31

1.8K 241 13
                                    

Suara klakson berbunyi nyaring menyakiti gendang telinga setiap orang yang berkendara di jalanan. Kaki Olla dengan cekatan menekan rem dan segera membelokan stir ke kiri. Mobil bergeser, memasuki spot kosong yang diapit dua mobil dan beberapa motor. Sumpah serapah pengemudi truk yang berteriak dari dalam kemudi tidak dipedulikan Olla sama sekali. Azizi di samping kemudi sudah berwajah pucat dan menekan dadanya yang berdetak kencang. Dia menatap sekitar, beberapa orang memaki dan dua pengendara motor keluar dari jalur. Memang Olla ini terlalu bar-bar!

"Woah!" Azizi menatap spion, menemukan mobil polisi dengan suara sirine dan lampu berkobar, berjarak empat mobil di belakang. "Sekarang apa?"

"Kita kecoh mereka!" Olla menghidupkan sein ke kiri. Wajahnya begitu serius, sangat jarang ditunjukan pada kalayak umum. "Lewat jalan alternatif!"

Mobil polisi ikut menghidupkan lampu sein dan perlahan mulai membelah jalan. Kali ini Olla menempuh jalur yang lebih kecil, memasuki jalan perumahan warga. Bahunya digerakan untuk melakukan peregangan, apa Olla akan lebih gencar bermanuver? Selain itu jalanan yang diambil bukan jalan raya, bisa saja mereka tersesat?

Azizi menggeleng, Olla tidak mungkin tersesat, bahkan Olla lebih hebat dalam menghapal rute atau membaca maps dari pada dirinya yang selalu tersesat, walau cuma jalan kaki.

"Kata Bu Shani, percaya diri sama sombong bedanya tipis." Olla menatap kaca spion dan segera mengenakan kacamata hitamnya.

Melirik sebentar, hal tersebut membuat Azizi menaikan sebelah alis. Mobil mereka melewati perempatan jalan, Olla menekan klakson. Azizi cukup takjub, sebuah mobil box yang sama persis seperti yang ditumpanginya ikut meluncur di samping. Apakah ini salah satu triknya? Suara tawa ringan keluar dari mulut Azizi. "Oh, gini cara main lo?"

Olla menoleh dan menaikan sebelah ujung bibirnya. "Lihat ke belakang!"

Mengikuti ucapan Olla, Azizi tersenyum takjub. Terlihat sebuah gerobak muncul dari salah satu belokan di perempatan tadi. Beberapa kendaraan mulai berhenti untuk mempersilakan gerobak menyebrang lebih dulu, tentu saja hal tersebut sedikit mengganggu konsentrasi mobil polisi yang ada di belakang sana. Stir perlahan belok ke arah kiri, mengirim mobil box berisi Azizi dan Olla semakin menerobos jalan perumahan. Melaju kian dalam sampai mobil polisi yang mengejar tidak tampak lagi. Suara sirine semakin jauh, menandakan umpan yang diberikan Olla berhasil mengecoh.

"Anjay!" Azizi meninju bahu Olla yang kini tengah menyetir santai.

"Mereka ngerasa hebat karena punya pasukan banyak, gue yakin udah ada polisi lain yang nunggu di ujung jalan." Stir kembali berbelok, kali ini berhasil tembus rute alternatif yang bisa membawa mereka pada bangunan tempat anggota Pandora lainnya berada. "Selain itu, jalan alternatif jadi keahlian gue."

"Terus mobil box yang sama persis itu siapa?" Azizi mengerutkan dahi.

"Temen gue." Olla mengedikan bahu.

"Tukang baksonya?"

"Langganan gue itu! Gue sering nongkrong di daerah sini. Tuh, Kang Bakso sering keliling di jam-jam gini lewat perempatan tadi!"

Azizi meringis. "Percaya gue."

"Lah, lo kagak pernah nongkrong di sini?"

Gelengan diberikan Azizi, membuat Olla tertawa terbahak-bahak. Bisa-bisanya Azizi yang sering keluyuran belum pernah menjamah tempat ini, bagi Olla setiap ada aspal yang melekat, harus dia telusuri rutenya. Mau bagaimana pun jalan alternatif sangat berguna untuk dirinya menerobos dan memenangkan pertandingan. "Main lo kurang jauh, Nyet!"

Jalan utama berhasil dimasuki Olla, sebentar lagi mereka sampai dan Olla telah menjelaskan secara detail tentang kasus yang hampir diselesaikan Pandora. Azizi menatap sebuah bangunan besar putih dengan pilar raksasa, tangannya segera membuka pintu ketika mobil mulai berhenti, tapi Olla segera mencekal tangannya.

PANDORA: The Lost Child [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang