Pukul 03.00 sore Frank kembali ke kantor. Seperti biasa ia ingin beristirahat sebentar sebelum melanjutkan pekerjaannya. Dengan langkah lebar ia memasuki ruang kerjanya dan melepas jas juga menggulung lengan kemejanya sampai setengah. Ia membasuh wajahnya di wastafel lalu perlahan membuka gagang pintu kamarnya.
Sejenak ia tertegun melihat wajah Elena yang tertidur pulas. Ia menelan ludah lalu kembali menutup pintu. Dulu di awal pernikahan mereka Frank selalu tersenyum saat melihat wajah polos dan manja Elena saat tidur. Bahkan saat hamil Mattew, Elena selalu lebih banyak tidur. Waktu itu Frank baru merintis perusahannya yang sekarang jadi ia selalu membawa Elena kemana pun dengan perut buncitnya.
Ahhh!!!
Frank mendesah dan berbaring di sofa. Kedua tangannya terselip di belakang kepalanya. Ia menatap langit-langit. Sekilas wajah Elena yang polos dan manja serta wajah Larine yang dewasa dan tegas bergantian hadir di benaknya. Perlahan ia membandingkan dua wanita yang sedang mengisi kehidupannya sekarang. Ia bahkan tidak bisa menebak dimana perasaannya saat melihat Elena maupun Larine.
Pikirannya membawanya menelusuri banyak hal. Hingga ia jatuh tertidur karena kelelahan.
Pukul 05.00 sore Elena terkejut karena dering ponselnya yang keras. Bukan hanya itu tapi Frank juga membuka mata oleh bunyi dering telepon Elena.
Dengan cepat Elena menjawab panggilan dari Derek. Suaranya terdengar oleh Frank yang sedang mencuci tangannya di wastafel. Frank bisa mendengar apa yang dibicarakan Elena dan Derek.
Selesai menjawab ponselnya Elena berniat keluar dari kamar Frank namun tanpa diduga Frank sudah masuk ke kamar dan mengambil kemeja baru dari lemari. Ia tersenyum tapi wajahnya kaku.
"Aku...Aku ketiduran. Aku tidak tahu kau sudah pulang. Aku...Aku...".
"Rapikan dirimu. Aku akan mengantarmu pulang ke mansion".
Hanya ucapan pendek itu dan Frank keluar. Elena menggigit bibirnya dengan kecewa. Ia takut Frank mendengar pembicaraan bersama Derek tadi. Dalam hati ia berdoa agar suaminya itu tidak mendengar apapun. Ia melihat wajahnya di cermin dan merapikan dirinya lalu menyusul Frank keluar.
Frank sedang merapikan berkas di meja dan memasukkannya ke laci. Ia tidak menemukan foto Larine dan Sena. Biasanya ia akan menatap foto itu sekilas sebelum keluar dari ruang kerjanya. Perasaan curiga menyusup di hatinya. Tapi ia yakin tidak mungkin Elena akan mengambil itu. Karena jika Elena melihat itu pastilah mereka sudah bertengkar tadi. Ia tahu emosi Elena sedang buruk akhir-akhir ini.
Melihat Elena keluar Frank segera meraih jas dan kunci mobil lalu berdiri. Tiba-tiba ponsel Frank berbunyi. Ia melihat nama Tuan Mayer di layar.
"Ayah...".
"Apa kau sibuk? Aku tidak bisa menghubungi Elena".
"Tidak ayah. Aku di kantor dan Elena ada di sini. Aku akan pulang ke mansion".
"Bisakah kalian datang ke Naerum? Mattew dan Shawn memaksa ayah menginap di Naerum. Katakan pada Elena".
"Baiklah ayah. Apa ayah ingin minum?".
"Terserah padamu. Menyetirlah dengan hati-hati ".
Frank menatap Elena yang berdiri tidak jauh darinya.
"Kita akan pulang ke Naerum. Anak-anak ada di sana bersama ayah".
"Baiklah".
Keduanya turun ke lobi dan menuju parkiran. Frank melihat mobil Elena tak jauh dari mobilnya.
"Tinggalkan mobil mu di sini. Aku akan meminta Valdemar mengambilnya".
Semua yang dikatakan Frank seperti perintah untuk Elena. Ia mengangguk dan menunggu Frank membuka pintu mobil itu. Namun tanpa diduga Frank sudah masuk lebih dahulu di belakang kemudi. Ia menatap Elena. Kemudian ia teringat sesuatu namun ia tak berniat untuk turun dan membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND HOME (TAMAT)
Romance"Aku menikahimu karena aku sangat menghormati ayahmu". Kalimat Frank Jensen membuat seluruh perasaan Elena Mayer membeku. Sungguh bukan itu yang ada di kepalanya selama 16 tahun menikah dengan suaminya. Pernikahan yang semula bahagia dan tentram tib...