36

7.4K 727 40
                                    

Terhitung sudah 3 hari Sena masih belum juga sadarkan diri dari koma. Selama berada di rumah sakit, Denis terus menemani Sena dan memilih untuk menghabiskan semua jatah cutinya selama satu tahun untuk menjaga Sena.

Kedua mata Denis nampak bengkak dan wajahnya pun sembab. Yosse sudah dimakamkan satu hari setelah ia dinyatakan meninggal. Denis tahu ini adalah keputusan yang salah, karena ia tidak menunggu Sena sadar terlebih dahulu untuk melihat putranya terakhir kali. Namun ia juga tidak tega membiarkan jasad Yosse terlalu lama jika harus menunggu Sena sadar dan pulih dari kondisinya.

Genggaman tangan Denis pada tangan Sena yang bebas sesekali mengerat dengan lembut seolah berharap bisa membangunkan Sena. Tentu ia ingin Sena segera sadar, namun di satu sisi ia belum siap untuk mengatakan yang sebenarnya pada Sena.

Suara ketukan pintu kamar inap sedikit mengalihkan atensi Denis. Samuel masuk ke ruang rawat Sena dengan menenteng plastik berisi buah-buahan dan juga makanan untuk Denis.

"Makan dulu, Den. Jangan skip makan terus." ujarnya sambil berjalan ke dekat nakas untuk menaruh bawaannya.

"Makasih, Sam." ujar Denis pelan.

Samuel menghembuskan napasnya berat. Ia menatap iba sahabatnya yang kini benar-benar kelihatan kacau. Hanya dalam 3 hari Denis sudah mengalami perubahan pada proporsi tubuhnya. Lelaki itu kini nampak lebih kurus dari sebelumnya, dengan wajah yang nampak lelah dan mata yang membengkak karena terlalu sering menangis.

Hanya keheningan yang menyelimuti seisi ruangan kamar. Samuel merasa canggung jika harus memulai obrolan dengan kenyataan kondisi temannya yang jauh dari kata baik. Ia sendiri terkejut bukan main saat Denis tiba-tiba meneleponnya dan mengabarkan kalau Sena dan Yosse mengalami insiden tabrak lari dengan Yosse yang gagal di selamatkan. Bahkan ia sendiri juga menangis saat melihat bayi mungil yang pernah ia gendong itu nampak sangat pucat dan terbujur kaku. saat berada di rumah duka.

Jemari tangan Sena yang berada dalam genggaman Denis perlahan bergerak, membuat Denis yang tadinya sedang melamun kini menatap Sena penuh harap.

"Sena?" panggil Denis perlahan. Samuel pun juga ikut mendekat ke arah Sena untuk memastikan apakah Sena mulai sadar atau tidak.

Kedua kelopak mata Sena perlahan bergerak dan mulai terbuka. Samuel yang melihat itu pun langsung menekan tombol panggilan untuk suster.

"Sena, kamu sadar?" bisik Denis sambil menyentuh wajah Sena.

"Mas ... Denis ..." panggil Sena berbisik.

Denis tersenyum, namun senyumannya terlihat getir. "Iya, ini aku."

Tak lama kemudian seorang suster dan dokter pun datang untuk memeriksa kondisi Sena. Denis dan Samuel sedikit menyingkir agar dokter itu lebih leluasa memeriksa kondisi Sena.

"Kondisi pasien sudah melewati masa koma dan perlahan mulai stabil. Tapi karena belum sepenuhnya pulih, jadi tolong untuk jangan bebani pikirannya dulu, pasien masih butuh waktu untuk pemulihan terutama pada bagian kepalanya." ujar si dokter menjelaskan.

"Apa kondisi kepalanya baik-baik aja, Dok?" tanya Denis.

"Sejauh ini tidak ditemukan tanda-tanda adanya amnesia atau sejenisnya, tapi meski begitu pikiran pasien tetap tidak boleh terbebani dan jangan sampai pasien mengalami stress. Untuk sementara, pasien juga harus lebih banyak istirahat dan kami akan tetap melakukan pemeriksaan lanjutan pada bagian kepala pasien."

Denis mengangguk kemudian mengatakan terimakasih sebelum kemudian dokter dan suster itu pamit undur diri.

Denis melangkah mendekati Sena. Tangan kanannya menyentuh wajah Sena yang sedikit pucat, memberikan senyuman tipis yang terkesan dipaksakan.

The Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang