76

2.8K 141 18
                                    

Memanfaatkan waktu luang saat Elena bicara dengan Tuan Mayer, Frank pergi ke kamar Shawn karena Dorette menelepon. Begitu tiba di sana Shawn sedang berusaha turun dan duduk di kursi roda.

"Shawn...".

Panggil Frank panik. Namun Shawn malah tersenyum dan membenarkan posisinya di kursi roda.

"Kenapa ayah tidak merawat ibu? Dorette di sini bersamaku".

Frank mendekat dan berjongkok di samping kursi roda.

"Ayah pasti bersama ibu. Ayah hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Apa kau ingin jalan- jalan?".

"Aku hanya bosan. Aku ingin Dorette membawaku ke taman rumah sakit".

"Bagaimana jika ayah yang melakukannya?".

Shawn mengangguk. Lalu tanpa menunggu apapun Frank sudah mendorong kursi roda Shawn menuju taman. Dorette ada di belakang mereka.
Baru saja Frank menyetel kursi roda untuk Shawn di bawah rindang pohon, ponselnya berbunyi.

"Ada sedikit kekacauan di kantor. Nyonya sedang sakit jadi bisakah Tuan menyelesaikannya? Kita dituntut oleh klien karena salah satu perjanjian kerjasama dibatalkan oleh kontraktor. Aku tidak tahu Nyonya telah menandatangani itu kemarin".

"Baiklah Theodor ".

Frank menatap Shawn.

"Ibumu sedang sakit jadi ayah harus ke kantor dan menyelesaikan beberapa hal. Maafkan ayah".

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir".

Dengan bergegas Frank pergi ke kantor. Dan ia baru kembali ke rumah sakit ketika hampir senja. Dia begitu kelelahan dan yang membuatnya semakin buruk adalah perusahaan baru saja memberikan kompensasi dalam jumlah besar karena Elena tidak membaca dokumen perjanjian kerjasama dengan teliti. Namun Frank tidak ingin memberitahu Elena hal ini.

Ia sempat membeli beberapa roti kesukaan Elena. Namun, ia tertegun begitu pintu terbuka. Derek ada di sana dan sedang berbincang dengan Elena. Wajah Elena begitu bahagia.

"Maaf jika aku tidak mengetuk pintu terlebih dahulu".

Derek berdiri dan merapikan mantelnya.

"Aku harus pergi sekarang. Cepatlah sembuh. Aku akan berkunjung lagi nanti".

Kemudian Derek mengecup pipi Elena dengan cepat. Bukan saja Elena yang terkejut tapi Frank juga. Ia memalingkan wajahnya.

Setelah Derek pergi, Frank maju dan meletakkan paper bag yang di bawa nya tadi.

"Roti ini masih hangat, apa kau mau mencobanya? ".

Elena menggeleng. Ia tahu Frank canggung sekarang.

"Demamku sudah reda. Kau tidak perlu ada di sini untuk menjagaku".

"Syukurlah. Kalau begitu aku akan duduk di luar. Jika butuh sesuatu, katakan padaku".

Frank berjalan keluar dan menutup pintu. Bayangan Derek belum hilang sepenuhnya. Perasaannya campur aduk. Ia duduk termenung hingga malam datang, ia sama sekali tidak beranjak dari tempatnya.

Seorang perawat baru saja keluar dari kamar Elena dan menatap Frank saat ia lewat.

"Jika Anda tidak punya kepentingan di sini, silahkan pulang dan istirahat".

Frank segera menegakkan punggungnya dan melepaskan jas yang dipakainya. Ia menggulung lengan kemejanya lalu berjalan ke kamar Elena.

Hal yang sama sekali tidak ingin dilihatnya. Di depan sana, hanya kurang dari lima langkah, Derek sedang menyuapi Elena. Wajah Elena begitu berbinar hingga mereka tidak menyadari kehadiran Frank.

SECOND HOME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang