Seperti biasa! Saya selalu menekankan budaya Vote sebelum baca cerita saya, dan ramaikan lapak dengan komentar sebanyak-banyaknya😌. So, klik dulu tanda 🌟 biar gak kelupaan. Pasti pada rindu dengan interaksi Ana dan Pierre kan? Jadi jangan buat lapak ini sepi🤌.
Mohoh maaf apabila masih menemukan typo. Maklum, penulis juga manusia. And... Happy reading guys🤗.
Ditulis pada 7 Januari 2023
°°°
Ana menyapu ruang kerja Pak Nas. Di kursi kerja, sudah ada Pak Nas yang baru pulang dinas. Walau sudah terbebas dari tugas, Jenderal itu masih berkutat dengan sejumlah kertas-kertas yang ia keluarkan dari dalam tas. Tidak terjadi percakapan di antara Pak Nas dan Ana. Tetapi Pak Nas tetap tidak lua menyapa Ana hangat dan Ana pun balik menyapa sekedarnya. Ana memilih fokus menyelesaikan pekerjaannya saja, tak mau mengganggu Pak Nas yang tampaknya sangat sibuk akhir-akhir ini. Kalau Pak Nas adalah Papanya, Ana tidak akan segan mengajak bicara.
"Jadi keinget Papa." Ana membatin menatap Pak Nas yang mirip dengan Papanya jika sedang fokus membaca dokumen-dokumen penting. Ditambah lagi Pak Nas masih mengenakan seragam TNI lengkap. Menyadarkan Ana bahwa postur tubuh kedua pria itu mirip.
Terdengar ketukan sepatu prajurit melangkah mendekat. Tanpa mengengok pun, Ana tahu ada seseorang yang masuk. Namun ketika Pak Nas menyebut nama orang itu, Ana yang awalnya tidak berniat menengok, spontan menengok.
"Pierre."
"Selamat sore, Pak. Ini dokumen peserta angkatan militer yang Bapak pinta." Pierre menaruh setumpuk dokumen di atas meja.
"Sudah kamu rekap, Yer?" tanya Pak Nas, mengambil satu dokumen pertama untuk dilihat.
"Sudah, Pak Nas."
Pak Nas membaca sejenak dokumen yang ia ambil. Selesai membaca sampai akhir, Pak Nas kembali menaruh dokumen itu di atas tumpukan dokumen sebelumnya.
"Iya, sudah semua. Semua dokumen ini akan saya tanda tangani dan besok pagi saya kembalikan ke kamu. Simpan baik-baik data mereka."
"Siap, Pak Nas!" Pierre mengangguk patuh.
"Oalah, keknya lagi penerimaan TNI AD." praduga Ana dibatin.
Ana yang diam-diam menyimak dari tadi, tersentak kala Pierre tiba-tiba menengok ke arahnya. Sontak Ana langsung membuang muka dan melanjutkan pekerjaannya.
"Kenapa kalian? Lagi bertengkar?" tanya Pak Nas yang rupanya menyadari interaksi Ana dan Pierre.
"Tidak, Pak."
"Nggak, Pak!"
Ana dan Pierre secara tak sengaja menjawab pertanyaan Pak Nas bersamaan. Keduanya langsung melotot satu sama lain. Pak Nas yang melihat itu, menahan tawanya.
"Aduh, kalian ini Anak muda, paling bisa... Perasaan baru saja jalan-jalan berdua."
Mata Ana semakin melotot mendengar ucapan Pak Nas. Ia lalu menoleh ke arah Pierre. Bertanya lewat tatapan mata, kenapa Pak Nas bisa tahu. Di tatapan itu juga Ana menuduh Pierre memberi tahu Pak Nas. Pierre menggeleng kuat, tak terima dengan praduga Ana. Kembali interaksi dua orang itu disadari oleh Pak Nas.
"Setan ketawa dengar obrolan kalian." celetuk Pak Nas yang membuat Ana dan Pierre gelagapan. Pak Nas tak bisa menahan tawanya lagi. Tawa pria itupun akhirnya pecah.
Datang Bu Nas membawa secangkir kopi hitam dan biskuit. Bu Nas menatap heran suaminya yang tertawa cekikikan, padahal dua orang lain diam dengan wajah melongo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, the Adjutant's Lover (Pindah ke Karyakarsa)
Fiksi SejarahTertidur saat menonton film G30S/PKI bersama Papanya. Bangun-bangun Ana sudah berada di kediaman keluarga Jendral Besar Abdul Haris Nasution, salah satu pelaku film sejarah yang ia tonton. Selain bertemu Jendral Nasution, Ana juga bertemu keenam Jen...