Detik jam dinding terus berbunyi di ruang Pandora, suaranya menggema di antara kesunyian yang tercipta. Serius, hanya saling diam? Maksudnya, mengapa anggota Pandora tidak terlihat seperti yang ada di pikiran Adel? Beberapa kasus yang sempat dia dengar, bahkan baca di rubrik majalah Pandora, tergambarkan begitu epik dan keren. Namun, sekarang untuk memecahkan angka-angka si penculik pun Pandora belum sanggup. Adel memgamati Gita yang tengah memperhatikan monitor tanpa ekspresi, lalu mengerling pada Ashel yang tengah mengamati kaleng soda.
Buku Kode Para Kriminal milik Olla pun sudah berpindah tangan ke Marsha. Gadis pembalap tersebut kembali berkutat pada cerminnya dan kehilangan minat untuk memecahkan kode, benar-benar tidak ingin berada di situasi yang merepotkan. Marsha bahkan terlihat menulis sesuatu dari buku milik Olla, Adel ragu yang ditulis Marsha berhubungan dengan kasus yang sedang Pandora pecahkan.
"Gue boleh tanya?" Adel akhirnya mengeluarkan suara.
Serentak semua menatapnya.
"Tanya aja." Ashel menjawab dengan pandangan kembali menatap kaleng soda.
"Kita mau nemuin anaknya Red Chicken, tapi gue belum tahu gimana profil anaknya?"
Marsha mendongak dan tersenyum. Remote yang ada di samping lengannya segera disambar. Tampilan monitor berganti menampilkan sosok gadis kecil, berambut hitam panjang, berusia tujuh tahun memakai gaun putih pendek.
"Namanya Melati, umurnya tujuh tahun. Berarti kalau dia masih hidup umurnya tujuh belas tahun, seumuran sama kita." Marsha menatap Adel sekilas. "Tapi, semua data kependudukan, media, atau di kasus penculikan yang pernah ditangani polisi sepuluh tahun lalu nggak ada yang berhubungan sama Melati ini."
Ashel yang sudah puas menatap kaleng soda pun mendesis. "Gue yakin pernah lihat tuh bocah, tapi lupa di mana."
"Serius?" tanya Adel.
"Mungkin cuma mirip." Marsha menanggapi.
Ashel mengedikan bahu. "Apa gara-gara gue sering ada di lingkungan panti asuhan ya?"
Adel mengerutkan dahinya. Ah, ini soal kasus yang sebelumnya, lagi pula umur Melati seharusnya sudah tujuh belas tahun bukan anak kecil lagi. Gadis tersebut mencoba untuk kembali berbicara. "Apa nggak ada petunjuk lain?"
"Ada, keterangan dari Red Chicken penculikan terjadi di Pantai Malimbu." Gita mulai bersuara. "Bisa lo uraikan apa aja informasi yang udah lo dapet, Ashel?"
"Malimbu?" Olla segera bereaksi. "Njir, lo libur kemarin ke Lombok? Tai, kagak ajak gue!!"
Ashel menatap Gita cukup lama, ada kebimbangan, tapi dia menutupinya dengan menyeringai pada Olla. "Thanks to Marsha udah kasih gue sortiran data karyawan resort di sekitar pantai yang udah kerja sepuluh tahun atau lebih, juga data para pedagang di sana. Gue jadi bisa cari informasi dari mereka."
Olla menaikan sebelah alisnya. "Kenapa nggak langsung cari data pengunjung aja?"
Marsha menatap Olla sejenak dan menghela napas. "Data Melati di dokumen kependudukan aja nggak ada, apalagi data di tempat kejadian."
"Oh, iya juga ya."
Ashel berdeham, badannya dia senderkan pada punggung kursi dan bersedekap dada. "Dan gue tetep nggak nemuin ada berita atau desas-desus wisatawan yang hilang di sepuluh tahun lalu. Mereka nggak kayak orang-orang yang nyembunyiin kebohongan."
Ternyata masalahnya semakin rumit, Gita terlihat menyatukan kedua telapak tangannya membentuk pola piramid, hal yang sering dia lakukan ketika berpikir. Dia sangat percaya pada intuisi yang dimiliki Ashel. "Penghapusan jejak Melati bukan cuma di data kependudukan, tapi di saksi dan barang bukti juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA: The Lost Child [END]
FanfictionPandora merupakan ekstrakulikuler di SMA Semesta. Komunitas yang menerbitkan majalah dan mading sekolah. Namun, di balik semua itu Pandora merupakan kelompok khusus buatan kepala sekolah untuk menyelesaikan berbagai misi rahasia. Hanya saja salah sa...