Elena baru tiba di Kopenhagen saat Tue memberitahunya Tuan Mayer sakit. Ia langsung pergi ke mansion untuk menjenguk ayahnya.
"Kau dari mana?".
Tanya Tuan Mayer saat Elena masuk kamar."Anak buah ayah tentu sudah mengatakannya".
"Sayang, bisakah kau memberitahu ayah jika ingin melakukan sesuatu?".
"Aku bukan anak kecil lagi ayah. Aku tidak bisa melihat rumah tanggaku hancur begitu saja. Dia juga akan aku hancurkan. Mereka berdua ayah!".
Tuan Mayer terbatuk kecil.
"Apa sungguh itu jalan keluarnya? Apa kau merasa senang dan puas sekarang?".
"Aku tidak tahu ayah. Hanya saja hatiku terlalu sakit. Anak-anakku, apa yang harus aku katakan pada mereka? Aku juga tidak tahu dimana Frank berada. Aku yakin, ia pergi menemui Larine diam-diam. Aku sudah lelah. Aku akan mengajukan surat cerai besok. Tanpa tanda tangan Frank sekalipun!".
"Kendalikan dirimu. Cobalah tenang dan berpikir jernih. Jika ini muncul di publik, perusahaan akan terkena imbasnya. Kau tahu apa artinya itu bukan?".
Elena berdiri dan mengepalkan tangannya.
"Saat ayah menyiksa Larine, aku senang dan berpikir ayah mendukungku. Tapi sekarang ayah terdengar membela Frank. Ayah ingin aku tetap tinggal dalam hubungan sialan ini? Aku tersiksa ayah. Sementara aku bersama anak-anak, mereka berdua bermesraan di balik punggungku. Aku hanya ingin keluar dari neraka ini. Tak peduli apapun!".
Tuan Mayer berusaha bangkit dan membuat posisi duduk. Ia membuka kedua lengannya untuk memeluk Elena.
"Ayah selalu mendukungmu. Tapi ini berbeda. Kau belum tahu bagaimana rasanya menjadi single parent. Janda dan duda itu berbeda. Pulanglah ke Naerum dan bicaralah apa adanya pada Shawn dan Mattew. Jika mereka setuju dengan keinginanmu maka ayah janji, ayah akan mengantarmu ke pengadilan besok. Bisakah kau melakukan ini? ".
Emosi Elena perlahan menjadi stabil. Ia mengangguk dalam pelukan ayahnya. Ada sedikit kekuatan yang ia miliki sekarang.
"Terima kasih ayah. Aku mencintaimu".
Tuan Mayer hampir menangis saat melihat ekspresi Elena. Namun ia berusaha bersikap biasa. Ia tidak ingin Elena tahu bahwa ia juga sama hancurnya sekarang.
Elena pamit dan pulang ke Naerum. Begitu tiba di sana ia langsung pergi ke kamar Shawn. Ia terkejut karena putranya tidak pergi ke sekolah.
"Mommy...".
Shawn berlari dan memeluknya erat. Pintu berderit dan Elena menoleh. Ia terpaku begitu melihat Frank berdiri di sana. Pria itu tampak segar karena ia baru saja mandi.
"Daddy ada di sini. Aku lupa memberitahu ibu".
"Bisakah kau tinggalkan kami sebentar? Ibu ingin bicara dengan ayah".
"Tentu saja. Aku ingin berenang. Ayah akan menyusulku bukan?".
"Ya Shawn".
Jawab Frank serak. Ia tetap menatap lekat Elena meski ia bicara dengan Shawn. Keduanya terpaku sesaat bahkan setelah Shawn pergi.
Meski Frank baru saja mandi namun di mata Elena, wajahnya kusut dan tubuhnya sedikit kurus. Frank maju dua langkah dan menatap wajah Elena yang tampak keras.
"El...".
"Kenapa kau tidak menuliskan tanda tangan di dokumen itu? Apa yang kau inginkan?".
Suara Elena kembali naik. Ia membuang napas kasar karena emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND HOME (TAMAT)
Romance"Aku menikahimu karena aku sangat menghormati ayahmu". Kalimat Frank Jensen membuat seluruh perasaan Elena Mayer membeku. Sungguh bukan itu yang ada di kepalanya selama 16 tahun menikah dengan suaminya. Pernikahan yang semula bahagia dan tentram tib...