Walau hanya satu jam bersama Larine dan Sena namun ada yang terasa berbeda di hati Frank. Sesuatu yang sudah lama terkubur jauh di dasar hatinya perlahan menyembul keluar.
17 tahun lalu...
Untuk pertama kalinya Larine pergi ke Kopenhagen. Saat itu ia masih kuliah di Perancis dan menghabiskan libur musim panas di rumah sepupunya Elena.
Pada saat itu, Tuan Meyer meminta Frank untuk menjemput Larine di bandara. Pembawaan Larine yang supel dan selalu tersenyum membuat Frank jatuh cinta kepadanya namun ia tidak berani mendekati Larine.
Di perjalanan, ban mobil pecah dan mereka tidak bisa menemukan bengkel terdekat. Frank menghubungi temannya untuk meminjam motor. Sebenarnya ia bisa menelepon Tuan Meyer untuk meminta mobil yang lain tapi ia memang berniat ingin mendekati Larine.
Mengendarai motor dengan Larine di jok belakang membuat hati Frank penuh dengan bunga cinta yang bisa ia rasakan sendiri. Pertama kali dalam hidupnya ia merasa sangat lapang saat tertawa bersama Larine. Walaupun ia tidak pernah menyatakan cintanya pada Larine.
Kenangan itu yang selalu ia ingat tentang Larine.
Frank dulu tinggal di panti asuhan lalu Tuan Meyer mengadopsinya dan memberikan kehidupan normal padanya hingga ia bisa bekerja bersama dalam perusahaan Farmasi milik keluarga Meyer.
"Pesawat akan segera landing ".
Suara pramugari membuat lamunan Frank terputus. Ia merapikan dirinya dan memakai kacamata hitam.
Theodor sekretarisnya sekaligus sopir pribadinya sudah menunggu.
"Central atau Naerum? ".
Tanya Theodor sebelum menghidupkan mesin mobil.
"Central. Aku lelah dan beberapa pekerjaan menumpuk".
Jawab Frank singkat. Ya. Frank tinggal di dua tempat. Di Naerum adalah mansion mereka, Elena istrinya dan juga Mattew dan Shawn kedua anaknya.
Sedangkan di Central Penthouse adalah apartemen pribadi sekaligus kantor karena itu ada di pusat kota. Frank banyak menghabiskan waktu di sini apalagi jika mendapat banyak pekerjaan. Ia hanya pulang ke Naerum di akhir pekan atau jika ulang tahun anak-anak dan acara keluarga lainnya.
Begitu tiba di apartemen ia melepas jasnya lalu menelepon Larine.
"Aku baru saja tiba. Dimana Sena?".
"Syukurlah. Sampaikan salamku untuk Elena dan uncle Harold. Sena sudah tidur, ia harus sekolah besok".
"Anak baik. Jaga dirimu dengan baik. Hubungi aku jika kau mengalami kesulitan".
"Terima kasih Frank. Pergi dan istirahat. Kau pasti lelah".
Frank baru meletakkan ponselnya dengan wajah penuh senyuman. Bayangan wajah Larine menghias pelupuk matanya, lalu ponselnya berdering. Itu adalah Elena, istrinya.
"Sayang, kau sudah tiba?".
"Aku baru saja tiba di apartemen. Aku harus membersihkan diri sekarang, sampaikan salamku untuk anak-anak".
"Tidak ada oleh-oleh? Ayolah Frank kau ada di Paris kemarin".
"Elena dengarkan aku. Itu pemakaman bukan shooping. Lagi pula kau sudah memiliki banyak barang. Itu hanya pemborosan".
"Aku hanya bertanya Frank. Kalau tidak ada, tidak apa-apa. Kenapa kau marah padaku?".
"Aku lelah. Aku harus mandi dan istirahat...".
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND HOME (TAMAT)
Romance"Aku menikahimu karena aku sangat menghormati ayahmu". Kalimat Frank Jensen membuat seluruh perasaan Elena Mayer membeku. Sungguh bukan itu yang ada di kepalanya selama 16 tahun menikah dengan suaminya. Pernikahan yang semula bahagia dan tentram tib...