23

8.4K 777 26
                                    

Ardi meletakan dus air mineral terakhir yang baru di angkut dari mobil pick up di dalam toko. Ia menyeka keringat di dahinya sambil menghembuskan napasnya kasar.

Ia berjalan ke depan toko untuk bersiap menerima perintah dari Pak Rudi. Kondisi toko yang sedang cukup ramai membuat ruangan besar yang terisi dengan banyak barang sembako membuat napas sedikit terasa sesak.

"Di, kopi item serenceng sama gula dua kilo." pinta Pak Rudi menyebutkan pesanan pelanggannya yang langsung di turuti Ardi.

Begitu Ardi kembali ke depan, langkahnya sedikit melambat saat melihat Sena yang tengah berdiri di depan kasir. Lelaki muda itu tersenyum tipis ke arahnya, seakan berusaha tak bereaksi karena ada Denis di sampingnya.

"Di, ambilin ini belanjaannya Sena." ujar Pak Ardi sambil menyerahkan secarik lipatan kertas berisi daftar belanjaannya Sena.

Ardi mengangguk dan membawanya ke bagian dalam toko. Ia membuka lipatan kertas itu, berniat untuk melihat lebih detil apa saja yang ingin di beli mantan teman sepekerjanya itu.

"Bang Ardi, saya takut Mas Denis tau kalo Yosse itu anaknya. Mas Denis makin nempel sama Yosse."

Ardi sempat menoleh ke bagian depan toko, mengintip Sena yang sedang menunggu barang belanjaannya di ambilkan. Sesegera mungkin Ardi menuliskan balasan dari pesan singkat Sena dan mengambilkan barang belanjaan Sena yang langsung ia masukan ke dalam sebuah kantung plastik besar.

"Ada lagi yang mau di ambilin?" tanya Ardi sambil menatap Sena.

"Itu dulu aja, Bang."

Ardi hanya mengangguk. Ia berdiri di dekat meja sambil menatap Sena dan Denis bergantian.

"Semuanya jadi dua ratu sepuluh ribu." ujar Pak Rudi yang langsung dibayarkan oleh Sena.

"Eh iya, ini catetannya." ujar Ardi yang lupa mengembalikan kertas catatan Sena.

"Padahal buang aja, Di." sahut Pak Rudi.

"Ah, bikin sampah Pak."

Sena dan Ardi saling bertatapan sejenak sebelum kemudian Sena pamit untuk pulang.

Ardi bukanlah orang yang cerdas, tapi ia dapat mengetahui dengan pasti apa yang sebenarnya Denis rasakan. Pria itu ada rasa menginginkan Yosse, hanya saja pemuda kaya raya itu sedang denial dengan ketidaktahuannya akan kebenaran tentang Yosse.

Sementara itu, kini Sena berada satu mobil dengan Denis sambil membaca catatan belanja dari Bu Mina. Namun diam-diam ia membuka lipatan kertas dan membaca balasan dari Ardi.

"Cepat atau lambat dia bakal tau kebenarannya, dan lo gak boleh nolak soal itu. Terima, dan jalanin yang seharusnya berjalan."

Sena kembali melipat kertasnya sambil sedikit menggigit bibir bawahnya. Pikirannya berkecamuk. Ia sama sekali tidak ingin Denis mengetahui kebenaran soal Yosse karena enggan merusak hidup sempurna milik pemuda itu. Ia bisa saja berbohong, tapi Denis memiliki kuasa lebih untuk mencari tahu lebih dalam soal kebenaran yang ada.

'Tuhan, tolong jangan buat hidup lelaki di samping saya ini berantakan. Cukup saya yang menanggung semua atas kelemahan saya di masa lalu.' doanya dalam hati.

"Ada lagi yang mau di beli?" tanya Denis sambil tetap memperhatikan jalan.

"Oh, nggak ada Mas. Udah semua."

The Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang