22

8.2K 801 21
                                    

Jam di dashboard mobil Denis masih menunjukkan pukul 05:07 pagi. Langit masih gelap, tapi lelaki itu malah masih melajukan mobilnya menuju rumah.

Pekerjaan Denis di Bandung ternyata bisa selesai lebih cepat sehingga ia hanya dinas selama 2 hari. Memang setelah video call dengan Jerry, ia merasa badmood dan langsung melampiaskannya dengan membabat habis semua pekerjaannya yang seharusnya untuk 3 hari. Kemudian begitu pekerjaannya selesai ia langsung memutuskan pulang ke Jakarta meski nyatanya ia berangkat dari Bandung pukul 3 dini hari.

Denis tiba di rumahnya dan langsung memarkirkan mobilnya di halaman rumah setelah membuka pagar. Ia bergegas masuk setelah menutup kembali pagar rumahnya.

Begitu dirinya sudah berada di dalam, yang pertama kali menyambutnya adalah suara tangisan Yosse dari arah kamar Sena. Mengabaikan lelah dan kantuk, kakinya bergerak begitu saja ke kamar pemuda itu.

Tok Tok

Butuh waktu beberapa detik hingga akhirnya pintu di buka oleh sang penghuni yang terkejut akan kemunculannya.

"Mas Denis? Bukannya--"

"Sini Yosse nya." ujar Denis datar sambil mengangkat kedua tangannya. Entah kenapa masih ada perasaan kesal di hatinya mengingat video call nya dengan Jerry kemarin.

"Ah ... Gak usah Mas. Mas Denis 'kan capek, mending--"

"Sini." tukas Denis masih dengan wajah datarnya namun nada bicaranya kali ini lebih tegas.

Dengan perasaan canggung, Sena memberikan Yosse pada sang majikan yang juga melangkah masuk ke dalam kamarnya. Pemuda berkulit putih itu dengan tenang dan sabar menimang Yosse yang terus menangis.

"Ini uncle udah pulang nih. Yosse jangan nangis lagi ya? Mending bobo aja." ujar Denis dengan sangat lembut sambil menimang Yosse.

Perlahan namun pasti, mungkin karena kelelahan juga, Yosse pun kembali tenang dan akhirnya tertidur di gendongan Denis.

"Dari jam berapa dia nangis?"

"Dari jam satu, Mas."

Denis mengangguk. Ia memperhatikan wajah Sena yang terlihat lelah mengurus Yosse sendirian dan juga harus mengurus rumah.

"Kalo ada apa-apa, langsung ngomong ke gue. Kalo pun gue lagi dinas terus Yosse rewel, telfon atau video call ke gue. Jangan berusaha sendiri kalo emang lo butuh bantuan orang lain."

"Tapi ... Saya gak mau ganggu Mas Denis. Yosse juga anak saya jadi seharusnya dia tanggung jawab saya sepenuhnya."

"Lo mikirin diri lo sendiri berarti."

Sena menatap Denis dengan tatapan bingungnya. Denis meletakan Yosse di dalam box nya saat merasa bayi itu sudah sepenuhnya pulas.

"Gue tau lo gak sebodoh itu buat ngerti kalo Yosse butuh orang lain selain diri lo. Jangan nekanin kalo Yosse anak lo sendiri, gue bisa aja anggap dia anak kalo emang dia butuh sosok gue."

Refleks Sena langsung menggelengkan kepalanya, namun hal itu menimbulkan reaksi bingung dari Denis.

"Kenapa?"

"Mas Denis gak perlu ngelakuin itu. Seharusnya, Mas Denis gak perlu repot-repot kasih perhatian ke saya dan Yosse. Pada akhirnya nanti kami juga bakal pergi dari rumah ini. Kami gak mungkin tinggal di sini terus."

Mendengar kata 'pergi' seketika membuat perasaan Denis berkecamuk. Jauh di dalam hatinya, ada setitik suara yang menyatakan penolakan keras atas ucapan Sena meski ia tidak tahu apa penyebab dirinya kesal saat Sena akan pergi dari rumahnya suatu hari nanti.

The Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang