22

1.2K 51 0
                                    

Karena terlalu lelah Frank tertidur di hotel dan ia mengabaikan sejumlah panggilan telepon.

Keadaan Sena semakin kritis dan ia sementara mendapatkan tindakan darurat karena denyut jantungnya mulai melemah. Larine menunggu di balik dinding kaca dengan cemas.

"Maaf Nyonya, kami sudah berusaha sekeras mungkin ".

Seorang dokter baru saja keluar dan mengatakan nyawa Sena tidak tertolong lagi. Larine yang panik berteriak histeris dan mencoba menelepon Frank berulang kali namun panggilan itu sama sekali tidak di jawab.

Di sisi lain, emosi Elena tidak terbendung saat Derek mengirimi ia sejumlah foto dan video pendek di ponselnya tentang Frank dan Larine dari berbagai sudut.

Kali ini ia kehilangan akal dan menghancurkan isi kamarnya di Naerum. Dorette yang mendengar bunyi gaduh mencoba memanggil dan mengetuk tapi Elena tidak membuka pintu sama sekali.

Dengan dada yang penuh amarah Elena menelepon Derek.

"Atur satu tiket penerbangan ke Paris untukku sekarang!".

"Untuk apa?".

"Apa perlu aku menjelaskan lagi bodoh? Lakukan saja!".

"Hey, tenangkan dirimu dan jangan bertindak gegabah. Kau akan menyesalinya nanti. Pikirkan cara yang lebih elegan untuk membalas mereka berdua!".

"Tidak! Aku tidak mau! Aku harus ke sana sekarang!".

"Dengarkan aku dan percaya padaku. Ini belum seberapa. Jika kau mau sedikit bersabar, mari ikuti saran dariku. Kau tetap tenang dan aku yang akan menemukan caranya. Bertindaklah seolah-olah kau tidak tahu apa-apa sampai waktunya tiba".

Perkataan Derek yang pelan mampu meredakan emosi Elena. Ia yang tadinya berdiri dengan pipi panas sekarang memilih duduk dan berpikir jernih. Perlahan air matanya menetes.

Kenapa kau melakukan ini Frank?

"Baiklah Derek. Aku percaya padamu, aku akan tutup teleponnya".

Suara Elena hampir tidak terdengar karena air matanya semakin tak terbendung lagi. Semua kenangan manis tantang dirinya dan Frank berputar di kepalanya. Ia menekuk kedua lututnya dan menangis kuat-kuat.

Di hotel Frank terbangun karena layanan hotel membunyikan bel untuk membersihkan kamar. Ia melihat jam di nakas, itu sudah siang. Matahari bahkan sudah menyengat.

Dia melihat ponselnya dan kaget karena ponsel itu mati kehabisan daya. Dengan cepat Frank mengambil charger dan mengisi daya. Kemudian mandi.

Theodor masuk dengan tergesa-gesa. Ia meminta karyawan hotel untuk keluar. Dari bunyi air ia tahu majikannya sedang mandi.

Begitu Frank keluar dengan handuk Theodor langsung menunduk.

"Anda sebaiknya memeriksa ponsel sekarang".

Kening Frank berkerut. Ia mengacuhkan perkataan Theodor.

"Nyonya menelepon lebih dari puluhan kali. Aku tidak berani mengangkatnya".

"Tenang saja Theodor. Anggap saja kau tidak melihat itu".

Frank meninggalkan Theodor untuk memakai pakaian. Kemudian ia mengambil ponselnya dan menekan tombol on untuk mengaktifkan.

Benar saja apa kata Theodor, notifikasi beruntun masuk di ponselnya.

Ada begitu banyak telepon dari Elena. Dari Larine. Dan juga Tuan Mayer. Jantung Frank berdegup kencang dan memutuskan menghubungi ayah mertuanya terlebih dahulu.

SECOND HOME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang