23

2.3K 277 19
                                        

Note: publish ulang karena ada part yang ketinggalan hehehe

***

"Wow, ini pertama kali gue masuk Pandora." Suara gadis dengan tahi lalat di bawah matanya mengalun takjub. Senyum cerahnya mengembang tatkala suasana Pandora yang berbanding terbalik dari ruang musik melingkupinya. Fiony beberapa kali menyentuh barang yang lebih banyak digeletakan asal dan berantakan. Dia kemudian mendekat pada meja yang dipenuhi kertas-kertas, tanpa sengaja menjatuhkan map kuning.

Marsha yang sedari tadi memperhatikan Fiony bersama anggota Pandora lainnya segera memungut map jingga miliknya tersebut.

"Eh, maaf! Gue nggak sengaja." Fiony menatap Marsha yang tersenyum singkat. Ini kedua kalinya mereka bertemu, tapi Fiony merasa ada perbedaan yang cukup signifikan, mungkin respon Marsha yang terbilang lebih dingin dari sebelumnya?

Oke, mungkin Fiony terlalu bersemangat, awalnya dia terkejut saat Olla dan Adel menjemputnya di depan pintu ruang musik saat dia sedang memainkan lagu yang akan dipakai di kontes nanti. Gita mengundang Fiony untuk mampir sebentar di markas Pandora. Sebuah momen langka bagi Fiony yang hanya bisa menatap bayangan Pandora dari balkon ruang musik. Pandora terlihat mempesona, apalagi saat masih ada Azizi yang suka wira-wiri di sana.

"It's okey, Fio!" Ashel menarik pelan Fiony untuk duduk di salah satu kursi, dengan lembut menggenggam kedua tangan Fiony. "Kita 'kan temen satu angkatan, santai aja."

Gita yang mendengar pun berdeham cukup keras.

Ashel memutar bolamatanya dan kembali fokus pada Fiony. "Lo mau snack atau sesuatu gitu? Minum?"

Olla yang sedari tadi berdiri berdampingan dengan Adel pun berbisik dengan sebelah tangan menutupi bibirnya. "Emang kita punya makanan, ya?"

Adel mengedikan bahu. Kedua tangannya dinaikan menjadi tumpuan belakang kepala. "Mungkin emang perlu ada makanan?"

"Ah, nggak usah, gue diundang ke sini aja udah seneng!" Fiony terdenyum lebar pada Ashel. "Oh, iya kalian ngundang gue ke sini buat apa, ya?"

Gita kali ini yang merespon. Tatapannya jatuh pada kedua tangan Fiony yang masih dalam genggaman Ashel. "Sebagai ekstrakulikuler yang menaungi majalah sekolah, bukannya rugi kalau kita menyia-nyiakan informasi soal lo yang hampir setiap saat main biola dengan lagu yang sama?"

Fiony terdiam sesaat, sudah pasti Pandora akan mencoba mengorek informasi dirinya. Dia sendiri tidak suka jika informasi pribadinya tersebar, bahkan menutup akses bagi siapa pun. Namun, untuk kali ini ada rasa ketertarikan pada Pandora, kelompok ini begitu menarik walau semua orang tahu mereka hanya membuat majalah. Fiony melirik sosok Adel sesaat dan tersenyum. Lihat, bahkan seorang atlet yang cukup populer seperti Adel pun memilih bergabung dengan Pandora dari pada ekstrakulikuler lainnya.

"Oh, itu. Maaf, ya kalau gue ganggu kalian semua." Fiony terlihat canggung. "Gue sebentar lagi mau ikut kontes musik klasik. Kalau menang gue bisa gabung orkestra. Masuk ke sana jadi salah satu mimpi gue."

"Kenapa lo milih La Campanella?" Kali ini Ashel yang bertanya.

"Itu apaan sih?" Olla ikut menyahut.

"La Campanella?" Ashel menoleh pada Olla dan mendapat anggukan. "Judul lagu yang dimainin Fiony tiap hari di balkon ruang musik, karya Niccolo Paganini, kalau gue nggak salah."

Mendengar penjelasan Ashel membuat Fiony tertawa pelan. "Iya, lagunya lebih dikenal La Campanella, Franz Liszt sebenarnya yang ngasih judul itu. Dia aransemen karya violinis terkenal Niccolo Paganini untuk piano di Violin Concerto No. 2 in B minor, opus 7."

PANDORA: The Lost Child [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang