manusia☺.
Dipublish pada 17 Juli 2023
°°°
Diri Pierre tersentak diikuti matanya yang membulat. Pierre paham betul maksud ucapan Ana barusan.
"Lamaranku kamu terima, An?" Pierre tersenyum lebar dengan wajah berseri-seri. Ana tersenyum tipis. Matanya mengedip satu kali sebagai jawaban.
"Mana kado gue? Kalo lama, gue berubah pikiran."
Cepat-cepat Pierre mengeluarkan kotak cincin dari dalam saku celananya. Akhirnya lamarannya diterima setelah sempat ditolak dua kali. Pierre tersenyum lebar hingga tampak deretan giginya yang putih saat mengambil cincin tersebut dari kotak untuk ia sematkan ke jemari Ana.
"Sudah boleh?" Pierre mendongak menunggu persetujuan Ana. Kepala Ana mengangguk tanda memperbolehkan.
Perlahan namun pasti, Pierre menyematkan cincin emas itu di jari manis tangan Ana sebelah kanan. Setelah cincin itu tersemat sempurna, Pierre mengusapnya lembut.
"Saat ulang tahun Mami di awal oktober, aku akan bawa kamu ke Semarang untuk mengabarkan kabar baik dan minta restu ke mereka, An. Setelah itu baru orangtuamu. Semoga orangtuamu merestui."
Deg!
Ana tersentak. Sadar bahwa di tanggal itu Pierre sudah tiada. Pierre tidak dapat menepati janjinya. Hati Ana bertambah sedih mengetahui hal itu. Kepala Ana pun mendongak. Menatap Pierre pilu.
"Pierre, andai... Di tengah jalan nanti takdir tiba-tiba tak menghendaki kita bersama, lo siap melepas gue?"
"Maksud kamu, kamu nantinya malah menikah dengan laki-laki lain, bukan aku?" perjelas Pierre yang salah kaprah. Sebab itu Ana hanya diam, sulit menjawab.
Pierre tersenyum membuat matanya menyipit. Kemudian ia mengusap puncak kepala Ana.
"Kalaupun demikian memang terjadi, justru aku lebih bahagia. Karena kamu menikah dengan laki-laki yang dipilih langsung oleh Tuhan. Laki-laki baik yang sudah menjadi bagian dari takdir, kamu. Karena pernikahan itu seumur hidup, Ana. Seumur hidup tidak sebentar. Jadi, pilihlah laki-laki yang tetap memegang erat tangan kamu hingga akhir."
Belum juga ada jawaban dari Ana. Wanita itu masih diam seribu bahasa. Ia hanya menatap wajah Pierre, namun beberapa detik kemudian berujar yang mampu membuat Pierre tertegun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, the Adjutant's Lover (Pindah ke Karyakarsa)
HistoryczneTertidur saat menonton film G30S/PKI bersama Papanya. Bangun-bangun Ana sudah berada di kediaman keluarga Jendral Besar Abdul Haris Nasution, salah satu pelaku film sejarah yang ia tonton. Selain bertemu Jendral Nasution, Ana juga bertemu keenam Jen...