Air turun membasahi setiap daun, ranting, kursi taman, kemudian bertalu dengan atap dan terserap oleh tanah. Suara gemerisiknya mengisi kekosongan di sudut-sudut kota. Seorang gadis dengan payung hitamnya melangkah di sepanjang terotoar, toko-toko berjejer dilewatinya. Sebelah tangannya dimasukan ke dalam saku jaket dan tatapannya beralih pada sekumpulan manusia yang berlarian mengejar busway. Mungkin masih terlalu pagi untuknya sampai ke tempat tujuan.
"Oh, ini kasus guru jatuh dari gedung sekolah ya?" Sebuah suara berhasil menghentikan langkahnya.
"Ternyata gurunya itu dibunuh bukan bunuh diri, dunia udah gila!"
Ashel terdiam di sebelah kerumunan. Hujan mulai mereda, tetesan air dari payungnya bahkan bisa dihitung jari. Dia menoleh pada etalase toko elektronik yang diisi jejeran televisi, tengah menampilkan berita panas di minggu ini. Terlihat headline berita tertuju pada kasus guru SMA Semesta yang tewas terjun dari salah satu gedung sekolah. Gadis tersebut menghela napasnya.
"Udah mulai ternyata." Benar, saat ini tengah dilakukan jumpa pers yang diadakan sekolahnya. Ashel memperhatikan sebuah simbol live di pojok tayangan televisi.
"Saya-saya tidak mengira proposal yang diajukan korban itu sebuah isyarat permintaan tolong...." Suara yang amat Ashel kenali menggema. Shani tengah meneteskan air matanya, terlihat bergetar menjelaskan di depan para awak media yang diundang. "Di sana saya temukan kartu memori, dan sudah saya serahkan ke polisi...."
Bukan hanya Shani, ternyata ada petugas polisi di samping untuk mendampingi, serta beberapa orang yang tidak Ashel kenali. Gadis tersebut tersenyum kecil dan mengatupkan payungnya. Cukup sampai di sana, dia tidak ingin mendengar pidato dari polisi atau lainnya lagi. Kakinya pun melangkah meninggalkan kerumunan.
Sudah lima hari setelah kejadian tubuh Naomi jatuh dari atas gedung. Bagian forensik pun memberi keterangan, jika di tubuh Naomi terdapat beberapa sayatan sebelum hancur. Polisi sedikitnya belum menemukan pelakunya sampai kartu memori diserahkan oleh Shani sebagai salah satu barang bukti.
Ponsel di saku Ashel bergetar. Segera dia menariknya dan memeriksa sebuah chat yang ternyata dari Olla.
Olla: Anjir kak gita! Beneran dong isinya bokep!!!
Ashel mengerutkan dahinya. Chat Olla memulai percakapan di grup Pandora. Ashel mulai mengetik balasan.
Tau darimana kalo itu bokep?
Olla dengan cepat membalas, diikuti penghuni grup Pandora lainnya.
Olla: Makanya lihat live-nya dong Bu!
Gita: oh bokep
Marsha: ih itu beneran? Kok bisa dijadiin barang bukti sih?
Olla: bisa dong Marsha cantik! Selain bokep ada percakapan bu Naomi sama pembunuhnya!
Olla: ngeri bet ngeriiiiii
Olla: bu Shani kalo soal pembunuhan gini emang paling gercep ambil alih
Olla: bu Shani nggak mau kita ikut terlibat
Olla: jadi terharu saya
Olla: huhuhu Bu Shani love sekebonn!
Marsha: love Bu Shani banyak banyak deh 💖💖💖
Membaca kembali chat dari Olla, berhasil memuncukan kerutan di dahi Ashel. Tunggu, jadi sebelumnya Pandora juga terlibat? Mengapa dirinya tidak tahu? Sebenarnya, apa yang terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA: The Lost Child [END]
FanfictionPandora merupakan ekstrakulikuler di SMA Semesta. Komunitas yang menerbitkan majalah dan mading sekolah. Namun, di balik semua itu Pandora merupakan kelompok khusus buatan kepala sekolah untuk menyelesaikan berbagai misi rahasia. Hanya saja salah sa...