71

1.9K 94 4
                                    

Frank baru saja akan menemui Theodor saat ia melihat Elena muncul di ujung koridor. Ia berhenti melangkah. Elena berjalan tergesa-gesa dan langsung menyerbu Theodor dengan banyak pertanyaan.

Kemudian ia menoleh pada Frank. Tatapannya sulit diartikan.

"Sebaiknya kau tidak di sini. Kau...Kau hanyalah kutukan untuk kami. Pergilah! Kami tak membutuhkan dirimu!".

"El...".

"Jangan sebut namaku dengan mulut yang menjijikan itu. Apa aku harus memanggil sekuriti?".

"Tolong pelankan suaramu. Baiklah aku pergi sekarang".

"Tapi Tuan...".

Protes Theodor cepat.

"Tidak apa-apa Theodor ".

Ucap Frank sambil mengambil mantelnya dan berjalan keluar. Ia berjalan sambil menunduk. Kepalanya terasa berdenyut. Sebelum mencapai parkiran ia bertemu Mattew.

"Masuklah, ibumu membutuhkan dirimu".

Otak Mattew memberitahunya sesuatu tapi mulutnya terkunci. Bahkan ketika Frank masuk ke dalam mobil, Mattew masih mematung di tempatnya. Kemudian ia segera berlari menuju unit darurat. Saat sampai di sana ia melihat ibunya memarahi Dorette.

"Maaf Nyonya tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku sangat panik".

"Kau hanya perlu menghubungiku jika itu mengenai anak-anakku. Bukan orang lain!".

"Tapi... Tuan Jensen juga berhak untuk tahu. Lagi pula aku takut acara kelulusan Mattew berantakan jika aku menelepon ke sana".

"Kau tahu akibat apa yang terjadi ketika kau menelepon Frank? Dia akan merasa dibutuhkan. Kau tidak ingat dia telah mencampakkan kami dan bersenang- senang di luar sana?".

"Bukan begitu Nyonya. Pikiran seperti itu sangat berlebihan. Tolong jangan menuduhnya seperti itu".

Elena menatap Dorette dengan marah. Ia siap membalas Dorette namun Mattew menahan lengannya.

"Shawn sedang tidak baik-baik saja di dalam sana dan ibu berteriak di sini. Apa dengan memarahi bibi Dorette akan membuat Shawn lebih baik? Aku mohon ibu, kendalikan dirimu. Ini bukan saatnya mengadili Dorette, Theodor atau pun ayah. Jangan melakukan sesuatu yang akan disesali mom...".

Ucapan pelan Mattew bagai tumpukan es batu di kepala Elena. Perlahan pandangannya ia turunkan ke lantai lalu Mattew menggunakan kesempatan ini untuk membuatnya duduk di kursi tunggu. Ia menoleh pada Theodor.

"Bisakah kita bicara di sana?".

Theodor berdiri dan berjalan ke arah yang ditunjuk Mattew. Kemudian Mattew menyusulnya.

"Kapan ayah tiba di sini?".

"Kemarin sore. Ada apa?".

"Tidak! Aku hanya bertanya saja".

"Apa kau bertemu ayahmu di depan?".

Mattew mengangguk. Theodor menarik napas berat.

"Dia baru saja melakukan transfusi darah untuk Shawn tapi Nyonya mengusirnya begitu saja. Aku takut dia masih terlalu lemas untuk berjalan. Apa kau masih marah padanya?".

Tak bisa dipungkiri reaksi Mattew saat ini. Napasnya terasa sesak namun ia hanya bisa menyimpan semua di dalam dada. Hatinya berdenyut sakit mendengar perkataan Theodor.

"Pergilah dan temani ayah. Aku akan menemani ibu di sini".

"Baiklah. Jika ada kabar apapun tentang Shawn tolong hubungi aku".

SECOND HOME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang