29

1.8K 240 16
                                    

"Bicara soal Gita berarti bicara juga soal Ashel." Amanda menatap layar monitornya di mana Gita ada di bagian paling belakang antara Adel dan Marsha. Mereka tengah mengendap mengikuti jalan yang diarahkan olehnya. "Mereka berasal dari panti asuhan yang sama, tumbuh bersama, tapi suatu hal terjadi. Mereka berpisah, atau lebih tepatnya Gita melarikan diri dan ninggalin Ashel di sana sama anak-anak lainnya."

Amanda menarik mikrofon miliknya untuk menginformasikan pada anggota Pandora tentang apa yang sedang dilihatnya. "Gue lihat ada pergerakan menuju jalur evakuasi kalian, gue rasa orang-orang yang berhasil Ashel tipu udah sadar."

"Anjing!" Suara Adel bergemuruh. Amanda bisa melihat bagaimana Adel menggenggam tangan Marsha begitu kuat, menariknya untuk terus berada di belakang tubuhnya.

Mengaktifkan mode mute pada mikrofonnya, Amanda sebenarnya lelah melakukan dua pekerjaan sekaligus. Christy benar-benar membuatnya repot. Sebagai freelancer, permintaan Christy padanya adalah memberi informasi tentang anggota Pandora. Secara profesional, jelas permintaan Christy sama sekali tidak menyalahi kode etik pada bisnis yang dijalankan Amanda, karena Christy memakai jasa Amanda sebagai pelanggan.

"Informasi terakhir soal masa lalu Gita berhenti saat dia ditangkap sama komplotan mafia China untuk dibawa ke sana. Gimana keadaan dia di China atau gimana caranya kembali ke sini gue nggak tahu." Tatapan Amanda beralih pada salah satu monitornya yang menampilkan pesan dari Shani. "Yang jelas dia ketemu dan diselametin sama Bu Shani."

Christy menarik satu potong roti yang sengaja dia bawa ke sini dan memakannya. "Kalau Ashel, dia kenapa?"

"Panti asuhan Kasih Ibu, lo harusnya tahu gimana kasusnya, secara lo bagian dari kepolisian bukan? Menelusup ke SMA Semesta buat cari tahu soal Bu Shani di sana." Amanda menoleh pada Christy dan tersenyum miring. "Pemilik sekaligus penanggung jawab Panti melakukan eksploitasi, anak-anak di panti asuhan itu dijadikan ladang bisnis, bahkan beberapa diantaranya dijual organnya. Hanya Ashel yang bisa diselametin Bu Shani."

"Oh, gue baru inget kasus itu." Christy mengangguk-angguk. Tangannya yang memegang roti dia tunjuk pada layar monitor. "Loh, nggak bahaya toh itu?"

Amanda segera menarik pandangannya ke monitor. Mengaktifkan kembali fungsi mikrofonnya dan mengatakan adanya pergerakan cepat menuju ke arah Adel dan Marsha. Dahinya mengerut saat tidak menemukan Gita di antara keduanya. Gita kemana? "Gawat, Adel sebisa mungkin lo jangan sampai lengah. Ada sekitar sepuluh orang menuju tempat lo."

Mata Amanda menatap layar lainnya dan tidak menemukan keberadaan Gita. "Di mana Gita?!"

"Hah?!" Suara Ashel dan Olla bersahutan.

"Kak Gita, lo dimana?!" Ashel berusaha memanggil. Tubuhnya kini bersembunyi di antara dinding dengan lorong yang letaknya cukup jauh untuk bisa menjangkau Adel dan Marsha. Dia berdecak, segera bergerak untuk membantu. Namun, sial orang-orang yang bergerak menuju Adel dan Marsha sudah berdatangan. Matanya mulai terpejam sesaat dan segera menghembuskan napas, belum sampai kakinya menapak sempurna, Ashel berhasil menimbulkan suara.

Tentu saja, orang-orang tersebut menyadari keberadaannya. Mereka berbondong-bondong berusaha mengejarnya. Ashel menggeleng, pintu keluar jalur evakuasi perlahan tertutup dan mau tidak mau dia berbelok asal. "Sial!"

"Duh, Shel. Lo salah arah, belokan lo itu malah banyak orangnya!" Suara Amanda terdengar di earphone miliknya.

"Oke, gue bisa atasin ini!" Amanda benar, Ashel bisa melihat orang-orang menyadari keberadaannya. Otak Ashel pun berputar cepat, menganalisa.

Orang-orang ini berpakaian tidak seragam, terlihat kasual. Tidak ada percakapan selayaknya rekan. Dia pelajari dari dua orang sebelumnya dan beberapa yang lain. Bahkah, kini Ashel sempat mengerutkan dahi, melihat orang-orang di depannya malah saling baku hantam memperebutkan dirinya? Eh, tidak salah bukan? Memperebutkan dirinya?

PANDORA: The Lost Child [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang