30

2.2K 60 5
                                    

Setelah pekerjaan di Swiss selesai, Frank langsung pulang ke Kopenhagen. Awalnya ia berencana mengunjungi Larine di Paris tapi memikirkan bahwa Matthew akan ada di sana, Frank membatalkan niatnya.

Ia baru saja tiba di Central saat Elena muncul. Ia melemparkan beberapa lembar kertas di hadapan Frank.

"Lihat itu dan berikan penjelasan untukku!".

Frank tidak memungut kertas- kertas itu. Ia malah menuang anggur dan menyesapnya. Itu membuat Elena semakin marah.

"Kau memberikan rumah dan mobil untuk Larine?".

Teriak Elena. Matanya memerah saat menatap Frank.

"Ya".

Elena terkesiap dengan jawaban santai suaminya itu. Ia maju dan berdiri di hadapan Frank.

"Jadi benar kalian memiliki hubungan istimewa? Apa yang membuatmu terpikat padanya?".

Frank menoleh dan menatap istrinya.

"Aku lelah El. Aku tidak ingin membahasnya. Oh ya, siapa yang memberikan kertas-kertas itu padamu? Apakah kau diam-diam menguntitku? Kalau begitu, aku tidak punya penjelasan apapun padamu. Pulanglah dan beritahu orang suruhanmu agar lebih pintar lagi".

Frank berbalik pergi namun tangan Elena sudah memegang botol anggur yang masih terisi setengah.

Bukkk!!!

Botol itu mendarat sempurna di tulang belakang Frank. Langkah Frank terhenti karena sakit yang menjalar di seluruh tulang belakangnya. Dan juga bajunya terasa basah.

"Aku akan memberimu pelajaran yang tidak akan kau lupakan!".

Elena meraih tasnya dan berjalan keluar. Tak lama kemudian suara mobil terdengar meninggalkan penthouse.

Frank membuka kemejanya dan mencoba menyentuh punggungnya yang sakit. Ia pergi ke kamar mandi dan mengguyurnya dengan air untuk meredakan rasa nyeri.

Kemudian ia memilih untuk tidur. Beberapa hari di Swiss telah menguras tenaga dan pikirannya. Hampir 3 jam lamanya ia terlelap dan ia baru bangun saat dering ponsel berbunyi terus - menerus.

"Aku menemukan fakta bahwa orang suruhan istrimu adalah mantan anggota angkatan darat Denmark. Ia adalah penembak jitu. Aku masih menyelidiki kenapa ia berakhir menjadi anggota mata-mata".

"Aku hanya ingin kau memastikan keselamatan diriku dan juga informasi tentang rencana istriku".

Setelah berbicara dengan orang suruhan itu, Frank mencoba menggerakkan punggungnya. Suhu badannya sedikit lebih hangat. Ia berpikir bahwa hantaman kilat botol anggur mungkin telah melukai tulang belakangnya. Ia mungkin demam.

Benar saja. Saat hari hampir gelap, suhu tubuhnya semakin panas. Untunglah Theodor muncul.

"Aku sarankan agar pergi ke rumah sakit dan memeriksakan ini. Bisa saja sesuatu yang lebih buruk terjadi. Tulang belakang memiliki banyak saraf yang terhubung ke otak".

Frank mengangguk pasrah. Perlahan Theodor menyingkap piyama Frank dan terkejut saat melihat lebam kehitaman dan juga punggung Frank yang bengkak di salah satu ruas tulang belakang.

"Ini buruk. Apa yang terjadi?".

Frank hanya menggeleng dan meminta Theodor membawakan pakaian ganti. Seluruh tubuhnya terasa kram.

Setengah jam kemudian mereka sudah tiba di rumah sakit. Dokter segera memeriksa lebam itu dan menyarankan Frank untuk rawat inap.

"Kami harus melakukan pemeriksaan lanjutan dengan memindai. Ini sedikit beresiko jika dianggap sepele".

SECOND HOME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang