08

9.7K 886 18
                                    

Pagi itu Bu Mina sedang duduk di kursi meja makan sambil mengaduk teh di cangkirnya. Sena juga berada di sana, menyiapkan sarapan untuk majikannya.

"Good morning Mamaku yang selalu cantik seperti bidadari~"

Diam-diam Sena menahan tawanya. Bukan karena menertawakan Bu Mina yang di bilang seperti bidadari, wanita itu memang masih sangat cantik di usianya yang sudah di penghujung 40 tahun, tapi mendengar Denis yang memuji sang Ibu dengan suara mendayu adalah hal yang menggelikan di telinga Sena.

"Halah, muji-muji Mama pasti ada maunya 'kan?"

"Enggak lah Maa. Emangnya gak boleh kalo Denis bilang Mama cantik?"

Bu Mina hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang anak. Sena menata telur mata sapi yang ia buat di atas piring kemudian menyajikannya di atas meja.

"Kamu gimana sama Gisele? Masih awet 'kan?" tanya Bu Mina sambil menyendok nasi goreng udang ke piring Denis.

"Masih dong Ma. Malah kayaknya Denis makin yakin sama Gisele deh."

Sena yang sedang mencuci perabotan dapur tanpa sadar memelankan gerakan tangannya.

"Ya bagus kalo kamu yakin sama Gisele, tapi kalo kamu mau nikah cepet Mama belom setuju."

"Loh? Kenapa? Kan enak nanti Mama punya cucu pas Denis sama Gisele masih muda."

"Terus nanti Mama yang kejatahan ngurus anak kamu? Ih, sorry ya besti, Mama gak mau."

"Mama gak mau momong cucu? Masa nanti anaknya Denis gak akrab sama neneknya?"

"Bukannya gitu. Kamu tuh harusnya sadar diri. Udah mah kamu gila kerja, Gisele juga 'kan kerja, terus nanti anak kamu ditinggal di rumah ya pasti Mama lah yang megangin. Mama itu maunya kamu nikah pas Giselenya udah siap buat fokus sama keluarganya."

Sena kembali meneruskan kegiatannya. Ia merasa lancang karena sudah mendengarkan obrolan Ibu dan Anak itu.

"Ssh.."

Bu Mina yang baru saja ingin menyuapkan nasi goreng di sendoknya menoleh ke arah Sena.

"Kenapa Sen?"

Sena menoleh dengan perasaan gugup. "Ah, gak papa Bu. Saya cuma mules. Saya izin ke kamar mandi dulu ya, Bu. Nanti ini saya terusin."

Bu Mina hanya menganggukan kepalanya. Sena langsung bergegas ke kamar mandi yang ada di pojok lantai 1.

"Ssh, duuh kok sakit sih?" monolognya sambil meremas perutnya.

Kalau saja ia tidak ingat di rumah ini ada Bu Mina dan Denis, mungkin Sena sudah berteriak karena perutnya yang terasa sangat sakit.

Sena duduk meringkuk sambil terus meremas perutnya. Ini adalah sakit yang baru pertama kali ia rasakan. Rasanya lebih sakit daripada mulas biasa.

"Kamu gak papa 'kan di dalem sana? Tapi kenapa perut Didi sakit?"

Sena berusaha mengatur napasnya. Lambat laun rasa sakit di perutnya mulai reda dan ia bisa kembali tenang.

Tok Tok

"Sena, lo gak papa?"

Sena segera bangkit dari posisinya. Ia merapikan penampilannya di cermin dan mencuci tangannya serta menekan tombol flush supaya Denis benar-benar percaya ia yang habis BAB sebelum membuka pintu kamar mandi.

"Kenapa Mas Denis?"

"Lo gak papa? Tadi gue liat kayaknya lo kesakitan banget di perut."

Sena tersenyum tipis sambil mengangguk. "Saya gak papa kok, Mas. Cuma mules biasa."

The Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang