Semua anggota Pandora telah berkumpul di meja utama yang letaknya di tengah-tengah ruangan. Semuanya mendapat salinan dari dokumen yang berisi e-mail dari Red Chicken. Marsha mulai menghidupkan layar monitor besar yang sebelumnya Adel kira televisi.
"Red Chicken hanya kirim e-mail yang isinya beberapa pesan dari si penculik ke nomor dia. Nomornya pernah dilacak, tapi nggak ada tanda-tanda yang bisa menjurus ke lokasi yang mencurigakan." Marsha mulai menjelaskan.
Adel sama sekali tidak mengerti, bahkan kertas di tangannya terlihat seperti pajangan saja. Dia melirik Ashel di sampingnya yang begitu serius.
Merasa terus diperhatikan, akhirnya Ashel menoleh dan mendesah. "Sha, kayaknya ada yang belum tahu kita sebenarnya lagi bahas apa."
Semuanya serentak menatap Adel. Tentu saja, mereka seakan hanyut dan melupakan adanya anggota baru di Pandora.
"Sorry," ucap Adel.
"Nope." Marsha menekan remote dan tampilan layar monitor berganti. "Red Chicken salah satu klien yang akan kita tangani kasusnya. Dia kehilangan anaknya sepuluh tahun yang lalu. Polisi atau detektif manapun belum bisa nyelesaiin."
"Dan dia janjiin duit lima belas miliyar kalau kita berhasil." Olla ikut menimpali dan menaik turunkan alisnya pada Adel.
"Lima belas miliyar?" Adel terkejut, tentu saja nominalnya sangat besar. Red Chicken pasti orang kaya, bisa saja salah satu relasi keluarganya. "Siapa emangnya Red Chicken?"
Semuanya terdiam.
Marsha kembali menekan remote-nya. "Dia nggak mau identitasnya keungkap. Pesan di e-mail-nya bilang dia bakalan muncul sendiri nanti."
"Apa perlu kita cari tahu siapa Red Chicken?" Ashel menatap Gita.
"Kita ikuti dulu kemauannya, kalau dia orang iseng nggak mungkin ngasih titik koordinat tempat pengambilan uang mukanya." Gita menunjuk laptop Marsha yang masih menyala. Terlihat satu notifikasi muncul dari e-mail yang masuk.
Benar saja, ada pesan dari Red Chicken, berisi titik koordinat pengambilan uang di jam tujuh malam nanti. Marsha mulai mencarinya di peta online. "Gimana Kak Gita bisa tahu?"
"Ngaku, lo Red Chicken yak?" Olla menuding Gita dengan mata disipitkan.
Gita menampik tangan Olla. "Uang lima belas miliyar jelas buat siapapun curiga. Red Chicken nggak mungkin pakai kartu kredit atau semacamnya buat kirim ke kita."
"Titik koordinatnya ada di Setia Budi, Jakarta Selatan." Marsha berhasil menemukan lokasinya.
"Lebih spesifik?" tanya Gita.
"Salah satu rumah warga, kayaknya udah lama kosong."
Ashel berdeham. "Gue mulai paham. Kita belum kasih balasan apapun soal perkembangan kasusnya, mungkin Red Chicken pikir kita anggep dia cuma orang iseng. Syukur deh ngasih DP."
"Gue yang ambil!" Olla menepuk dadanya.
"Bareng gue!" Ashel menimpali.
"Yaelah kagak percaya banget sih!"
"Gue tau lo suka taruhan ya Olla, jaga-jaga aja!"
"Iye-iye, Nyai!"
Mereka mencoba kembali fokus pada isi pesan dari si penculik, berbalik ke posisi masing-masing di meja utama dan melihat lebih detail isi kertasnya.
"Satu pesan setiap tahun, isinya cuma angka-angka nggak jelas." Marsha menunjukan salah satu pesan pada layar monitor.
"Mungkin teks enkripsi?" Olla menimpali. "Apa perlu kita ke Amanda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA: The Lost Child [END]
FanfictionPandora merupakan ekstrakulikuler di SMA Semesta. Komunitas yang menerbitkan majalah dan mading sekolah. Namun, di balik semua itu Pandora merupakan kelompok khusus buatan kepala sekolah untuk menyelesaikan berbagai misi rahasia. Hanya saja salah sa...