40. End

13.1K 765 114
                                    

Ini panjang banget, sumpah.

.

.

.

Sudah 2 hari berlalu sejak penangkapan Gisele. Denis sudah harus kembali bekerja, sementara Sena masih harus sering beristirahat untuk proses pemulihan tubuhnya.

Siang itu, Sena tengah duduk bersama Bu Mina di sofa ruang TV sambil mengupas apel. TV di depan mereka sedang menayangkan berita siang yang berisi berbagai macam laporan berita.

"Saudara, tengah viral di sosial media mengenai kasus tabrak lari yang terjadi di depan halte X beberapa waktu lalu."

Suara si pembawa berita langsung membuat fokus Sena dan Bu Mina teralihkan ke layar TV. Sena yang disinggung dalam berita itu pun seakan tersengat listrik mendengar runtutan kata yang keluar dari mulut si reporter.

Hatinya kembali berdenyut sakit saat mendengar bahwa kejadian yang diberitakan telah menewaskan anaknya, di tambah lagi kini sudah di tampilkan secara sekilas sosok Gisele yang menggunakan baju tersangka dan di bawa masuk ke dalam sel.

"Pelaku mengakui bahwa perbuatannya ini dikarenakan emosi dan masalah asmara, yang mana menurut pengakuannya, korban telah merebut kekasihnya. Untuk korban tewas yang mana itu adalah seorang bayi berusia tiga bulan, pelaku mengaku bahwa dia tidak bermaksud untuk menghilangkan nyawa si bayi."

Bu Mina menoleh ke arah Sena yang sudah meneteskan air matanya saat mendengar pernyataan dari kepala polisi yang di wawancara. Tangan Bu Mina terulur untuk meraih tangan kanan Sena yang tengah memegang pisau buah dan melepas pisaunya. Ia genggam tangan itu dengan lembut, berusaha memberikan kekuatan atas berita yang mereka dengar.

"Sena,"

Entahlah, Bu Mina sendiri tidak tahu untuk apa ia memanggil si pemuda di sampingnya. Ia sendiri merasakan sesak yang begitu pekat. Bagaimana pun juga, sosok yang menjadi korban tewas dalam kasus ini adalah cucunya.

"Sa-Saya mau ke kamar ..." ujar Sena kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan pelan ke kamarnya.

Bu Mina mengikutinya dari belakang, takut jika tiba-tiba Sena ambruk di saat kondisi tubuhnya belum sepenuhnya pulih.

Begitu tiba di kamar, Bu Mina sempat menatap iba ke arah Sena yang sudah duduk di atas kasurnya dan langsung menangis. Kedua mata Bu Mina ikut berkaca-kaca, pedih melihat bagaimana sosok yang selama ini kuat menjalani hidupnya harus hancur karena keegoisan hati seorang manusia.

Pintu kamar Sena di tutup dengan perlahan kemudian Bu Mina membiarkan Sena menikmati waktunya sendiri.

Sena hanya bisa terus menangis. Menangisi nasibnya, menangisi putranya, dan menangisi dirinya sendiri.

.

.

Sore menjelang ketika Denis tiba di rumah. Wajahnya nampak sangat lelah setelah bekerja seharian karena ia harus menyelesaikan pekerjaannya yang sempat ia tinggal selama cuti.

Begitu ia masuk ke rumah, hening adalah satu-satunya hal yang menyambutnya. Bahkan Ibunya pun hanya diam saat melihatnya dari ruang TV.

"Sena di mana Ma?" tanya Denis.

"Di kamarnya."

Denis tahu ada yang tidak beres di rumahnya. Namun ia tak banyak bertanya, dan memilih langsung menemui Sena di kamar pemuda itu.

The Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang