Tuan Mayer baru saja tiba di Inggris dan melanjutkan perjalanan ke utara. Rasa cemas menyertainya sehingga kelelahan tak ia rasakan sama sekali.
Anak buahnya memberi kabar jika Larine sedang diperiksa oleh dokter sewaan mereka. Tidak mungkin untuk membawa wanita itu ke Rumah Sakit. Ada resiko ia akan ditemukan.
Perjalanan ini sungguh memakan waktu yang lama. Dari kejauhan Tuan Mayer melihat rumah tempat Larine disekap selama ini.
Sangat terpencil dan tidak ada akses selain jalan raya yang jarang dilewati. Sebenarnya ini adalah rumah masa kecil mendiang ibu Elena. Namun rumah ini diurus oleh pelayan kepercayaan mereka setelah mertua Tuan Mayer meninggal dan juga istrinya.
Mobil memasuki pekarangan dan Tuan Mayer turun dengan tergesa-gesa. Dua pengawal yang sebelumnya menjaga Larine menghampirinya.
"Bagaimana kondisinya?".
Tanya Tuan Mayer.
"Ia masih belum membuka matanya. Dokter mengatakan denyut nadinya sangat lemah. Maafkan kami".
Tanpa bicara Tuan Mayer bergegas ke kamar Larine. Matanya menangkap bercak darah di karpet namun ia tak mengatakan apapun.
Tubuh Larine kaku dan dingin. Monitor pengontrol detak jantung masih terlihat normal. Wajah Larine nyaris membiru. Ia sedang diinfus.
"Aku hanya berharap bahwa ia bisa melewati masa kritis ini. Apakah Anda tidak berniat membawanya ke rumah sakit? Ia bisa mendapat perawatan intensif dengan peralatan yang memadai".
Tuan Mayer terdiam. Melihat wajah Larine, ia teringat pada putrinya Elena. Baginya keduanya dalam kondisi yang sama parah. Larine mungkin menderita secara fisik tapi Elena jauh lebih sakit. Ia menderita secara psikis.
"Apa ia akan mati?".
Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Tuan Mayer.
"Mungkin saja. Semua tergantung alam bawah sadarnya. Jika ia punya keinginan kuat untuk hidup maka ia akan melewati ini. Namun jika tidak, maka bersiaplah untuk keadaan terburuk".
Sesuatu terlintas dalam benak Tuan Mayer. Ia menatap dokter itu.
"Apa kau tahu ilmu hipnotis?".
Dokter itu menggeleng.
"Itu pekerjaan dokter psikiater. Aku punya kenalan jika anda membutuhkan psikiater".
"Aku ingin dia melupakan semua rasa sakitnya".
Dokter itu setuju walau ia sama sekali tidak mengerti maksud Tuan Mayer lalu ia menghubungi teman dokter yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND HOME (TAMAT)
Romance"Aku menikahimu karena aku sangat menghormati ayahmu". Kalimat Frank Jensen membuat seluruh perasaan Elena Mayer membeku. Sungguh bukan itu yang ada di kepalanya selama 16 tahun menikah dengan suaminya. Pernikahan yang semula bahagia dan tentram tib...