14

8.5K 706 10
                                    

Pagi ini Denis terlihat kurang bersemangat saat masuk ke kantornya. Bahkan saat Roy menyapa dengan senyuman secerah matahari siang bolong, ia hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

"Bro,"

Denis menoleh ke arah Samuel yang mendatangi mejanya dan meletakan sebotol minuman jus jeruk.

"Loyo amat gue liat. Ada apa nih? Gak ribut sama cewek lo 'kan?"

Denis tersenyum. "Enggak lah. Gue aja lagi jarang chattingan sama dia."

"Loh? Kenapa?"

"Gak papa, emang lagi gak ada yang di bahas aja." jawab Denis sambil mempersiapkan keperluan kerjanya.

"Terus kenapa muka loyo begitu? Kayak lagi ada masalah aja."

Denis tidak langsung menjawab. Ia menyalakan laptopnya dan sibuk merapikan mejanya agar memiliki space yang membuatnya nyaman.

"Di tanya jawab kali, Bang." tegur Samuel.

"Pengennya sih gitu, cuma gue gak bisa ngasih tau sekarang."

Samuel mengerutkan dahinya.

"Emang kenapa? Lo gak bikin aib 'kan? Lo gak ngehamilin si Gisele 'kan?" tanya Samuel berbisik di pertanyaan terakhir.

Denis mendelik tajam ke arah Samuel.

"Ya enggak lah! Gue masih waras, Sam." sahut Denis tak terima.

"Ooh, syukur deh kalo lo masih waras. Ya lagian gelagat lo kayak lagi nyembunyiin sesuatu aja. Gimana gue gak nuduh lo macem-macem, coba?"

"Nanti pas istirahat gue ceritain. Mending sekarang lo kerja, makasih jusnya."

Samuel hanya mendengus kemudian berjalan kembali ke mejanya.

Sementara itu, di rumah sakit, Ardi tengah berjalan di koridor dengan menenteng satu plastik putih berisi buah untuk Sena. Ia sudah tahu di mana kamar rawat Sena karena sebelum ia ke rumah sakit, ia sempat menelepon Sena dan menanyakan kamar rawatnya.

Ardi sempat menanyakan kamar nomor 27A pada security di dekat lift dan kamar itu berada di lantai 2. Ardi bergegas menggunakan tangga, dan mengetuk pintu kamar 27A begitu ia sudah tiba.

Dengan perasaan sedikit canggung Ardi membuka pintu kamar itu dan melihat Sena yang sedang belajar jalan di temani Bu Mina.

"Oh, Bang Ardi."

Ardi tersenyum. Ia mendekati Sena dan sempat menyalami Bu Mina karena memang ia sudah kenal dengan pelanggan toko Pak Rudi itu.

"Udah sehat, Sen?" tanya Ardi. Ia mengambil alih tangan Sena dan kini ia yang membantu Sena berjalan.

"Udah sih Bang, cuma emang lagi belajar jalan aja biar gak kaku, sama biar sakit di luka operasinya cepet hilang."

"Yaa, gak usah dipaksain harusnya. Takut kebuka lagi."

Sena berjalan tertatih karena nyeri di luka operasi dan juga kakinya terasa sedikit kaku. Ia kembali ke kasurnya tapi hanya duduk di tepian dengan kaki yang menjuntai ke lantai.

"Gak mau nyender aja?" tanya Ardi.

"Gak usah, Bang. Pegel juga nyender di kasur terus."

"Mas Ardi, saya titip Sena dulu ya. Saya mau nemuin supir di bawah, dia nganterin pampers bayi sama susu bayi." ujar Bu Mina.

"Ooh, iya Bu."

"Makasih banyak Bu Mina." ujar Sena kemudian ia di tinggal berdua dengan Ardi.

"Sen," panggil Ardi. Ia duduk di kursi yang ada di samping kasur Sena.

The Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang