33

7.9K 692 78
                                    

"Baaaaa! Hihi, lucu banget senyumnya anak Papa nih."

Malam itu Denis sedang menghabiskan waktunya dengan Yosse. Sejak pulang dari acara kencan dengan Gisele, Denis memang selalu menempel dengan Yosse hingga malam. Bahkan sejak tadi siang dirinya lah yang mengurus Yosse dengan bantuan Sena. Seperti memandikan, mengganti popok dan bajunya, menimangnya agar tertidur, memberinya susu, sampai menemaninya main. Denis benar-benar berusaha menunjukkan bahwa ia memang bisa menghadirkan sosok Ayah untuk Yosse.

Yosse sendiri bisa dikatakan sudah nampak jauh lebih baik dari sebelumnya walaupun ia masih harus bolak balik check up akan kondisi jantungnya. Namun melihat Yosse yang kini lebih berisi dan periang sudah cukup membuat perasaan Sena dan Denis tenang.

Sena membuka pintu kamarnya dan tersenyum melihat bagaimana Denis berinteraksi dengan Yosse.

"Ngatawain apa sih? Girang banget kayaknya ini bocil?" tanya Sena kemudian ikut bergabung di atas kasur dengan Denis dan Yosse. Tak lupa ia mencium gemas putranya yang menatapnya dengan binar mata polosnya.

"Ngetawain Papa ganteng, Didi~" ujar Denis sambil menirukan suara anak kecil yang malah membuat Sena tertawa.

"Sen,"

"Iya Mas?"

"Aku udah mutusin Gisele."

Sena terdiam mendengar penuturan Denis. Ia sendiri sebenarnya tidak tahu harus membalas apa.

"Ooh ... Terus, gimana Mas?"

"Planga-plongo doang bocahnya tadi." sahut Denis sambil tersenyum miring.

"Mas Denis, gak keburu-buru Mas? Maksudnya ... Mbak Gisele pasti kaget dan gak terima. Apalagi Mas Denis mutusinnya pas kalian lagi jalan berdua."

Helaan napas malas keluar dari celah bibir Denis, "Ngapain pake di pikirin? Yang penting tujuan aku udah tercapai."

Sena sedikit menggigit bibir bawahnya, "Maaf ya Mas."

"Kenapa minta maaf lagi?"

Denis bangkit dari posisi berbaringnya dan mendekatkan wajahnya pada Sena, sedikit menahan tubuhnya agar ia tidak menindih Yosse yang berada di bawahnya.

"Ini semua keputusan aku, kamu gak ada salah apapun di sini. Justru aku yang harusnya berulang kali minta maaf sama kamu, Sena." ujarnya sambil tersenyum kala dirinya melihat wajah Seja merona karena didekati olehnya.

Denis kembali merebahkan dirinya di sebelah Yosse, "Gak usah dipikirin ya? Mulai sekarang aku maunya kita fokus bertiga aja, oh, sama Mama juga maksudnya. Aku perlakuin kamu kayak istri, kamu perlakuin aku kayak suami. Urusan restunya Mama, aku yang effort. Jadi kamu gak perlu ngekhawatirin apapun, termasuk Gisele."

Sena tersenyum mendengar penuturan Denis. Meski masih ada rasa takut di hatinya, tapi ia bersumpah akan belajar untuk menerima situasi yang ada. Ia sudah mengalami hal yang berat di masa lalu, jadi ia akan menerima jika memang sudah saatnya ia mendapatkan hal baik saat ini.

________________

Pagi menjelang saat Sena membuka matanya. Meski belum sepenuhnya naik, tapi sudah ada secercah cahaya matahari pagi yang terlihat saat Sena membuka tirai gordyn kamarnya.

"Sayang,"

Sena terkejut saat tiba-tiba mendengar suara Denis dari arah pintu. Wajah lelaki itu masih nampak mengantuk, jelas-jelas Denis sengaja bangun pagi-pagi agar bisa bermanja dulu dengan Sena.

"Mandi Mas, saya mau ngerjain kerjaan rumah." ujar Sena, secara tidak langsung menolak waktu quality time yang selalu jadi modusnya Denis.

"Nanti dulu lah~"

The Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang