Siap ketemu Ana dan Pierre?
Sebelum baca, pastikan dulu VOTE part ini yok. Jadilah readers yang budiman. Jangan sider, coba hargai penulis. Yang udah vote tapi belum comment, semoga bakal ada kemajuan. Mendadak kasih comment😁
Semisal masih ada typo, saya mohon maaf karena manusia tidak luput dari kesalahan. Happy reading...
°°°
Mata Ana mengerjap berkali-kali. Tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Nenek di depannya berkata ia dan Pierre merupakan sepasang pengantin baru. Pakai menanyakan usia anak pula. Sementara Pierre, pria itu mungkin bereaksi sama seperti Ana. Bedanya, pria itu lebih tenang menyikapi ketimbang Ana.
"Nek, maaf. Kami berdua... Bukan pasangan." kata Ana meluruskan. Ia menunjuk dirinya sendiri dan Pierre di sebelah.
"Bukan pasangan?" ulang Nenek itu kurang yakin. Nenek itu bahkan menurunkan sedikit kaca matanya, untuk melihat lebih teliti Ana dan Pierre di depan.
"Yaps, bukan. Dia ini... Dia... Teman saya. Kami mau beli susu untuk Anak atasan kami. Begitu, Nek."
"Oalah..." setelah sesaat terdiam, akhirnya Nenek itu paham. Beliau tertawa. "Maaf-maaf, saya sudah salah sangka. Saya pikir, kalian pengantin baru. Habis kalian serasi sekali."
Ana dan Pierre serentak saling pandang, begitu Nenek di depan mereka mengatakan mereka serasi. Padahal kenyataannya tidak sama sekali. Serasi dari mana. Setiap bertemu saja, bawaannya mereka ingin bertengkar terus.
"Jadi, berapa umur Anak Atasan kalian itu?"
Ana menoleh ke Pierre, lalu ia merapatkan tubuh dan berbisik. "Umur Ade berapa, sih? Kasih tau oy, gue gak tau."
Pierre berdecak. Dalam hati, Pierre merutuk, "Wanita ini banyak tidak tahunya. Lantas apa yang ia tahu?"
"Lima tahun." jawab Pierre singkat, setelah ia membatin.
Ana mengangguk seraya ber-o ria. Kemudian Ana memberi tahu Nenek itu sesuai informasi yang ia dapat dari Pierre.
"Umurnya lima tahun, Nek."
"Oh, lima tahun. Sepertinya itu susu khusus Anak lima tahun." Nenek itu menunjuk deretan susu ke tiga. "Ada banyak pilihan merk. Kalian tinggal pilih saja."
"Eh? Iya, Nek. Btw, makasih banyak ya, Nek." jawab Ana tersenyum canggung dengan hati membatin gusar.
"Njir, sama aja tau gak?! Gue juga gak tau merk susu Ade yang mana! Nih Ajudan cogan, gue rasa juga gak tau susu Ade merknya apa." saat membatin, Ana sekilas melirik Pierre dengan alis mengeret.
Pierre menyadari hal itu. Melihat alis Ana yang menunjuk rasa kesal, Pierre hanya bereaksi datar. Ia tidak tahu apa yang Ana pikirkan dengan ekspresi tajam seperti itu. Pra-duga Pierre, Ana pasti tengah membicarakannya di otak atau batin. Dan itu benar.
"Sama-sama. Kalau begitu, saya lanjut belanja lagi. Oh, ya, saya juga doakan semoga kalian memang menikah! Hahaha!"
Sontak Ana dan Pierre melongo. Mereka menatap cengo kepergian Nenek tadi yang setelah berucap, beliau juga tertawa. Ucapan Nenek itu berbalut doa serta harapan, lantaran ia sudah merasa cocok dengan Ana dan Pierre dalam sekali temu.
Ana berdehem canggung. "So... Susu Ade merk-nya apa? Jangan bilang lo juga gak tau?"
Pierre berdecak mendapati tudingan Ana. "Mungkin yang itu,"
Pierre kemudian menunjuk salah satu susu di deretan yang sebelumnya Nenek tadi beri tahu. Ana memicingkan mata, coba melihat kotak susu mana yang Pierre tunjuk. Setelah tahu dan ia selidiki benar-benar, Ana lantas mengajak Pierre bergegas mengambil susu itu supaya bisa pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, the Adjutant's Lover (Pindah ke Karyakarsa)
Ficción históricaTertidur saat menonton film G30S/PKI bersama Papanya. Bangun-bangun Ana sudah berada di kediaman keluarga Jendral Besar Abdul Haris Nasution, salah satu pelaku film sejarah yang ia tonton. Selain bertemu Jendral Nasution, Ana juga bertemu keenam Jen...