06

11.6K 973 9
                                    

Sena berisitirahat di kamarnya setelah selesai makan dan membereskan semua peralatan dapur. Hari ini ia belum punya banyak pekerjaan, jadi ia bisa sedikit mengistirahatkan diri sebelum nanti sore ia harus menyiram tanaman di halaman depan dan taman belakang rumah.

Sejenak Sena berusaha menenangkan diri dari rasa terkejutnya karena melihat sosok Denis. Bersikap normal di depan Bu Mina dan putranya ternyata cukup menguras tenaganya.

Ini adalah hal yang sebemarnya tidak pernah ia harapkan. Padahal jauh sebelum ia mengetahui dirinya hamil, Sena berharap semoga ia tidak akan pernah bertemu dengan sosok Denis lagi, tapi nyatanya Tuhan berkata lain. Entah apa yang sedang direncanakan-Nya, Sena sama sekali tidak bisa menebak alur kehidupannya.

Lagi-lagi Sena menyentuh perutnya. Lambat laun ia pasti akan kembali dihujani banyak pertanyaan, entah itu dari Bu Mina atau dari Denis sendiri.

Tidak. Sena tidak mau dan tidak berharap kalau Denis akan menyadari kondisinya dan ia sendiri yang bertanya langsung padanya. Mulai sekarang ia harus memikirkan rencana ke depannya agar bayinya tetap bisa lahir dan hidup dengan baik. Ia tidak ingin ada Denis yang terlibat dalam kehidupannya. Sudah cukup kecelakaan masa lalu mereka yang melibatkan Denis. Selebihnya ia akan menjalaninya hanya berdua dengan anaknya.

Tok Tok

Sena berjalan ke arah pintu dan langsung membukanya begitu mendengar suara ketukan.

"Oh, Mas Denis. Butuh sesuatu Mas?"

"Bikinin gue es sirup dong. Nanti bawain ke kamar ya."

"Oh, iya Mas."

Denis langsung meninggalkan Sena setelah menyampaikan permintaannya. Sungguh, Sena merasa ingin kabur dari rumah mewah itu. Jika saja kebutuhan akan uang tidak menjeratnya, ia pasti sudah membatalkan kontrak kerjanya dengan Bu Mina karena tak ingin berhadapan dengan Denis.

Begitu segelas es sirup sudah siap, Sena langsung membawakan pesanan Denis menuju kamar sang tuan muda. Ia mengetuk pintu kamar Denis dan membukanya setelah mendapat izin untuk masuk.

Di dalam kamar bernuansa cokelat kayu dan abu-abu itu, Sena melihat Denis yang sedang asyik bermain game di komputernya. Ia langsung meletakan gelas berisi es sirup di meja Denis.

"Makasih." ujar Denis tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputernya.

Sena segera pamit dari kamar Denis karena enggan terlalu lama berdekatan dengan lelaki itu. Bukan karena apa, tapi yang namanya trauma tidak akan bisa di bohongi. Ia takut pada lelaki itu. Takut bahwa suatu saat nanti semuanya akan terbongkar, Denis akan ingat soal masa lalu mereka yang jauh dari kata baik, dan berakhir dirinya yang akan lebih menderita entah dalam bentuk apa.

"Sena,"

Sena yang baru saja turun langsung berjalan menghampiri Bu Mina.

"Iya Bu, ada apa?"

"Nanti sore saya ada arisan sama temen-temen saya. Kamu bisa bikin kue gak?"

"Kue apa ya Bu?"

"Apa aja deh yang kamu bisa, yang penting pantes buat di bawa ke acara arisan. Bisa?"

Sena nampak berpikir sejenak. Ia belum pernah membuat kue sebelumnya, tapi beberapa kali ia pernah melihat kue-kue cantik yang mudah dibuat.

"Emm ... Sebenernya, saya belum pernah bikin kue sih, Bu. Tapi bakal saya coba. Gimana kalo brownies?"

"Naah, boleh tuh. Yaudah, nanti kamu beli bahannya ya. Saya arisan jam empat sore."

"Iya Bu. Kalo gitu, saya permisi dulu."

The Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang