Waktu makan siang sebentar lagi. Frank segera membereskan beberapa dokumen dan memasukannya ke laci meja. Ia melirik arloji di tangannya.
Tadi pagi ia sudah berjanji pada Larine untuk pulang cepat. Ia melihat rasa khawatir di mata Larine. Frank berpikir untuk membeli buket bunga sebagai kejutan kecil untuk wanita itu.
Ia menelepon Theodor untuk memesan bunga dan meletakkannya di mobil. Lima belas menit kemudian ia turun ke lobi. Theodor sudah di bawah.
"Aku membeli sebotol anggur juga. Minum sedikit akan membantu aliran darah lebih lancar".
Tambah Theodor yang membuat Frank tertawa kecil. Ia membayangkan wajah Larine ketika minum alkohol. Wanita itu bukanlah peminum yang baik. Ia akan mabuk hanya dengan jumlah alkohol bahkan hanya seteguk saja.
"Anda terlihat berbeda Tuan Jensen".
"Aku hanya sedang membiarkan hatiku menuntun diriku. Aku hanya ingin melakukan apa yang pernah ingin aku lakukan di masa lalu".
Anggukan kecil Theodor membuat Frank tersenyum puas. Namun itu tidak lama karena dering ponsel menyela. Ia langsung menjawabnya.
"Apa kau sibuk sekarang?".
Tanya Tuan Mayer saat panggilan tersambung. Frank menjawab cepat.
"Tidak ayah. Aku baru saja akan makan siang".
"Kebetulan sekali Frank. Ayah mengundangmu makan siang di mansion. Apa kau punya waktu? Sesekali ayah ingin minum anggur di siang hari".
Mulut Frank terkunci. Ini adalah satu kebetulan. Atau apakah ini disengaja? Ia melirik pada Theodor dan sekretarisnya ini mengendikan bahu tanda tidak tahu.
"Baiklah ayah. Aku akan tiba beberapa saat lagi".
"Hati-hati di jalan".
Frank meminta Theodor untuk berbelok ke mansion keluarga Mayer. Ia tidak mungkin menolak permintaan ayah mertuanya itu. Frank sangat menghormatinya lebih dari siapapun.
Saat mobil tiba di halaman mansion, ternyata Tuan Mayer sudah berdiri di ujung tangga. Sepertinya ia memang sengaja menunggu menantunya itu.
"Kau tiba lebih cepat Frank".
Frank menyalami Tuan Mayer dan tersenyum.
"Saat ayah menelepon tadi, aku dan Theodor baru saja keluar dari kantor. Mobil langsung menuju ke sini".
Frank memberi isyarat pada Theodor untuk membawa botol anggur yang dibelinya tadi. Kening Tuan Mayer berkerut saat melihat itu.
"Kami membelinya di jalan. Jarang sekali ayah ingin minum anggur di siang hari jadi aku terpikir untuk membelinya".
Begitu mereka sudah di ruang makan, pandangan Frank teralihkan saat melihat Elena menuruni tangga. Ia menegakkan punggungnya dengan perlahan.
"Aku pikir kau sibuk Frank Jensen".
Suara sarkas Elena langsung membuat Frank mengeraskan rahangnya. Ia berusaha menahan ekspresi wajahnya.
"Hanya sedikit. Kapan kau tiba?".
Tanya Frank datar. Ia hanya ingin terlihat baik-baik saja di hadapan mertuanya.
"Apa kau peduli? Aku tiba-tiba merasa aneh. Entah sudah berapa lama aku tidak mendengar kalimat itu...".
Tuan Mayer berdehem untuk menghentikan perdebatan mereka. Ia menatap Elena dan Frank bergantian.
"Bisakah kita menyelesaikan makan siang dengan benar? Ayah tahu hubungan kalian tidak baik tapi setelah ini kita akan bicara. Entah kenapa tapi menurut ayah, ini terlihat buruk".
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND HOME (TAMAT)
Romance"Aku menikahimu karena aku sangat menghormati ayahmu". Kalimat Frank Jensen membuat seluruh perasaan Elena Mayer membeku. Sungguh bukan itu yang ada di kepalanya selama 16 tahun menikah dengan suaminya. Pernikahan yang semula bahagia dan tentram tib...