Azizi meregangkan kedua tangan, tongkat baseball pemberian Olla ada dalam genggamannya. Dia menekan tombol earphone-nya dan mulai berbicara dengan Amanda. "Boleh gue rekues lagu?"
Terdengar tawa ringan dari sambungan earphone. "Sure, lagu kesukaan lo 'kan?"
"Lo si paling tahu semua hal tentang kita." Azizi menatap ke depan. Orang-orang mulai menyadari keberadaannya, maka Azizi pun tersenyum simpul. Rasanya sudah lama sekali tidak memukuli seseorang, terakhir kali hanya mengenai rahang Adel dan tidak terlalu berdampak. "Come to me!"
Beruntung bagi Azizi, orang-orang yang ada di luar tidak terlalu banyak, karena sebagian dari mereka memilih untuk masuk gedung setelah mendengar anak-anak yang seharusnya mereka tangkap berada di dalam. Ada sekitar dua belas orang mulai berlarian ke arahnya, dengan suka cita Azizi balas berlari menghampiri mereka, tentu saja wajah Azizi termasuk ke dalam daftar anak-anak yang diminta Red Chicken dengan imbalan uang.
Tongkat baseball di tangan Azizi dilemparnya begitu saja dan mengenai salah seorang dari mereka. Darah muncrat dan orang tersebut tersungkur ke belakang. Azizi tertawa dan segera melopat menerjang orang di depannya, ada sekitar tiga orang tergulung bersama Azizi. Gadis tersebut berguling saat sebuah kaki hampir mengenai tubuhnya. Suara tawa lagi-lagi keluar bersamaan dengan tangan Azizi mencekal kaki milik lainnya, alhasil orang tersebut terjatuh dan menjadi samsak tentangan dari yang lain. Tidak sampai di sana Azizi bangkit dan segera menarik tangan yang hampir mengenai wajahnya, orang tersebut dia putar dan mendapat pukulan hebat dari tongkat baseball milik Olla yang sudah berganti tangan.
"Ups!" Azizi menghindar saat tongkat baseball diayunkan ke arahnya, dengan gesit lagi-lagi Azizi menarik seseorang dan dijadikan tameng. Tubuh orang yang ditarik kini kepalanya hancur terkena hantaman tongkat. "Wah, Olla senjata lo ngeri bener!!"
Mengetahui cara bertarung Azizi yang selalu menjadikan orang-orang sebagai tameng, akhirnya membuat mereka menghindar. Terciptalah lingkaran besar dengan Azizi di tengah berhadapan dengan orang yang telah mengambil alih tongkat baseball-nya tadi. Azizi berputar memperhatikan orang-orang yang malah menghindarinya, tentu saja tidak ada yang ingin menjadi korban tarikan Azizi dan berakhir dengan darah mengucur keluar dari kepala.
Hembusan napas dikeluarkan dan kedua tangan Azizi dilipat ke belakang tubuh. Orang pemegang tongkat baseball kini menjadi fokusnya, hanya saja sebuah cairan bening turun mengenai rambutnya yang berwarna putih dihiasi beberapa jumput rumput kering dan tanah. Ah, lagi-lagi Azizi tersenyum kecil. Air semakin turun deras, penglihatan Azizi pun kembali menatap sekitar.
Tidak ada pohon yang menghalangi air hujan turun yang berarti tanah yang dipijaknya sekarang akan lebih mudah menggenang. Tatapan Azizi turun ke bawah, saat ini kakinya memijak sebuah halaman dengan batu paving yang sebagian telah menggempur serta rumput-rumput berserakan.
"Amanda, menurut lo apa yang buat orang berhasil?" Azizi mulai memiringkan tubuhnya saat melihat siku lawan bergerak, sudah jelas gerakan membelah. Tongkat baseball pun hanya melayang di samping tubuhnya, kemudian Azizi merunduk, tongkat baseball pun menampar angin, dalam keadaan tersebut tangan Azizi menarik satu paving dan menjadikannya sebuah tameng saat tongkat baseball kembali mencoba menghantam tubuhnya.
"Kerja keras??" Amanda di seberang sana menjawab.
"Bukan." Azizi kembali menghindari dan kembali menarik batu paving yang kini lebih mudah diambil, karena air hujan berhasil melunakannya. "Tapi keberuntungan."
"Nggak mungkin!" Nyatanya Amanda masih menanggapi percakapan Azizi. "Orang yang bekerja paling keras adalah yang akan berhasil."
"Oh, ya? Lo pikir ni orang yang dari tadi mau mukul gue nggak bekerja keras? Dia hampir pingsan kehabisan napas." Benar, tidak satu pukulan pun berhasil mengenai Azizi. Gadis berambut putih tersebut sedari tadi memunguti batu paving, membuat lubang-lubang dan menumpuk batu, menyebar di sekitar lingkaran yang tercipta. "Kalau dilihat dari umurnya, dia lebih berpengalaman dari gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA: The Lost Child [END]
FanficPandora merupakan ekstrakulikuler di SMA Semesta. Komunitas yang menerbitkan majalah dan mading sekolah. Namun, di balik semua itu Pandora merupakan kelompok khusus buatan kepala sekolah untuk menyelesaikan berbagai misi rahasia. Hanya saja salah sa...