6

3.6K 362 1
                                        

           Pagi-pagi enaknya minum kopi sambil makan gorengan, bukankah itu hal yang sering dipikirkan orang-orang? Gita mulai menyesap kopi hitam Malang yang kemarin dia beli. Tekstur yang kasar dan penampilannya yang khas berhasil menarik perhatiannya. Setelah berhasil diseduh, kopi akan mengembang seperti jamur, lalu menjelma bagai kue brownies di dalam gelas. Sayangnya, kamu harus mengetuk gelasnya dengan sendok untuk menenggelamkan bentuk jamurnya agar bisa dicecap.

            Gita menatap matahari yang malu-malu untuk keluar. Beberapa pohon mungkin berhasil menghalangi pandangannya, tapi Gita tetap tidak berpindah tempat. Selain udaranya sangat dingin, Gita tidak ingin meninggalkan api unggun yang telah berhasil dia hidupkan.

          "Kak Gita, kayaknya ini udah dalem, tapi kagak ada apa-apa!!" Sebuah suara yang teredam berhasil didengar Gita.

           "Oh ya?" Dia menatap ke samping dan menghela napas. "Hm, salah lagi."

           Ada sebuah lubang yang sengaja digali. Lebih tepatnya, jika mencoba melongok ke dalam akan ditemukan Olla bersama skop dan paculnya sedang menusuk-nusuk tanah. Indera perasa pada tubuh Olla seakan tuli, gadis tersebut sangat ambisius untuk menggali lebih dalam lagi.

           Gita kembali menyesap kopinya dan mengambil gorengan hasil karya tangannya sendiri. Irisan tempe yang dibaluri adonan tepung, tapi saat digoreng jangan terlalu matang, karena namanya nanti bukan lagi mendoan. Sebelum menggigit Gita meniupnya terlebih dahulu dan ternyata rasanya cukup enak.

          Pandangan Gita pun melebar saat ponselnya berdering. Dia meraihnya dan segera melihat sebuah pesan di grup Pandora. Ternyata Marsha telah mengirim dokumen dengan nama Red Chicken. Gita segera membuka dokumen tersebut, sambil mengunyah gorengannya. Namun, belum selesai membaca, ada panggilan grup dari Ashel.

          "Morning, Guys!!" Terlihat Ashel begitu segar dengan pakaian jogingnya.

           "Pagi banget sih, Shel!" Marsha terlihat masih bergelung di dalam selimut.

          "Elo yang kirim dokumen kepagian!" balas Ashel. Mata Ashel menyipit saat mengetahui Marsha tidak berada di kamarnya sendiri. "Kayak kenal tuh tempat."

          "Oh, iya nih, lagi bobo sama Zee." Marsha mengarahkan kamera ponselnya pada Azizi yang masih tertidur pulas.

          "Najis! Jangan tunjukin muka makhluk itu ke gue ya Marsha!!!"

          Gita tersenyum. Ashel sepertinya sampai kapan pun akan bermusuhan dengan Azizi. Namun, dia juga tidak melihat adanya Adel dalam panggilan grup. "Adel belum dimasukin ya?"

          "Oh, iya!" Seketika wajah Azizi berganti kembali ke Marsha. "Nanti deh, Kak!"

           "Olla juga kemana deh?" tanya Ashel.

          "Olla di sana." Gita menggulir kamera dan menampakan tanah berlubang dengan gundukan di sampingnya.

           "Anjiirr Kak Gita!" Tawa Ashel menggelegar begitu nyaring, diikuti Marsha.

          "Baru sadar, itu Kak Gita ada di mana?" Marsha bangun dari gelungan selimutnya dan duduk di punggung ranjang.

          "Di Bogor."

          "Ish, bolos lagi?!" Ashel terlihat tidak senang, pasalnya ini sudah terlalu sering, selain itu Gita mengajak Olla.

          "Pakai dispensasi." Gita kembali menyesap kopinya. "Nanti gue ke sekolah, kita bahas dokumen yang dikirim Marsha."

          Panggilan pun terputus dan Olla baru saja naik dari lubang yang dia gali. Pakaiannya sangat kotor penuh tanah dan segeralah dia berlari ke sungai. Gita tahu Olla orang yang sangat anti dengan hal-hal seperti ini, tapi Ashel memujinya karena berhasil membuat Olla dengan suka rela menuruti Gita.

          Nyatanya ini bukan pertama kali bagi Olla dan Gita menggali tanah. Tentu saja, awalnya Olla menolak, mana mungkin ada hal yang dinamakan 'Harta Karun', Gita pasti sudah tidak waras. Selain itu tubuh Olla akan dipenuhi tanah yang kotor dan itu sangat merepotkan.

          "Kasih tahu gue, kenapa gue harus gali-gali tanah?" Olla bersedekap dada. Obrolan pertama kali saat Gita memintanya mencari harta karun bersama.

          Gita menatap Olla cukup lama. "Karena lo menang taruhan dari Juan, anak SMA sebelah."

           "Apa hubungannya?" Sama sekali Olla tidak mengerti ucapan Gita.

          "Mobil yang lo pakai udah di-setting Juan, tapi lo tetep bisa menang."

          Sedikitnya Olla merasakan bunga-bunga beterbangan di sekitar tubuhnya. Ini Gita sedang memujinya? Beberan? Nggak bohong 'kan? "Oke, terus, terus?"

           Gita mengedikan bahu. "Tangan lo ajaib Olla."

          "Hah?!" Bunga-bunga tersebut seketika luruh ke tanah. Olla menatap kedua tangannya. "Nggak ada yang kayak gituan, Kak Gita."

          Gita tersenyum dan mendekati Olla. "Bercanda."

          Tentu saja hal tersebut membuat Olla menaikan sebelah alisnya. Aneh sekali bercandaan Gita, bahkan terkesan garing jika memang niatnya melucu.

          "Setengah bercanda," ucap Gita lagi. Dia menunjukan ponselnya pada Olla. Terlihat media sosial milik Pandora yang menampilkan Olla bersama mobil baru Juan yang menjadi bahan taruhan. "Mereka percaya apa yang ditulis Marsha soal 'Tangan Ajaib' lo."

          Olla mendengus. Terkadang dia tidak habis pikir pada imajinasi Marsha yang di luar angkasa. "Udah biasa 'kan Marsha buat kayak gitu?"

          Gelengan kepala Gita menandakan ada yang tidak baik-baik saja. Olla semakin dalam melihat ponsel. Postingan Marsha kali ini mendapat lebih banyak perhatian dari biasanya. Sungguh sial, Juan bersama antek-anteknya, ternyata masih belum terima akan kekalahannya. Mereka menyerang postingan tersebut dengan mengatakan Olla tidak benar-benar bertangan ajaib, kemenangannya hanya sebuah kebetulan saja.

          Tidak disangka hal tersebut menimbulkan pro dan kontra. Orang-orang yang awalnya mengelu-elukan Olla mulai terhasut. "Anjing si Juan, dia mau ngajak taruhan lagi apa gimana sih?!"

          Gita mendengus. "Yakin?"

          "Iyalah! Dia nyari gara-gara mulu sama gue!"

         "Jangan gegabah!" Gita menarik ponselnya dari Olla. "Pertandingan sebelumnya dia berani curang, mungkin bakal lebih parah lagi nanti."

          "Terus gue harus diem aja, mirip mobil mogok?!"

           Gita tersenyum. "Kita pakai cara lain."

           "Apa?"

          "Temuin harta karunnya dan mereka akan semakin percaya lo punya tangan ajaib."





***

Iya, Olla jga mau2 aja gali tanah buat nyari harta karun lu 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iya, Olla jga mau2 aja gali tanah buat nyari harta karun lu 😭

PANDORA: The Lost Child [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang