Senin pagi, adalah waktu yang dibenci oleh kebanyakan orang, begitu juga Denis. Ia tidak pernah menyukai hari Senin karena setiap Senin ia harus bangun jauh lebih pagi dan berangkat ke kantor lebih awal jika tidak ingin terjebak macet.
Denis turun dari kamarnya dengan pakaian kerja. Celana jeans hitam dengan kemeja warna senada melekat oas di tubuhnya yang proporsional. Kaki jenjangnya berbelok ke arah dapur dan melihat Sena yang sudah sibuk dengan masakannya.
"Mama belom bangun, Sen?" tanya Denis sambil membuka kulkas untuk mengambil air es.
"Udah Mas, cuma belom keluar kamar aja."
Denis menganggukan kepala seadanya untuk menanggapi. Ia tuang air es ke dalam gelas hingga penuh dan langsung meminumnya.
"Pagi-pagi minum air es, Mas?" tanya Sena yang sedikit ngilu melihat Denis sanggup meneguk satu gelas penuh berisi air es. Air itu sudah di kulkas sejak semalam, jadi rasanya pasti sangat dingin.
"Mumpung Mama gak liat. Jangan bilang-bilang ya."
"Jangan keseringan." Sena tak berani berucap dengan suara yang lebih keras saat mengatakan itu.
"Apa? Kalo ngomong jangan bisik-bisik dong, Sen."
Sena menoleh sekilas ke arah Denis dan kembali fokus pada masakannya.
"Jangan keseringan, Mas. Nanti sakit perut." ujarnya tanpa menatap Denis.
Tanpa sadar senyuman Denis merekah saat tahu kalau Sena mempedulikannya. Tangannya terulur untuk menyentuh surai hitam Sena kemudian mengelusnya pelan.
"Makasih udah peduli."
Sena terpaku sesaat atas perlakuan Denis padanya. Jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya saat tangan itu menyentuh kepalanya.
Denis duduk di meja makan dan tak lama Sena menyajikan sepiring nasi goreng di depan Denis.
"Kita kayak suami istri ya Sen, hahaha..."
Sena hanya tersenyum. Ia pamit untuk ke kamar dan melihat Yosse, tapi tentu saja alasan sebenarnya adalah ia ingin menghindari Denis karena tidak mau harapannya tumbuh semakin besar.
Melihat Yosse masih tenang dalam tidurnya membuat Sena tersenyum. Kondisi bayi mungil itu kian membaik setiap harinya meski dokter tetap mengingatkan kalau kondisi Yosse bisa drop sewaktu-waktu. Meski begitu Sena tetap senang, tubuh kecil Yosse kini sudah nampak lebih besar dan berisi, sesak napasnya juga tidak se-sering saat baru lahir.
"Sehat terus ya, Nak. Cuma Yosse yang Didi punya sekarang." gumamnya sambil mengelus pipi putranya.
Yosse menggeliat dalam tidurnya. Rengekan kecil dari si bayi membuat Sena mengangkat tubuh itu dan menimangnya.
Denis masuk ke kamar Sena dan tersenyum melihat pemandangan yang entah kenapa belakangan ini sangat suka ia lihat.
"Oh, Mas Denis, kenapa Mas?" tanya Sena yang sadar akan kedatangan Denis.
"Enggak, cuma mau liat Yosse sebelum berangkat."
Denis mendekat ke arah Sena dan menatap wajah Yosse yang nampak tenang di gebdongan Didinya.
"Makin lucu aja sih, udah gembul sekarang pipinya ya?" tanya Denis bercanda ke arah Yosse.
"Uncle kerja dulu ya, jangan rewel soalnya Didi harus jagain Nini juga."
Denis refleks mendekatkan wajahnya pada Yosse dan mencium kening bayi itu dengan lembut. Sena terdiam melihat aku yang dilakukan Denis. Timbul perasaan takut yang semakin pekat di hatinya saat Denis semakin hari semakin menunjukan perhatian dan kepeduliannya pada Yosse.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Housekeeper
FanfictionContent Warning: • M-preg • BxB Sena pikir hidupnya sudah benar-benar hancur sekarang. Ia mengalami suatu pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang pria asing yang mabuk. Kesialannya bertambah setelah Ibunya menemukan testpack yang tidak ia semb...