16

2.6K 268 18
                                    

"Oke, selesai!" Gadis berambut panjang dengan gaun putih selutut dan berkacamata kini tengah duduk di salah satu rumah makan yang cukup populer di kalangan masyarakat. Dia menoleh pada sosok di samping yang baru saja menjawab semua pertanyaan darinya. "Gimana? Pertanyaan gue ada yang bikin lo nggak nyaman?"

"Oh, enggak." Adel tersenyum kecil dan menggeleng, walau ujung-ujungnya dia menghembuskan napas. Nyatanya ada beberapa pertanyaan dari Marsha yang mungkin akan menimbulkan sedikit amarah, jika sampai terdengar ayahnya.

"Bener?" Marsha mendekat pada Adel untuk menatap kedua maniknya. Menyelidiki apakah ada yang disembunyikan di dalam sana.

Sedangkan Adel pun memundurkan wajahnya. Posisi Marsha menjadi sangat dekat dan membuat gugup, segera dia memalingkan wajah. Adel harus mencari topik lain, tapi apa? Oh, Adel teringat dengan pemilik tempat makan ini yang sepertinya begitu akrab dengan Marsha. Dia melihat bagaimana pemiliknya merupakan koki terkenal, membuat Adel bertanya-tanya. Gadis tersebut menelan salivanya dan memberanikan diri untuk membalas tatapan Marsha.

"Lo udah sering ke sini ya?"

Senyum tipis muncul di bibir Marsha. Dia mundur dan mengangguk, kemudian menatap setiap sudut rumah makan yang lumayan ramai ini. Tidak heran Adel menanyakan hal tersebut, mengingat seminggu sekali Marsha selalu ke sini bersama Azizi. Belum lagi Marsha kenal pemiliknya dari Azizi, kebetulan dia koki terkenal, bahkan sering muncul di televisi, sebut saja Arnold.

Marsha tidak kaget bagaimana Azizi bisa memiliki relasi dengan banyak orang berbeda-beda latar belakangnya. Kalau dulu sih Marsha sempat terheran-heran melihat Azizi dengan santainya mengobrol di lantai bersama tukang parkir dan ibu-ibu penjual kue keliling, mereka membicarakan soal pajak negara, semakin lama Marsha menguping percakapannya malah meluas. Azizi suka berbicara dengan siapapun tentu dengan topik yang beragam, hal yang tidak Marsha kuasai, karena tubuhnya akan cepat lemas, jika terlalu banyak bersosialisasi.

Marsha menggangguk "Iya, makanannya enak. Gue suka!"

Adel senang saat Marsha tidak mengingat hal tadi. Terlihat bagaimana gadis berkacamata tersebut kembali menarik sendok. Sebenarnya Adel cukup risau, dia terlalu nekat untuk mengatakan segala hal yang seharusnya tetap dipendam, apalagi saat Marsha mulai memojokan pertanyaan spesifik membahas sosok Rama Pantjoro.

Apakah ayahnya akan memarahi Adel? Tidak, Adel tahu bagaimana cara melangkah Rama Pantjoro. Ayahnya tidak akan memarahinya, tapi akan memindahkan Adel ke tempat lain. Menjauhkan Adel dari segala hal yang membuatnya terbebas, tentu dengan dalih yang tidak seorang anak pun mampu untuk membantahnya. Ini sudah sering terjadi, dan Adel akan kehilangan orang-orang Pandora yang perlahan membuatnya tertantang untuk menelusup ke ruang yang belum pernah dia jangkau.

Mengikuti gerakan Marsha, perlahan Adel kembali memasukan tiap bahan yang tersaji. Mungkin ini akan menjadi waktu terakhirnya bersama Marsha atau sebagai anggota Pandora. Senyum Adel muncul, waktu yang akan dikenangan seharusnya terasa manis. Tidak dipungkiri, makanan di sini memang enak, rasanya ingin tambah lagi setiap satu piring habis tanpa sisa. Apakah ini yang menjadi filosofi mengapa rumah makan ini dinamakan Piringku? Hm, menarik untuk diulas lebih lanjut.

"Pelan-pelan, Del." Marsha terkikik dan memberikan selembar tisue. "Punya gue masih banyak kok, nggak bakal ngambil punya lo."

"Makasih ya hehe."

Selama mereka makan, tidak banyak percakapan yang berakhir panjang. Marsha lebih banyak bertanya, terutama  hobi Adel yang juga sama-sama suka menggambar. Sedangkan saat Adel ikut bertanya Marsha akan dengan mudah menghindarinya, apalagi hal yang menjurus lebih dalam dan privasi. Adel baru menyadari saat isi piringnya telah kandas, ternyata Marsha lebih suka membicarakan hal-hal yang tidak semua orang memahaminya, termasuk Adel. Seperti, bagaimana Marsha mengajaknya membahas soal Virtuvian. Adel yang berusaha untuk mengerti, tapi Marsha menyadari adanya ketidak nyamanan Adel, membuatnya harus berakhir.

PANDORA: The Lost Child [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang