Elena terkejut saat Derek keluar dari kamarnya. Pakaiannya berbeda. Ia mengenakan kemeja dan juga celana jeans. Ia terlihat seperti pria normal kebanyakan.
"Ayo!".
Derek berjalan menuju pintu dan Elena ada di belakangnya. Saat tiba di basemen kedip lampu mobil membuat Elena menyadari sesuatu.
"Masuklah! Tidak baik naik motor di malam hari, nanti kau masuk angin".
Derek membuka pintu mobil. Elena harus mengakui selera mobil pria ini. Ini adalah BMW keluaran terbatas dan salah satunya milik Derek.
"Kau pasti sudah lama bekerja".
Elena membuka percakapan saat mobil mulai melaju di jalan raya. Derek memutar musik pop pelan. Ia hanya tersenyum kecil dan Elena sedikit terpana dengan senyuman itu.
Tidak! Apa yang aku pikirkan?
Hati kecil Elena protes atas penilaian pribadi yang barusan muncul di benaknya.
"Apakah bagianmu lebih besar dari agensi?".
Derek menoleh. Ia menatap Elena serius.
"Apa kau ingin tahu kehidupan pribadiku?".
Elena membeku di tempatnya. Ia mengutuk dirinya karena bertindak ceroboh. Ia lupa bahwa hubungan dirinya dan Derek adalah pelanggan.
"Oh, lupakan itu. Aku juga tidak tahu ada pertanyaan semacam itu".
"Aku tidak masalah. Kau boleh bertanya apapun".
"Tidak! Lupakan itu, fokus menyetir saja".
Elena memilih melemparkan pandangan ke luar jendela. Ia mulai gelisah dengan cara Derek memperlakukannya hari ini. Harus ia akui bahwa pesona pria itu hampir menariknya.
Mobil Derek tiba di Naerum saat hari gelap. Elena memintanya untuk tidak berhenti tepat di depan pagar. Ia buru-buru turun tanpa mengucapkan terima kasih.
"Elena...".
Panggil Derek tapi wanita itu tidak menoleh sama sekali. Derek hanya tersenyum pahit lalu memutar mobilnya untuk pergi dari sana.
Dorette telah melihat itu semua dan ia sedang bertanya-tanya siapa pria di dalam mobil itu. Hatinya tidak tenang sama sekali.
Tak lama setelah Elena masuk ke kamar, Dorette mengetuk pintunya.
"Aku akan menyiapkan air hangat untukmu".
Kata Dorette dari balik pintu. Tak lama kemudian pintu terbuka dan wajah Elena muncul.
"Tidak perlu. Siapkan makan malam dan bawa itu ke kamarku".
"Tapi Tuan Shawn menunggu Nyonya untuk makan malam".
Kaget dengan perkataan Dorette, tanpa pikir panjang Elena langsung pergi ke kamar Shawn. Ia mengetuk sebentar kemudian masuk.
"Kapan kau sampai?".
Elena memeluk putra keduanya erat.
"Sejak siang tadi. Aku dengar ibu dan ayah juga kakek pergi ke Paris".
"Kau tidak menelepon ibu".
Shawn menggigit bibirnya sebentar kemudian menatap ibunya.
"Aku menelepon ayah saat tiba di bandara. Theodor menjemputku dan membawaku kemari".
Elena tahu arah pembicaraan Shawn. Ia yakin Frank pasti memberitahu Shawn bahwa Elena sudah ada di Naerum. Kini ia sangat gugup.
"Maafkan ibu sayang. Tadi ada sedikit urusan jadi ibu baru kembali sekarang".
"Tidak apa-apa. Semua orang punya urusan. Tapi bisakah lain kali ibu memberitahu Dorette atau ayah sehingga mereka tidak khawatir? Aku memberitahu ayah bahwa ibu tidak ada di rumah saat aku tiba. Maafkan aku!".
Jantung Elena berdebar tak karuan. Tapi kemudian ia berusaha tidak gugup di depan Shawn.
"Ayo keluar dan makan malam. Ibu akan menelepon ayah sebentar".
Shawn mengangguk mengerti. Elena berdiri dan keluar dari kamar Shawn. Ia tidak menelepon Frank. Itu hanya alasan yang dibuat agar Shawn tidak curiga padanya. Tanpa disadari ia telah menghabiskan setengah hari bersama Derek.
Kenapa aku begitu bodoh?
Elena menjambak rambutnya dengan kasar. Ia kecewa pada dirinya sendiri. Kemudian ia turun untuk makan malam.
Di meja makan sikap Dorette terlihat aneh. Elena bisa melihat wanita paruh baya itu gelisah.
"Tolong siapkan kamarku Dorette".
"Baik Nyonya ".
Setelah makan malam Elena tidak tahan untuk bertanya pada Dorette.
"Apa sesuatu mengganggu dirimu? Aku perhatikan kau seperti berbeda dari biasanya ".
Dorette yang sedang merapikan bed cover berhenti sejenak.
"Aku baik-baik saja Nyonya".
Elena berjalan mendekat dan berdiri di hadapan Dorette.
"Aku mengenalmu sangat lama. Bahkan kau sudah seperti ibu bagiku dan nenek untuk Shawn dan Mattew. Katakan padaku ada apa?".
Dorette menarik punggungnya dan berdiri tegak tapi kepalanya tertunduk. Ia berpikir untuk menggunakan kalimat yang masuk akal.
"Sepanjang siang Tuan Jensen menelepon dan menanyakan apa Anda sudah tiba. Dan aku menjawabnya dengan...".
"Kau tidak perlu cemas Dorette. Aku sudah memberitahu Frank soal itu. Oh ya, apa Frank memberitahu sesuatu padamu?".
Dorette menggeleng. Ia tidak mungkin memberitahu Elena bahwa Frank memintanya melihat Elena pulang dengan siapa.
"Tuan hanya berpesan agar aku memberitahunya ketika Anda tiba. Tapi aku belum memberitahunya".
"Kalau begitu biarkan aku yang menelepon Frank. Kau boleh keluar Dorette".
Setelah Dorette menghilang di balik pintu Elena menghembuskan napas berat. Ia yakin sebentar lagi Frank akan curiga jika ia tidak hati-hati.
Dengan cepat ia mengambil ponsel dan menghubungi Derek.
"Elena...".
Sapa Derek begitu panggilan tersambung. Semua yang ingin Elena sampaikan hilang begitu saja.
"Apa kau baik-baik saja?".
"Bisakah untuk sementara waktu kita tidak bertemu?".
"Apa maksudmu? Apa sesuatu terjadi?".
"Tidak. Tidak ada. Hanya saja Shawn sudah kembali dari New York. Aku takut ia curiga jika aku sering keluar".
Derek tertawa di seberang sana yang membuat Elena merasa konyol.
"Besok temui aku dan kita bicarakan ini. Sekarang, kau harus istirahat. Aku tahu apa yang kau pikirkan. Hari ini adalah hari yang berat untukmu. Karena itu, aku harap kau tidak mencemaskan hal yang belum terjadi. Selamat tidur Elena".
Elena terdiam beberapa saat.
"Derek... terima kasih".
Panggilan itu berakhir. Elena menyugar rambutnya karena ia tidak bisa mengontrol dirinya. Kalimat yang baru saja diucapkan Derek membuat perasaannya tak karuan. Suara bariton itu...sangat mengganggu dirinya.
Tanpa ia ketahui, Dorette yang berada di balik pintu mendengar nama Derek. Seluruh tubuh Dorette kaku. Ia menduga pria itu yang mengantar Elena tadi.
Sebenarnya Dorette kembali untuk membawakan segelas susu. Ini adalah kebiasaan Elena sejak kecil sebelum tidur. Namun, ia batal mengetuk pintu saat mendengar percakapan Elena.
➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️
*Selamat bekerja di minggu yang baru guys....
*up lagi🤩🤩🤩
*Jangan lupa vote_nya dan komen sebanyak2nya...

KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND HOME (TAMAT)
Storie d'amore"Aku menikahimu karena aku sangat menghormati ayahmu". Kalimat Frank Jensen membuat seluruh perasaan Elena Mayer membeku. Sungguh bukan itu yang ada di kepalanya selama 16 tahun menikah dengan suaminya. Pernikahan yang semula bahagia dan tentram tib...