Frank dan anak-anak baru terbangun saat perut mereka lapar. Dengan cepat mereka mandi dan keluar dari kamar. Rencananya Mattew akan memesan sarapan di aplikasi Food Delivery. Biasanya ia hanya minum susu saat berangkat kuliah lalu akan sarapan di kantin kampus. Namun karena ada ayah, ibu dan Shawn maka memesan makanan adalah solusi.
Ketika mereka bertiga tiba di ruang tamu, aroma makanan langsung menyerbu indra penciuman. Mereka saling berpandangan.
"Siapa yang memasak?".
Ucap ketiganya hampir serempak.
Ya. Elena ada di dapur dan membuat sarapan. Wajahnya sedikit memerah saat melihat Frank dan anak-anak datang.
"Ini... sarapan kita. Aku harap kalian menyukainya".
Mattew dan Shawn saling berpandangan dan tersenyum. Hal ini membuat Elena menunduk dan meremas ujung celemek yang dia gunakan.
Frank mengecup pipinya dan tersenyum.
" Terima kasih sudah bekerja keras. Duduklah anak-anak. Setelah sarapan ayo buat rencana untuk pergi keluar dan bersenang- senang ".
Frank melepas celemek yang digunakan Elena dan menarik kursi untuk istrinya itu.
"Aku iri pada ayah dan ibu. Aku akan berusaha menjadi suami yang baik untuk istriku suatu saat nanti. Aku ingin seperti ayah".
Kata Mattew tiba-tiba sambil memotong roti dan makan. Shawn tertawa.
"Jadi kita akan kemana hari ini?".
Tanya Frank untuk mengalihkan suasana. Elena tidak menyahut. Sebenarnya ia ingin bertanya apakah sarapan ini enak atau tidak tapi ia malu. Ini adalah sajian pertama darinya di meja makan.
Sederhana. Hanya roti isi dan susu. Juga segelas kopi untuk Frank. Ia menggigit bibirnya saat melihat anak-anak mengunyah makanan.
"Aku akan mencari hadiah ulang tahun untuk temanku. Apa kau mau ikut Shawn?".
Jawab Mattew sambil melirik pada Shawn. Shawn menatap ibunya. Ada rasa heran karena ibunya tiba-tiba berubah pendiam.
"Apa ibu sakit?".
Tanya Shawn yang langsung membuat Elena menegakkan punggungnya dan menggeleng.
"Ibu terlihat berbeda. Biasanya ibu banyak bicara".
Tambah Shawn. Frank juga merasa seperti itu. Dalam hatinya ia mengakui bahwa putra bungsunya itu benar-benar peka.
"Apa kau mau keluar untuk berbelanja?".
Tanya Frank pada Elena. Elena menatapnya sebentar lalu kembali menghadap piring sarapannya.
"Aku pikir tidak. Kalau kalian mau pergi, aku akan tinggal".
Kening Frank berkerut. Bukan Elena namanya kalau tidak berburu barang branded jika ke luar negeri. Apalagi ini Manhattan. Ada begitu banyak merk ternama di sini.
"Kita ke sini untuk bersenang- senang. Kalau tidak ingin berbelanja, ayo jalan-jalan dan nikmati udara segar di sini".
"Baiklah".
Elena mengangguk. Setelah sarapan Mattew mengajak Shawn pergi ke kampus. Kini tinggal Frank dan Elena. Keduanya turun di lobi dan tak lama kemudian taksi datang.
Karena ini masih pukul 10.00 pagi maka Frank mengajak Elena pergi ke toko buku. Ia hanya ingin melihat-lihat sambil menunggu telepon Mattew.
Elena sibuk membuka beberapa buku bisnis hingga ia tak menyadari bahwa Frank tengah memandangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND HOME (TAMAT)
Romance"Aku menikahimu karena aku sangat menghormati ayahmu". Kalimat Frank Jensen membuat seluruh perasaan Elena Mayer membeku. Sungguh bukan itu yang ada di kepalanya selama 16 tahun menikah dengan suaminya. Pernikahan yang semula bahagia dan tentram tib...