09

9.4K 898 44
                                    

Denis hari ini tidak berangkat ke kantor, karena memang jadwalnya hanya seminggu 3 kali ia berangkat ke kantor. Pagi ini ia mengerjakan tugasnya di ruang tamu sambil memangku laptopnya.

"Senaaa." panggilnya dengan suara yang sedikit kencang.

"Iya Mas Denis?" tanya Sena sambil mendekati majikannya itu.

"Tolong ambilin minum dong."

Sena mengangguk dan pergi ke dapur untuk mengambilkan Denis minum. Ia kembali dengan segelas air es lalu menaruhnya di atas meja.

"Ssssh..." desis Sena pelan sambil memegangi perutnya.

Denis yang mendengar suara desis dari Sena pun mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Kenapa Sen? Perutnya masih sakit?" tanya Denis. Ia sampai menyingkirkan laptopnya untuk lebih memperhatikan Sena.

"Ah, enggak Mas."

"Kenapa sih selalu bilang 'enggak' padahal lo emang sakit? Kalo lo sakit ngomong, jangan enggak-enggak terus." ujar Denis sedikit kesal lalu pergi untuk mengambilkan Sena obat pereda nyeri.

"Nih, tadi gue nyari paracetamol gak ada, adanya itu. Sama-sama pereda nyeri kok." ujar Denis sambil menyodorkan sebungkus obat.

"Makasih ya Mas, maaf ngerepotin."

"Iyaa. Udah sana, minum dulu obatnya."

Sena mengangguk dan pergi ke dapur untuk mengambil air. Sebenarnya ia ingin mencari tahu dulu obat apa yang diberikan oleh Denis karena takut akan membahayakan janinnya, tapi merek obatnya tersobek dan sama tidak jelas menyisakan huruf apa.

"Semoga aman deh." monolognya kemudian meminum tablet obat itu.

Selesai dengan obatnya, Sena membereskan lagi gelasnya dan hendak kembali bekerja.

"Sena, bantuin saya di taman belakang yuk."

Sena mengangguk dan menuruti perintah Bu Mina. Wanita itu memang gemar sekali berkebun di taman belakang. Banyak bunga-bunga cantik yang mekar dengan sempurna menghiasi taman belakang rumah yang ukurannya tidak terlalu besar.

"Tolong ambilin pupuk sama sekopnya ya."

"Iya Bu."

Sena berjalan menuju tempat penyimpanan peralatan kebun. Namun saat hendak mengangkat karung berisi pupuk, tiba-tiba perutnya terasa sakit bukan main. Bahkan ini lebih sakit dari yang sebelumnya.

"Aagh!"

Mendengar suara benda jatuh dan juga ringisan Sena, Bu Mina langsung menaruh benih bunganya dan berjalan menghampiri Sena.

"Sena, kamu kenapa?" tanya Bu Mina khawatir saat melihat Sena yang meringkuk kesakitan sambil memegangi perutnya.

"Pe-Perut saya sakit Bu..."

"Kita ke dokter ya? Denis ... Deniiiss..."

Yang dipanggil pun langsung meninggalkan pekerjaannya saat mendengar suara panik sang Ibu.

"Kenapa Ma?" Denis sendiri terkejut saat melihat Sena yang meringkuk sambil memegangi perutnya.

"Loh? Sena kenapa?"

"Gak tau, ayo kita bawa ke rumah sakit."

Denis mengangguk dan ia membantu Sena untuk berdiri. Dalam hatinya Sena sangat ingin menolak ajakan tersebut karena takut semuanya akan terbongkar. Apalagi ia belum ada satu bulan penuh bekerja dengan Bu Mina. Ia takut akan kehilangan pekerjaannya sementara dirinya yang sangat membutuhkan uang.

Denis dan Bu Mina langsung mengantar Sena ke rumah sakit. Bu Mina bahkan sampai rela mengurus administrasi Sena agar Sena bisa langsung ditangani.

"Tuan Arsena Dwipanga." panggil seorang suster setelah beberapa menit Sena, Denis, dan Bu Mina menunggu.

The Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang