"Indonesia ... tanah airku, tanah tumpah darahku ...." Terdengar suara merdu para anggota paduan suara di samping lapangan di pagi hari.
"Di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku. Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku ...."
SMA Semesta merupakan sekolah swasta khusus perempuan yang berlokasi di Jakarta. Sama halnya sekolah negeri pada umumnya, mereka pun melakukan upacara bendera setiap hari Senin.
Tepat di atas sana bendera merah putih mulai berkibar tertiup angin tatkala petugas bendera atau yang sering disebut paskibraka menarik tali pada tiang. Anggota paduan suara pun begitu lantang menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai pengiring, tapi siapa sangka salah satu anggotanya berhasil mencuri perhatian para peserta upacara SMA Semesta.
"Shel, coba lo lihat Zee!" Olla dengan tangan hormat di kening mulai berbisik pada Ashel yang berdiri di sampingnya.
Ashel pun mengikuti perkataan Olla. Sebelah tangan yang menganggur segera naik untuk menutupi mulutnya yang hampir menyemburkan tawa.
"Zee bego, ngapain coba dia pake kacamata hitam. Mana rambutnya dipotong pendek terus dicat putih lagi!!" Ashel menyerocos dengan suara pelan, tentu saja tidak ingin guru pengawas di belakang maju untuk menegur.
Sebenernya bukan hanya Ashel dan Olla yang salah fokus pada barisan paduan suara, bahkan hampir seluruh siswa yang menghadiri upacara bendera saling berbisik dan berusaha menahan tawanya.
"Emang bego temen lo itu!" Olla sudah tidak tahan lagi dengan tingkah Azizi. Dia memilih mundur dan menghadap guru pengawas. "Pak, Saya mau pingsan aja, Pak!!"
Menyadari teman satu barisnya menghilang, Ashel segera menarik satu siswa di belakangnya agar maju, lalu tersenyum singkat. "Lo, sama gue!"
"Olla sakit, ya?" tanya siswa tersebut. Dia gadis berambut panjang yang berkacamata. Kulitnya bersih dan bercahaya. Parasnya begitu cantik dan manis, apalagi jika tersenyum menampilkan gigi gingsulnya. Mereka menyebutnya jelmaan anime, atau lebih mudah sebut saja Marsha.
Ashel yang tidak kalah cantik, tapi orang-orang lebih sering memujinya sexy atau hot mommy mengedikan dagu mengarah pada Azizi. "Olla udah berusaha semaksimal mungkin, Sha, tapi si Azizi emang susah buat dikondisikan!"
Menyadari perkataan temannya tersebut, Marsha lantas menatap Azizi. Senyumnya mengembang ketika seorang guru menghampiri Azizi dan mencopot paksa kacamata hitam yang dipakai anak tersebut. Azizi hampir saja mengejar, tapi tersadar jika dia sekarang sedang bertugas.
"Sakit jiwa kayaknya deh dia!" bisik Ashel pada Marsha.
"Emh, itu kacamata gue sih." Marsha masih menatap keberadaan Azizi. "Jadi mirip Gojo Satoru."
"Hah?"
"Tadi pagi sebelum kita berangkat, Zee pinjem kacamata hitam. Katanya Bu Naomi minta anggota paduan suara buat bawa kacamata hitam, soalnya mereka menghadapnya ke matahari banget," jelas Marsha seperti yang Azizi katakan padanya.
Mendengar penjelasan tersebut, Ashel lantas menghadap ke depan. "Lo ditipu mulu deh sama Zee, jangan mau!"
"Tapi 'kan bener mereka menghadap matahari."
"Mereka memang selalu menghadap matahari, Marsha!"
"Oh, iya ya hehe, baru inget."
Marsha dan Ashel segera menurunkan tangan mereka saat pemimpin upacara memerintahkan pasukannya untuk menegakan badan. Ashel mengerling ke sekitarnya, suasana lebih kondusif, karena kacamata Azizi sudah berpindah tangan.
"Gimana? Udah dapet kandidat baru pengganti Zee?" Ashel kembali fokus pada Marsha.
"Udah."
"Gue kenal nggak?"
"Kayaknya belum, dia salah satu anak pindahan dan kebetulan atlet karate tingkat nasional."
"Anak pindahan? Siapa?"
"Reva Fidela Adel Pantjoro."
Mendengar nama tersebut, Ashel hanya mengangguk. Sebagai seseorang yang sangat suka mengumpulkan berbagai informasi dari lingkungan sekitarnya, jelas nama anak-anak pindahan tersebut terasa familiar, tapi dia tidak terlalu mendalaminya. "Kapan bisa kumpulnya? Entar gue hubungin Kak Gita, atau mungkin Bu Shani juga kalau nggak sibuk."
Marsha menatap jam di tangannya. "Hari ini habis pulang sekolah?"
"Oke, gue usahain."
KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA: The Lost Child [END]
FanfictionPandora merupakan ekstrakulikuler di SMA Semesta. Komunitas yang menerbitkan majalah dan mading sekolah. Namun, di balik semua itu Pandora merupakan kelompok khusus buatan kepala sekolah untuk menyelesaikan berbagai misi rahasia. Hanya saja salah sa...