Selama rapat Frank tidak sepenuhnya fokus. Ia terus bermain dengan ponselnya sambil berharap ada berita baik dari Rose. Hal ini membuat beberapa kolega bisnis memperhatikan dirinya.
"Ada apa? Tampaknya Anda tidak seperti biasanya".
Frank menyadari itu lalu memperbaiki posisinya dan menarik napas.
"Terima kasih untuk perhatiannya tapi aku baik-baik saja. Ayo , teruskan saja".
"Baiklah Tuan Jensen".
Waktu berjalan begitu lambat untuk Frank. Ia ingin pertemuan ini segera selesai karena ada urusan lain. Dan ketika rapat baru saja berakhir, Frank sudah melangkah buru-buru meninggalkan semua orang.
"Kirimkan lokasi Rumah Sakit yang kau maksud".
Pinta Frank pada Rose di telepon. Ia menyewa taksi dan pergi ke alamat yang dikirim oleh Rose. Begitu tiba di Rumah Sakit Frank menuju resepsionis.
"Selamat Sore Tuan. Ada yang bisa dibantu?".
" Aku ingin mengunjungi pasien atas nama Larine...".
Frank menjeda ucapannya karena ia lupa nama belakang Larine.
"Larine?...".
Karyawan di depan komputer mengulang nama Larine dan memberi isyarat agar Frank menambahkan nama belakangnya.
"Larine... Ia berasal dari Perancis".
Karyawan itu menarik napas panjang lalu menatap Frank.
"Tidak ada nama Larine di sini. Mungkin anda harus bertanya kepada kerabat tentang nama belakangnya".
Sebenarnya Frank sangat kesal tapi ia tahu bahwa karyawan itu hanya menjalankan prosedur. Ia memilih duduk di kursi antrian dan menelepon Rose.
"Dimana dirimu? Aku di Rumah Sakit yang kau maksud".
"Derek bertemu beberapa orang. Tampaknya ini adalah anak buahnya. Aku sedang menunggu di restoran. Aku akan memberi kabar begitu aku tahu sesuatu. Apa kau punya informasi dari Rumah Sakit? ".
"Tidak. Aku terkendala dengan nama belakang Larine. Petugas tidak bisa melakukan pencarian nama pasien".
"Biarkan aku melakukannya. 5 menit lagi aku akan memberikan informasinya padamu".
Frank hanya bisa pasrah dan menunggu instruksi dari Rose.
Sementara itu Larine yang baru siuman langsung dipindahkan ke apartemen khusus dan dijaga ketat. Ia akan menjalani pemulihan pasca operasi dan tindakan hipnoterapi.
"Mulai sekarang, ini adalah rumahmu. Kau tidak perlu cemas akan segala sesuatu karena apa yang kau butuhkan telah tersedia. Kau bisa menikmati hidupmu".
Seorang pelayan tua menyapa Larine yang terlihat bingung. Kepalanya masih sakit. Tapi ia tetap memberikan senyum pada pria tua itu. Larine memandang ke sekeliling kamar dan berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya tapi otaknya tidak memberitahunya sama sekali.
"Siapa pemilik rumah ini?".
"Tentu saja Anda nona. Semua atas namamu".
Pria itu pergi ke nakas dan kembali dengan beberapa berkas. Larine menerima itu dan melihatnya. Kartu identitas, paspor, sertifikat rumah, bahkan beberapa kartu bank.
"Apa kau juga bekerja untukku?".
Pria itu mengangguk. Tapi Larine merasa aneh. Sepertinya ada yang kosong dalam dirinya namun ia tidak tahu itu apa.
"Anda baru saja sembuh. Jangan berpikir terlalu keras, nikmati saja kehidupanmu".
"Baiklah. Kau boleh pergi sekarang".
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND HOME (TAMAT)
Romance"Aku menikahimu karena aku sangat menghormati ayahmu". Kalimat Frank Jensen membuat seluruh perasaan Elena Mayer membeku. Sungguh bukan itu yang ada di kepalanya selama 16 tahun menikah dengan suaminya. Pernikahan yang semula bahagia dan tentram tib...