07

10K 919 19
                                    

Hujan turun dengan deras, membuat suhu udara di luar terasa semakin dingin. Di dalam kamarnya Sena tengah menghitung uang yang ia pegang. Jumlahnya tak banyak, tapi cukup untuk membeli satu ponsel android murah. Sekeras apapun ia menahan diri untuk tidak mempergunakan uangnya, ia tetap membutuhkan benda pipih itu untuk kegiatan sehari-harinya. Belum lagi ia juga ingin menghubungi Ardi, memastikan komunikasinya dengan lelaki baik hati itu tidak terputus.

"Tapi kalo di pake sekarang, apa gaji dari Bu Mina bakal cukup buat gue lahiran? Biaya operasi caesar 'kan mahal." monolognya putus asa.

Tok Tok

Sena buru-buru menyimpan kembali uangnya dan langsung membukakan pintu kamarnya.

"Hai, gue ganggu gak?"

Sena tertegun saat melihat Denis yang entah atas dasar apa datang ke kamarnya malam-malam.

"Enggak Mas. Mas Denis mau dibikinin sesuatu?"

Denis menggeleng dan langsung masuk begitu saja ke kamar Sena. Hal itu tentu membuat Sena merasa gugup sekaligus heran dengan tingkah Denis.

"Kenyang gue makan mulu. Gue cuma mau main ke sini aja, bosen di kamar."

"Emm ... Tapi Mas, emang gak papa Mas Denis main ke kamar saya? Maksudnya, Mas Denis 'kan majikan saya." ujar Sena sungkan.

"Ya terus kenapa? Ini kamar 'kan ada di dalem rumah orang tua gue, jadi sah-sah aja dong kalo gue mau masuk ke sini. Lagian juga penguninya bukan cewek, jadi bebas aja gue mau ke sini kapanpun."

'Jadi maksudnya karna gue cowok jadi lo bisa seenaknya aja gitu? Kampret juga ni laki.'-Sena.

Sena duduk dengan canggung di pinggir kasurnya karena Denis sedang rebahan. Karena ia tak memegang ponsel, jadi Sena hanya menghabiskan waktu dengan membaca buku resep kue yang ia beli, hanya supaya Denis mengira ia sibuk.

"Gak usah sok sibuk kali, rajin amat bacain buku resep." ujar Denis tanpa menoleh ke arah Sena.

"Emang gak boleh saya baca buku? Lagian juga sayang kalo gak di baca, belinya pake duit."

"Ya yang bilang belinya pake daun siapa? Cuma maksud gue, ngapain lo bacain buku resep kayak gitu? Lo gak megang hp?"

"Enggak."

"Lah? Kenapa?"

Sena diam sejenak. "Kecopetan." jawabnya bohong.

"Ah, masa ngejar coper aja gak bisa sih lo. Cemen banget."

Entah bawaan hamil atau bagaimana, tapi Sena merasa benar-benar kesal mendengar Denis yang lagi-lagi meremehkannya. Ingin rasanya ia menjambak rambut hitam Denis sambil memakinya karena sudah mengatainya cemen.

"Kalo lo mau, gue ada hp lama gue gak kepake. Masih bagus sih, baru gue pake 6 bulan. Bentar gue ambilin."

Sena sama sekali tak menolak, tapi ia juga bingung sendiri dengan sikap Denis. Ada setitik rasa takut di hatinya menghadapi lelaki itu. Ia takut jika semakin Denis bersikap baik padanya, ia malah menyukai lelaki itu yang jelas-jelas sudah memiliki kekasih, atau kemungkinan terburuknya adalah Denis yang mengetahui semuanya tentang masa lalu mereka juga tentang bayi di kandungannya. Entah opsi terbaik atau terburuk yang akan ia terima, Sena tidak akan pernah merasa siap.

"Nih."

Sena tersadar dari lamunannya saat ia disodorkan sebuah ponsel oleh Denis. Dengan ragu dan perasaan canggung, ia menerima ponsel itu dan mengucapkan terimakasih. Setidaknya uang tabungannya bisa aman karena Denis memberikan hp lamanya.

"Besok beli kartu nomer sama kartu memori. Itu hp kosong banget soalnya."

"Iya, makasih banyak ya Mas."

The Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang